WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Minggu, 18 Januari 2015

Tatabahasa Transformasi



            , Adanya pengaruh strukturalisme mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1957, Noam Chomsky,  seorang guru besar dalam bahasa-bahasa  modern di Institut Teknologi    Massachusetts   menerbitkan  bukunya yang berjudul Syntactic Structures.  Noam Chomsky memberikan pengaruh  besar  tentang teori sintaksis pada abad 20.  Bukunya  yang  terkenal adalah Syntactic Structure (1957), Aspects of the Theory of Syntax (1965) dan Lectures on Government and Binding (1981). 
            Chomsky  menentang kebanyakan  asumsi  dasar  tentang  tatanan linguistik;  Ia mengemukakan  kritikan-kritikan  tajam terhadap pendekatan strukturalis  mengenai telaah bahasa, kritikan-kritikan yang mencakup tuduhan-tuduhan umum bahwa keseluruhan  teori strukturalis dibangun di atas asumsi-asumsi yang keliru hingga kepada penolakan metode-metode strukturalis khusus, seperti teknik pengumpulan data yang taksonomis serta prosedur penemuan (discovery procedures).
            Pada awalnya Chomsky juga termasuk golongan strukturalis namun karena dia tidak puas dengan teori struktural ia membangun dan mengembangkan tata bahasa struktur frasa(Phrase-structure grammar) bersama gurunya, Zellig Harris, Tetapi kemudian, ia tidak puas dengan teori struktural. Menurutnya teori struktural tidak mampu memecahkan masalah kebahasaan,  utamanya sintaksis. 
            Metode linguistik struktural yaitu metode induktif dianggap tidak mampu menjangkau fakta-fakta sintaksis. Asumsi struktural tidak mudah menjelaskan fakta bahwa bahasa mempunyai kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
            Selain itu, metode linguistik struktural tidak mampu menjelaskan hubungan-hubungan internal dalam kalimat, atau hubungan-hubungan yang dimiliki kalimat-kalimat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Juga tidak mampu menangani kalimat-kalimat yang ambigu dan taksa. Karena ambiguitas bukan berasal dari kata-kata tersebut melainkan berasal dari struktur kalimat.
            Sehubungan dengan ketidakmampuan teori linguistik struktural untuk memecahkan berbagai masalah kebahasaan tersebut, maka Chomsky memperkenalkan teori tata bahasa generatif transformasional (TGT). Teori TGT ini terinspirasi oleh paham dari  Panini, Plato, Rene Descartes (1674), Cesar Chesneau, (1729), Denis Diderot (1751), James Beattie (1788). Teori TGT berlandaskan pada kriteria ilmiah yaitu keajegan-diri (self-consistency), kesederhanaan-kehematan (economy), dan ketuntasan (Samsuri dalam Aminuddin, 1990:55) Unsur struktur frase terdiri dari sebuah aturan struktur frase yang membentuk tradisional dari analisis struktur konstituen.

Prinsip-prinsip TGT
Menurut Chomsky (1965-3-90, teori sintaksis TGT adalah teori tentang kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan penutur asli mengenai bahasanya, sedang performasi adalah pemakaian bahasa yang sesungguhnya dalam situasi-situasi nyata. Untuk menelaah performasi linguistik kita harus mempertimbangkan interaksi beberapa faktor.
1.  Kompetensi  penutur-pendengar.
Teori linguistik bersifat mentalistik karena teori ini berurusan dengan penemuan mental yang mendasari tingkah laku. Singkatnya tata bahasa berusaha memberikan kompetensi intrinsik penutur-pendengar. 
2.  Bahasa bersifat kreatif dan inovatif.
Dengan kreativitas bahasa dimaksudkan kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat baru, yakni kalimat yang mempunyai persaman dengan kalimat yang umum. Penutur mampu menghasilkan dan memahami dan menghasilkan kalimat tersebut dan memberikan pertimbangan apakah kalimat-kalimat tersebut berterima atau tidak. Sifat inovatif suatu bahasa berarti bahwa kebanyakan baru bukan ulangan dari ujaran sebelumnya.
3.  TGT adalah seperangkat kaidah yang memberikan pemerian-pemerian  gramatikal kepada kalimat.
            Tujuan linguis, yang berusaha untuk menjelaskan aspek kreatif dari kompetensi gramatikal, yakni memformulasikan seperangkat kaidah pembentukan kalimat (kaidah sintaksis), kaidah penafsiran kalimat (kaidah semantis), dan kaidah fonologis (kaidah fonologis). Jadi mempelajari suatu bahasa berarti menelaah seperangkat kaidah sintaksis, kaidah semantis, dan kaidah fonologis.
4.  Bahasa adalah cermin fikiran.
Menurut Chomsky (1972:102) terdapat sejumlah pertanyaan yang menuntun seseorang melakukan telaah bahasa. Telaah bahasa akan menjelaskan sifat-sifat pikiran manusia yang mendasar.
            Menurut Akmajian dkk. (1984; 5-7), asumsi-asumsi dasar TGT adalah sebagai berikut :
1.  Bahasa manusia pada semua tingkatan dikuasai oleh kaidah. Setiap bahasa kita ketahui mempunyai kaidah sistematis yang menguasai pengucapan, pembentukan kata, dan konstruksi gramatikal.  Yang dimaksud dengan kaidah adalah kaidah deskriptif. Yaitu kaidah yang memberikan bahasa yang sesungguhnya dari kelompok penutur tertentu. Kaidah deskriptif sebenarnya mengungkapkan generalisasi dan keteraturan tentang berbagai aspek bahasa.
2.  Bahasa manusia yang beraneka ragam itu membentuk suatu fenomena yang menyatu. Para linguis mengasumsikan bahwa adalah mungkin menelaah bahasa manusia pada umumnya dan bahasa tertentu untuk mengungkapkan ciri-ciri bahasa yang semesta. Secara lahiriah bahasa manusia sangat berbeda-beda, namun secara batiniah bahasa tersebut memiliki ciri-ciri kesemestaan. Semua bahasa memiliki tingkat kerumitan yang sama. Tidak ada bahasa yang bersahaja.
3.  Tujuan akhir linguistik bukanlah semata-mata untuk memahami bagaimana bahasa itu terbentuk dan bagaimana berfungsinya, semakin banyak memahami tentang bahasa manusia, semakin banyak pula memahami tentang proses pikiran manusia, Karena telaah bahasa pada hakikatnya adalah telaah pikiran manusia.

