WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Senin, 30 Juni 2014

Semantik dan Jenis- Jenis Makna Makna Kata Bahasa Indonesia

              Kajian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata untuk meneliti makna kata, bagaimana asal mulanya, bahkan bagaimana perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa. Berapa banyak bidang ilmu-ilmu lain yang mempunyai sangkut paut dengan semantik, oleh sebab itu makna memegang peranan tergantung dalam pemakaian bahasa sebagai alat untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran, dan maksud dalam masyarakat. Bidang semantik terbatas pada usaha memperhatikan dan mengkaji proses transposisi makna kata dalam pemakaian bahasa. Kata Ullman(1972), “Apabila seseorang memikirkan maksud sesuatu perkataan, sekaligus memikirkan rujukannya atau sebaliknya.
               Hubungan dua hal antara maksud dengan perkataan itulah lahir makna, oleh yang demikian walaupun rujukan tetap, akan tetapi makna dan perkataan dapat berbeda”.
Hasil dari penelitian sejarah, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Kuno yang berbentuk kesusastraan dan bertulisan Arab (Sastra Persia – Arab).
Terbukti adanya beberapa prasasti seperti di Palembang, Jambi, P. Bangka yang bertahun Caka : 604, 605, dan 608 atau (682M, 683 M, dan 686 M) dan begitu juga dengan piagam-piagam yang terentang dari Kota Kapur, Karag Berahi, Kedukan Bukit (bertarikh 6800) sampai ke Minye Tujuh di Aceh pada tahun 13800 Masehi (Notosudirjo, 1977 : 11 – 19).
Jelasnya makna kata adalah sesuatu yang dicari dan hanya diberikan dalam
kamus tuntas suatu bahasa.
           Dalam kajian semantik dari dulu hingga sekarang, penyelidikan makna kata berdasarkan hubungan antara ujaran, misalnya ; kata dengan  dunia luar, dan referensi serta denotasi merupakan beberapa diantara hubungan-hubungan tersebut, (Robin, 1992 : 27). Sebagian dari perubahan yang terjadi di dalam sejarah semua bahasa ialah perubahan atau fungsi semantik beberapa kata dalam kosa kata bahasa-bahasa tersebut dan kosa kata itu dianggap sebagai isi leksikal yang berkesinambungan dalam tahap-tahap perkembangan bahasa tertentu.

Pengertian Semantik
Untuk mengetahui pengertian semantik penulis mengemukakan beberapa pendapat para ahli antara lain :
1.J. W. M. Verhaar (1996 : 13) berpendapat bahwa, “Semantik adalah cabang linguistik yang akan membahas arti atau makna”.
2.Abdul Chaer (1994 : 284) mengatakan,
“Semantik merupakan bidang studi
linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa”.
3.R. H. Robins (1992 : 24) berpendapat bahwa, “Makna merupakan atribut bukan saja dari bahasa melainkan pula dari segenap sistem tanda dan lambang, dan kajian makna dinamakan Semantik”.
4.Aminuddin (1988 : 15) mengatakan, “Semantik berasal dari bahasa Yunani mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis semantik mengandung pengertian studi tentang makna”.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah salah satu cabang studi linguistik yang membahas tentang makna.

JENIS- JENIS MAKNA
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda.  Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan oleh orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik.  Abdul Chaer (1994 : 289 – 296) membagi jenis-jenis makna sebagai berikut,  “Makna leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial dan non referensial, denotatif, konotatif, konseptual, asiosiatif, kata, istilah, idiom serta makna peribahasa”.
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, maka apa adanya, atau makna yang ada di dalam kamus.
Misalnya, leksem ‘kuda’ memiliki makna leksikal sejenis binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai, ‘pensil’ bermakna leksikal sejenis alat tulis yang terbuat dari
kayu dan arang, dan ‘air’ bermakna leksikalsejenis barang cair yang biasa digunakan
untuk keperluan sehari-hari.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi.
Umpamanya, dalam proses aplikasi prefiks ber- dengan baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’, dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’. Contoh lain, proses komposisi dasar sate dengan dasar ya
ng melahirkan makna gramatikal ‘asal’, dengan dasar lontong melahirkan makna gramatikal ‘bercampur’. Sintaksisasi kata-kata adik, menendang, dan bola menjadi kalimat adik menendang bola melahirkan makna gramatikal ; adik bermakna ‘pelaku’, menendang bermakna ‘aktif’, dan bola bermakna ‘sasaran’.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada di
dalam suatu konteks. Misalnya, makna kontek
s kata kepala pada kalimat-kalimat
berikut :
a.Rambut di kepalanenek belum ada yang putih.
b.Sebagai kepalasekolah dia harus menegur murid itu.
c.Nomor teleponnya ada pada kepalasurat itu.
d.Kepalapaku dan kepalajarum tidak sama bentuknya.
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Contohnya :
“Tiga kali empat berapa?”
Jika dilontarkan di depan kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran matematika berlangsung. Tentu dijawab dua belas atau mungkin tiga belas. Namun kalau pertanyaan itu dilontarkan
kepada tukang photo, maka pertanyaan itu mungkin akan ditanya dua ratus atau tiga ratus, mengapabegitu? Sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pas photo yang be
rukuran tiga kali empat centimeter.

4. Makna Referensial
Sebuah kata disebut bermakna referensial kalau ada referensinya, atau acuannya. Kata-kata seperti ‘kuda’. disebut bermakna referensial kalau ada referensinya, atau acuannya. Kata-kata seperti ‘kuda’, ‘merah’, dan ‘gambar’ adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial.
Kata-kata seperti, dan, atau dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.
Berkenaan dengan acuan ini ada sejumlah kata, yang disebut kata-kata deiktik, yang acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah  dari wujud yang satu kepada wujud ke lain. Kata-kata yang deiktik ini adalah kata-kata seperti pronomina, misalnya dia, saya, kamu ; kata-kata yang menyatakan ruang, misalnya di sini, di sana, dan di situ ; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang, besok dan nanti ; kata-kata yang disebut kata petunjuk, misalnya ini dan itu.
Contoh pronomina kata saya pada kalimat berikut yang acuannya tidak sama ;
a.“Tadi pagi sayabertemu dengan pak Ahmad”, kata Ani kepada Ali.
b.“O, ya?”, sahut Ali, “Sayajuga bertemu beliau tadi pagi”.
c.“Dimana kalian bertemu beliau?”, tanya Amir, “Sayasudah lama tidak jumpa dengan beliau.

Pada kalimat (a) kata sayamengacu kepada Ani, pada kalmat (b) mengacu pada Ali, dan pada kalimat (c) mengacu pada Amir. Contoh lain, kata di sini pada kalimat (d) acuannya juga tidak samadengan kata di sini pada (e).

d.“Tadi saya lihat pak Ahmad duduk di sinisekarang dia kemana?”, tanya pak Rasyid kepada mahasiswa itu.
e. “Kami di sinimemang bertindak tegas terhadap para penjahat itu”,kata Gubernur DKI kepada para wartawandari luar negeri itu.

Kata di sini pada kalimat (d) acuannya adalah sebuah tempat duduk, tetapi pada kalimat (e) acuannya adalah satu wilayah DKI Jakarta Raya.

5. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya, kata kurusbermakna denotatif yang mana artinya ‘keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal’. Kata bunga bermakna denotatif yaitu ‘bunga yang seperti kita di taman bunga’.
6. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata kurus pada contoh di atas, berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi ramping, yaitu sebenarnya bersinomin dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan ; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata kerempeng, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng. Dan juga kata bunga seperti contoh di atas, jika dikatakan “Si Ida adalah bunga kampung kami”, ternyata makna bunga tak sama lagi dengan makna semula. Sifat bunga yang indah itu dipindahkan kepada si Ida yang cantik. Dengan kata lain, orang lain melukiskan kecantikan si ida yang bak bunga.

7. Makna Konseptual
Makna Konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kudamemiliki makna konseptual ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’, dan kata rumah memiliki makna konseptual ‘bangunan tempat tinggal manusia’.

8. Makna Asosiatif
Makna Asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar

Minggu, 29 Juni 2014

Penilaian Othentik Dapat Berupa Jangka Pendek atau Tugas Jangka Panjang bagi Siswa

Tidak ada jangka waktu tertentu yang melekat pada kesempatan belajar penilaian autentik .   Namun, " dalam sistem penilaian lengkap , harus ada keseimbangan penilaian kinerja yang lebih panjang dan yang lebih pendek " ( Valencia , 1997) . Menurut Lawrence Rudner , penilaian otentik harus mensyaratkan bahwa siswa menjadi peserta aktif dalam pembelajaran dan mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan . Berikut ini adalah daftar contoh penilaian otentik yang memenuhi salah satu atau kedua persyaratan ini - partisipasi aktif dan / atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan . Ketika Anda membaca daftar ini , perlu diingat bahwa beberapa contoh akan bekerja lebih baik untuk Anda tergantung pada tingkat kelas dan bidang topik .         
Catat contoh penilaian yang dapat Anda gunakan di kelas Anda sendiri .                    Contoh Penilaian otentik                                                                                       
1). Penelitian konduksi dan menulis laporan                                                            
2). Analisis Karakter                                                                                               
3). debat Mahasiswa ( individu atau kelompok )                                                       4). Menggambar dan menulis tentang sebuah cerita atau bab                                       5). Percobaan - trial and error learning                                                                     
6). Jurnal entri ( tulisan reflektif )                                                                         
7). Diskusi mitra atau kelompok                                                                             
8). Siswa self-assessment                                                                                        
9). penilaian dan evaluasi rekan                                                                             10). Presentasi                                                                                                     
11). Proyek
12).   Portofolio                                                                                                      
13).  kelas berjenjang pembelajaraBerikut dua link akan menyediakan Anda dengan contoh penilaian otentik dan pembelajaran di kelas . Silakan klik pada setiap link dan menonton video .                
Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas betapa beragam penilaian otentik dapat, dan bagaimana ia digunakan pada semua tingkatan usia .Ketika Anda menonton video menyimpan pertanyaan-pertanyaan berikut dalam pikiran :                      a).  Bagaimana hal ini berhubungan dengan kelas saya ?                                             b).  Apakah saya dapat menggabungkan jenis penilaian ?                                           c). Apa ide-ide kunci yang saya dapat menyimpan dan menggunakan di kelas saya ?       d). Bagaimana siswa secara pribadi manfaat dari jenis penilaian ?
               Ada banyak contoh besar asseessment otentik yang diberikan dari Authentic Assessment Toolbox Jon Mueller (North Central College ) . Contoh dipecah menjadi tingkatan kelas serta mata pelajaran dan bahkan lebih spesifik topik dalam mata pelajaran . Check out website ini dan menemukan contoh pelajaran yang memenuhi kebutuhan Anda sendiri :Bagaimana portofolio kesempatan penilaian otentik yang efektif ?Sebuah portofolio mahasiswa adalah salah satu contoh penilaian otentik yang difokuskan pada lebih sungguh-sungguh dalam mini- tentu saja karena Portofolio adalah kumpulan siswa berbagai kesempatan belajar otentik lain dan sebuah karya pertumbuhan siswa selama periode kursus. Sebuah portofolio siswa harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat dianggap "otentik " penilaian. Untuk mengumpulkan segumpal karya siswa dari seluruh sekolah tahun bukanlah penilaian otentik .Idealnya , portofolio siswa akan dianggap otentik jika berikut berlaku :1 . Mahasiswa hati-hati dipilih pekerjaan mereka sendiri dan membuat keputusan mereka sendiri tentang apa pekerjaan mereka paling bangga untuk ditempatkan dalam portofolio mereka . Ini adalah ajang bagi siswa , guru , orang tua , dan distrik sekolah  2 . Siswa diminta untuk merenungkan pekerjaan mereka sendiri - mengapa mereka memilih itu , mengapa penting bagi mereka , seberapa keras mereka bekerja , bagaimana hal itu dapat diperbaiki , dll                                                                                 
             Dalam situasi ini , karena siswa memilih potongan mereka sendiri , dan tercermin pada pekerjaan mereka sendiri dan pertumbuhan pribadi selama kursus , itu membuat lebih berarti bagi mereka .  Portofolio tidak perlu dievaluasi . Sebagian besar pekerjaan yang siswa memilih untuk dipamerkan dalam portofolio sudah akan dinilai. Namun, Anda dapat memilih untuk membuat rubrik untuk mengevaluasi portofolio siswa dengan mempertimbangkan upaya mereka , pilihan tugas , pengembangan selama kursus , dan refleksi pribadi .


NEGOSIASI DAN PENERAPANNYA

    Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Negosiasi diperlukan dalam kehidupan manusia karena sifatnya yang begitu erat dengan filosofi kehidupan manusia dimana setiap manusia memiliki sifat dasar untuk mempertahankan kepentingannya, disatu sisi manusia lain juga memiliki kepentingan. Padahal, kedua pihak tersebut memiliki suatu tujuan yang sama, yaitu memenuhi kepentingan dan kebutuhannya. Apabila terjadi benturan kepentingan terhadap suatu hal, maka timbullah suatu sengketa. Dalam penyelesaian sengketa dikenal berbagai macam cara, salah satunya negoisasi.
Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Mulai dari bangun pagi, mungkin kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, kemudian apakah sopir harus mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu. Demikian pula di kantor misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf, bahkan untuk menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan sekerja kita, bahkan untuk pergi kuliah pun, kita akan bernegosiasi pada diri sendiri mengenai baju apa yang akan kita kenakan. Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomodasi kepentingan orang lain.
Negosiasi dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Mulai dari anak kecil sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan kaum elit di kalangan atas. Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif dan lebih baik dengan siapa saja.
1.    Negoisasi dan Cakupannya
a. Pengertian Negoisasi
Salah satuketerampilan komunikasi yang seringkali kita laksanakan adalah negosiasi. Negosiasi dapat terjadi setiap hari antar anggota keluarga, di toko, kampus atau di tempat kerja. Secara sederhana negosiasi terjadi bila orang lain memiliki apa yang kita inginkan dan kita bersedia menukarnya dengan apa yang diinginkan mereka. Negosiasi adalah ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih
Negoisasi merupakan kosakata yang sering kita dengar. Negoisasi merupakan proses yang sering sekali kita lakukan dalam hidup dan sering pula kita tidak sadar kalau kita tengah melakukan negoisasi. Untuk itu perlu terlebih dahulu dijelasakan pengertian negoisasi. Negoisasi dipahami sebagai sebuah proses dimana terdapat pihak ingin menyelesaikan permasalahan, melakuakan suatu persetujuan untuk melakukan suatu perbuatan, melakukan penawaran untuk mendapatkan keuntungan tertentu, dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keutungan tertentu (win-win solution). Negoisasi biasa dikenal sebagai salah satu bentuk alternatif dispute resulation.
Dengan demikian, secara sederhana dapat disimpulkan negoisasi adalah satu cara antara dua orang atau lebih yang berbedakepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan dalammencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan darimasing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahamankepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan (mencapaikesepakatan bersama).

b. Karakteristik Negoisasi
1.        Senantiasa melibatkan orang baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok,
2.       Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi,
3.       Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter),
4.       Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi,
5.       Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi,

c.   Prinsip Negoisasi
1.        Memisahkan perasaan pribadi dengan masalah yang sedang dihadapi,
2.       Berfokus pada kepentingan bukan pada posisi,
3.       Mengumpulkan beberapa pilihan sebelum membuat keputusan akhir,
4.       Kharismatik, vokal yang terdengar meyakinkan pada saat negoisasi.

d. Kemampuan Bernegoisasi
Meskipun secara lahiriah manusia telah dibekali dengan kemampuan untuk bernegosiasi, namun untuk dapat bernegoisiasi dengan baik, kemampuan dasar tersebut pelu dikembangkan. Adapun, beberapa kemampuan dasar untuk dapat bernegosiasi yang baik adalah:
1.    Kemampuan menentukan serangkaian tujuan, namun tetap fleksibel dengan sebagian diantaranya. Selain harus mampul mempertahankan serangkaian tujuan, dalam organisasi, seorang negosiator harus mampu bersikap fleksibel dalam membaca keseimbangan atau perubahan posisi tawar yang terjadi selama negosiasi,
2.   Kemampuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan dari pilihan yang banyak. Dalam hal ini, seorang megosiator harus jeli membaca kemungkinan dan memprediksi konsekuensi yang mungkin timbul dari masing-masing pilihan. Sebaiknya seorang negosiator sudah harus mampu memprediksi kemungkinan terbaik dan terburuk yang mungkin timbul,
3.   Kemampuan untuk mempersiapkan dengan baik. Tidak ada negosiasi yang baik tanpa persiapan yang baik. Negosiator ulung selalu mempersiapkan segala sesuaatu, mulai dari hal besar hingga hal kecil jauh sebelum pelaksanaan negosiasi. Namun, tak jarang seorang negosiator harus mampu melakukan negosiasi pada saat yang tidak terduga,
4.   Kompetensi interaktif, yaiut mampu mendengarkan dan menanyakan pihak-piahk lain. Menjawab lebih mudah dari memberikan pertanyaan yang baik, karena setiap jawaban lahir karena ada pertanyaan. Tanpa adanya pertanyaan yang baik, jawaban yang baik tidak bisa diharapkan,
5.   Kemampuan menentukan prioritas. Dalam negosiasi, segala hal yang dinegosiasikan adalah penting, hanya saja seorang negosiator harus mampu memberikan prioritas kepada permasalahan yang ada, hingga tersusun dalam tingkatan prioritas.
               Dengan memiliki kemampuan dasar tersebut, diharapkan negosiator sudah memiliki dasar pemikiran dan kemampuan untuk bernegosiasi. Selanjutnya, selain kemampuan dasar tersebut, seorang negosiator harus memiliki kemampuan berbicara (retorika) dan kemampuan memimpin (leadership) serta manajemen yang baik agar mampu menetukan alur negosiasi dan melangsungkan negosiasi hingga tujuan tercapai.

e. Dua Jenis Negosiator
1.    Value Claimers
     Memandang negosiasi sebagai proses pertikaian. Masing-masing pihak berusaha mendapatkan sebanyak mungkin jatah atau kemenangan dan memberikan sesedikit mungkin jatah atau kemenangan bagi lawannya.
2.   Value Creators
     Mengutamakan proses yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Mencoba untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak yang bernegosiasi.

f. Cakupan Negoisasi
    Dalam konteks organisasi, negosiasi dapat terjadi:
1.    Antara dua orang
    misal: pada saat manajer dan bawahannya memutuskan tanggal penyelesaian proyek yang harus diselesaikan oleh bawahan,
2.   Dalam kelompok
       misal: untuk mengambil keputusan kelompok atas suatu kasus,
3.   Antar kelompok
      Misal: bagian pembelian dengan pemasok dalam kesepakatan harga, kualitas atau tanggal penyerahan barang.

g. Unsur-unsur Negosiasi
1.    Ketergantungan dalam suatu tingkatan, antara pihak pihak yang terlibat,
2.   Ketidaksepakatan atau konflik (baik konflik nyata atau yang tersembunyi),
3.   Interaksi yang oportunistik (setiap pihak punya keinginan untuk berusaha mempengaruhi orang lain),
4.   Kesepakatan.

h. Tujuan Negoisasi
1.    Tujuan agresif - berusaha memperoleh keuntungan dari kerugian (damage) pihak lawan,
2.   Tujuan kompetitif - berusaha memperoleh sesuatu yang lebih (getting more) dari pihak lawan,
3.   Tujuan kooperatif - berusaha memperoleh kesepakatan yang saling menguntungkan (mutual gain),
4.   Tujuan pemusatan diri - berusaha memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan penerimaan pihak lain,
5.   Tujuan defensif - berusaha memperoleh hasil dengan menghindari yang negatif,
6.   Tujuan kombinasi.

i.  Gaya-gaya Negoisasi
     Dalam gaya negosiasi dapat dijelaskan dalam dua dimensi, yaitu arah dan kekuatan:
1.    Arah berbicara tentang cara kita menangani informasi.
2.   Mendorong [push]
     Memberi informasi, mengajukan usul, melalaikan kontribusi orang lain, mengkritik, bertindak sebagai pengganggu – semua taktik yang berlaku tergantung sifat dan konteks negosiasi.
3.   Menarik [pull]
    Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi, meminta saran, memastikan pemahaman, meminta kejelasan, menyatakan perasaan kita.
4.   Kekuatan berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yang semula.
 a.  Bersikap keras : kita ingin menang berapapun harganya, tidak akan mengalah atau mundur, tidak akan menerima tawaran apapun, kita mengejar sasaran yang tinggi.
b.   Bersikap lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata tidak, menyesuaikan diri
      sasaran yang kita kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras dalam beberapa persoalan dan bersikap lunak dalam persoalan-persoalan yang lain : hal ini memberikan petunjuk jelas mengenai hasil yang menjadi prioritas.

j.  Prasyarat Negoisasi Yang Efektif
Prasyarat Negoisasi yang Efektif
1.    Kemauan (wilingness), mau menyelesaikan masalah dan bernegoisasi secara sukarela
2.   Kesiapan (preparedness), siap melakukan negoisasi,
3.   Kewenangan (authoritative), mempunyai wewenang mengambil keputusan,
4.   Keseimbangan kekkuatan (equal bargaining power), memiliki kekuatan yang relatif seimbang sehingga dapat menciptakan saling ketergantungan,
5.   Keterlibatan seluruh pihak terkait (stakeholdership), dukungan seluruh pihak terkait dalam proses negoisasi,
6.   Holistik (comprehensive), pembahasan permasalahan secara menyeluruh,
7.   Komunikasi dan rasa percaya antara sesama pihak masih ada,
8.   Sengketa tidak terlalu pelik,
9.   Tanpa prasangka, segala komunikasi atau diskusi dalam rangka menyelesaikan sengketa tidak dapat sebagai bukti.

k.      Proses Negoisasi
Seperti proses dan teknik komunikasi yang lain,negosiasi mengharuskan kita untuk mempersiapkan diri dari persiapan, pelaksanaan sampai bagaimana kita menutup proses tersebut. Persiapan dimulai dengan rencana – sasaran akhir dan strategi untuk mencapainya, tujuan yang diinginkan, persiapan diri, melihat posisi lawan komunikasi, pendekatan dan strategi yang tepat, dan suasana yang mendukung. Saat pelaksanaan negosiasi, membaca tanda-tanda nonverbal, membuat dan menanggapi usulan, menentukan posisi kita, dan menanggapi siasat yang diberikan lawan kita. Pada proses menutup negosiasi, bagaimana membahas konsesi dan posisi kita, cara menutup yang berkesan, mengatasi kemacetan dan menghasilkan sebuah hasil yang diharapkan bila tidak mencari solusi lain yang tepat dan terakhir melaksanakan keputusan yang dibuat. Berikut akan dijelaskan mengenai proses negoisasi:

l.     Langkah-langkah bernegoisasi
1.    Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya. Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
2.   Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
a.  Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
b.  Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c.  Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
d.  Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.

3.   Memulai proses negosiasi
Langkahpertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok   negosiasi;
b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya diri;
c. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka
d. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
e. Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
f. Mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain.
Mendengar dengan efektif memerluka kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.

4.   Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)
Dalam proses intidari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli. Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.

5.   Membangun Kesepakatan
Babakterakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan. Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.

6.  Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:
1).  Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain. Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.
2).  Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
3).  Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
      Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa menuju ke kuadran pertama.
4). Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh . Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.

7.  Negoisasi Dengan Hati
Padadasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di antara kita tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang kelihatan merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat,keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individualyang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Jadi, sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Negosiasi menuntut kemampuan komunikasi yang memadai. Ini membuktikan betapa komunikasi dengan pihak lain merupakan syarat utama yang dapat menunjang keberhasilan kita di masa depan. Kita semua adalah negoisiator yang selalu melakukan negoisiasi setiap hari. Hanya saja, kita tidak sadar, jikalau kita sedang melakukan suatu negoisasi. Negosiasi tidaklah untuk mencari pemenang dan pecundang dalam setiap negosiasi terdapat kesempatan untuk menggunakan kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan kreatif untuk membawa kedua belah pihak ke arah hasil yang positif bagi kepentingan bersama. [Ron Ludlow & Fergus Panton 2000 : 141 – 142] karena pada dasarnya sebuah negoisasi adalah sebuah kesepakatan diantara orang-orang yang melakukan negoisasi.
Kemampuan bernegoisasi sangat dibutuhkan dewasa ini, karena setiap aktivitas membuthkan negoisasi. Kita selalu melakukan negoisasi kepada orang tua, kakak, adik, anak, suami, istri, teman, kerabat bahkan negoisasi terhadap diri sendiri kerap kita lakukan. Orang-orang yang selalu melakukan negoisasi adalah cerdas. Mengapa? Karena dalam negoisasi terdapat kesepakatan yang menghasilkan keputusan dan keputusan itu adalah hal yang menyangkut dengan kepentingan diri sendiri yang mengambil sebuah resiko dan mengharapkan keuntungan tertentu. Untuk itu, latihlah diri pembaca untuk selalu bernegoisasi.
Makalah ini hadir didepan pembaca sekalian bermaksud untuk memperjelas cara bernegoisasi yang kita lakukan dan mengarahkannya kepada sebuah tindakan bisnis. Namun, pada dasarnya pembahasan dari awal hingga akhir sangatlah fleksibel penggunaannya dalam bernegoisasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua...Amin...
DAFTAR PUSTAKA
Sastro  atmodjo, Sudijono. “Komunikasi Bisnis”, Semarang : IKIP Semarang, 1995