Konsep-konsep Dasar TGT
Konsep-konsep dasar yang dibahas dalam teori sintaksis struktural juga berlaku bagi teori sintaksis TGT, sehingga tidak perlu lagi dibahas lagi. Namun ada konsep-konsep dasar khusus bagi teori sintaksis TGT, antara lain:
1.    Kompetensi
Teori linguistik utamanya berurusan dengan penutur-pendengar yang ideal, dalam suatu masyarakat yang homogen secara keseluruhan, yang mengetahui bahasa dengan sempurna dan tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi gramatikal yang tidak relevan seperti keterbatasan ingatan,  gangguan, perubahan  perhatian dan  minat serta kesalahan.
Kompetensi merujuk kepada kemampuan penutur-pendengar yang ideal untuk mengasosiasikan bunyi dengan makna sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa (Chomsky, 1972a:116)
Kompetensi adalah pengetahuan penutur akan bahasanya, sistem kaidah yang dikuasainya dan yang menentukan hubungan antara bunyi dan makna bagi kebanyakan kalimat. Tentunya orang yang mengetahui suatu bahas dengan sempurna memiliki sedikit atau tidak sama sekali pengetahuan yang didasari tentang kaidah-kaidah yang digunakannya secara terus-menerus dalam berbicara atau menyimak, menulis atau membaca.

2.    Performansi
Performansi penutur atau pendengar adalah suatu hal yang kompleks yang mencakup banyak faktor. Satu faktor fundamental yang tercakup dalam performansi penutur pendengar adalah pengetahuannya akan tata bahasa yang menentukan hubungan intrinsik antara bunyi dan mana setiap kalimat. Kita merujuk kepada pengetahuan ini sebagai kompetensi penutur-pendengar.

3.    Struktur  Batin  dan  Struktur Lahir
Istilah struktur batin digunakan untuk merujuk pada representasi mental yang mendasari suatu ujaran. Struktur lahir bersesuaian dengan bunyi, yaitu aspek fisik bahasa; tetapi ketika signal dihasilkan dengan struktur lahirnya, maka di situ berlangsung analisis mental yang sesuai dengan apa yang disebut dengan struktur batin.
Struktur lahir terdiri atas kalimat-kalimat aktual dari bahasa yang bersangkutan, yaitu kalimat-kalimat yang sesungguhnya dihasilkan oleh para penutur.

4.    Kaidah struktur frasa
Kaidah struktur frasa adalah serangkaian pernyataan yang menjelaskan tentang urutan unsur-unsur yang mungkin  dalam suatu kalimat  atau  kelompok  kata. 
Brown dan Miller (1982: 15-16) menyatakan  bahwa ada dua jenis kaidah struktur frasa (KSF) yaitu :
(1) KSF bebas konteks (context free phrase structure rule) dan
(2)  KSf sensitif konteks (context sensitive  phrase  structure rule). 

KSF bebas konteks mempunyai bentuk  X  Y yang menyatakan bahwa apa pun konteks dari X, yaitu lambang apapun yang terdapat di sebelah kiri dan/atau  di sebelah kanan , X  tetap ditulis Y, sedangkan KSF sensitive  konteks  mempunyai  bentuk X Y/-Z, atau  X  Y/Z atau    X    Y/Z-W.
Bentuk pertama menyatakan bahwa X menjadi Y jika X langsung muncul di sebelah kanan Z; bentuk kedua menyatakan bahwa X menjadi Y jika X langsung di sebelah kiri Z.

5.    Organisasi TGT
Chomsky (1965: 15-18) mengemukakan bahwa TGT merupakan sistem kaidah yang dapat digunakan untuk menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
Sistem kaidah ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu:
o  Komponen sintaksis
o  Komponen fonologis
o  Komponen semantis
Untuk menegaskan hubungan antara sintaksis dan semantik. Dalam  Syntactic Structures  Chomsky menekankan otonomi sintaksis  dengan pertimbangan semantik, ia menggambarkan bahasa harus mempunyai makna untuk menunjukkan hubungan sintaksis dan semantik. Yang kedua Chomsky tertarik terhadap aturan bahasa formal dan kenyataan untuk mengembangkan variasi tata bahasa formal.

CATATAN:
1. Tokoh: Noam Chomsky 1928
2.  Ide tentang Bahasa:
Competence – performance
Deep structure – surface structure
Transformational- generative grammar
o  Produktivitas dan kreativitas bahasa
o  Struktur kalimat yang tak terbatas
o  Mengandung keformalan dan eksplisit
o  Bahasa adalah kombinasi unsur-unsur dasar (fonem, morfem, kata) yang diizinkan dan tepat (well-formed)
o   Bahasa dapat dianalisis dengan tiga komponen yaitu sintaksis, fonologi dan semantik

Tidak ada komentar: