WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Senin, 30 Juni 2014

Semantik dan Jenis- Jenis Makna Makna Kata Bahasa Indonesia

              Kajian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata untuk meneliti makna kata, bagaimana asal mulanya, bahkan bagaimana perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa. Berapa banyak bidang ilmu-ilmu lain yang mempunyai sangkut paut dengan semantik, oleh sebab itu makna memegang peranan tergantung dalam pemakaian bahasa sebagai alat untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran, dan maksud dalam masyarakat. Bidang semantik terbatas pada usaha memperhatikan dan mengkaji proses transposisi makna kata dalam pemakaian bahasa. Kata Ullman(1972), “Apabila seseorang memikirkan maksud sesuatu perkataan, sekaligus memikirkan rujukannya atau sebaliknya.
               Hubungan dua hal antara maksud dengan perkataan itulah lahir makna, oleh yang demikian walaupun rujukan tetap, akan tetapi makna dan perkataan dapat berbeda”.
Hasil dari penelitian sejarah, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Kuno yang berbentuk kesusastraan dan bertulisan Arab (Sastra Persia – Arab).
Terbukti adanya beberapa prasasti seperti di Palembang, Jambi, P. Bangka yang bertahun Caka : 604, 605, dan 608 atau (682M, 683 M, dan 686 M) dan begitu juga dengan piagam-piagam yang terentang dari Kota Kapur, Karag Berahi, Kedukan Bukit (bertarikh 6800) sampai ke Minye Tujuh di Aceh pada tahun 13800 Masehi (Notosudirjo, 1977 : 11 – 19).
Jelasnya makna kata adalah sesuatu yang dicari dan hanya diberikan dalam
kamus tuntas suatu bahasa.
           Dalam kajian semantik dari dulu hingga sekarang, penyelidikan makna kata berdasarkan hubungan antara ujaran, misalnya ; kata dengan  dunia luar, dan referensi serta denotasi merupakan beberapa diantara hubungan-hubungan tersebut, (Robin, 1992 : 27). Sebagian dari perubahan yang terjadi di dalam sejarah semua bahasa ialah perubahan atau fungsi semantik beberapa kata dalam kosa kata bahasa-bahasa tersebut dan kosa kata itu dianggap sebagai isi leksikal yang berkesinambungan dalam tahap-tahap perkembangan bahasa tertentu.

Pengertian Semantik
Untuk mengetahui pengertian semantik penulis mengemukakan beberapa pendapat para ahli antara lain :
1.J. W. M. Verhaar (1996 : 13) berpendapat bahwa, “Semantik adalah cabang linguistik yang akan membahas arti atau makna”.
2.Abdul Chaer (1994 : 284) mengatakan,
“Semantik merupakan bidang studi
linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa”.
3.R. H. Robins (1992 : 24) berpendapat bahwa, “Makna merupakan atribut bukan saja dari bahasa melainkan pula dari segenap sistem tanda dan lambang, dan kajian makna dinamakan Semantik”.
4.Aminuddin (1988 : 15) mengatakan, “Semantik berasal dari bahasa Yunani mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis semantik mengandung pengertian studi tentang makna”.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah salah satu cabang studi linguistik yang membahas tentang makna.

JENIS- JENIS MAKNA
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda.  Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan oleh orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik.  Abdul Chaer (1994 : 289 – 296) membagi jenis-jenis makna sebagai berikut,  “Makna leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial dan non referensial, denotatif, konotatif, konseptual, asiosiatif, kata, istilah, idiom serta makna peribahasa”.
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, maka apa adanya, atau makna yang ada di dalam kamus.
Misalnya, leksem ‘kuda’ memiliki makna leksikal sejenis binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai, ‘pensil’ bermakna leksikal sejenis alat tulis yang terbuat dari
kayu dan arang, dan ‘air’ bermakna leksikalsejenis barang cair yang biasa digunakan
untuk keperluan sehari-hari.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi.
Umpamanya, dalam proses aplikasi prefiks ber- dengan baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’, dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’. Contoh lain, proses komposisi dasar sate dengan dasar ya
ng melahirkan makna gramatikal ‘asal’, dengan dasar lontong melahirkan makna gramatikal ‘bercampur’. Sintaksisasi kata-kata adik, menendang, dan bola menjadi kalimat adik menendang bola melahirkan makna gramatikal ; adik bermakna ‘pelaku’, menendang bermakna ‘aktif’, dan bola bermakna ‘sasaran’.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada di
dalam suatu konteks. Misalnya, makna kontek
s kata kepala pada kalimat-kalimat
berikut :
a.Rambut di kepalanenek belum ada yang putih.
b.Sebagai kepalasekolah dia harus menegur murid itu.
c.Nomor teleponnya ada pada kepalasurat itu.
d.Kepalapaku dan kepalajarum tidak sama bentuknya.
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Contohnya :
“Tiga kali empat berapa?”
Jika dilontarkan di depan kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran matematika berlangsung. Tentu dijawab dua belas atau mungkin tiga belas. Namun kalau pertanyaan itu dilontarkan
kepada tukang photo, maka pertanyaan itu mungkin akan ditanya dua ratus atau tiga ratus, mengapabegitu? Sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pas photo yang be
rukuran tiga kali empat centimeter.

4. Makna Referensial
Sebuah kata disebut bermakna referensial kalau ada referensinya, atau acuannya. Kata-kata seperti ‘kuda’. disebut bermakna referensial kalau ada referensinya, atau acuannya. Kata-kata seperti ‘kuda’, ‘merah’, dan ‘gambar’ adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial.
Kata-kata seperti, dan, atau dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.
Berkenaan dengan acuan ini ada sejumlah kata, yang disebut kata-kata deiktik, yang acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah  dari wujud yang satu kepada wujud ke lain. Kata-kata yang deiktik ini adalah kata-kata seperti pronomina, misalnya dia, saya, kamu ; kata-kata yang menyatakan ruang, misalnya di sini, di sana, dan di situ ; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang, besok dan nanti ; kata-kata yang disebut kata petunjuk, misalnya ini dan itu.
Contoh pronomina kata saya pada kalimat berikut yang acuannya tidak sama ;
a.“Tadi pagi sayabertemu dengan pak Ahmad”, kata Ani kepada Ali.
b.“O, ya?”, sahut Ali, “Sayajuga bertemu beliau tadi pagi”.
c.“Dimana kalian bertemu beliau?”, tanya Amir, “Sayasudah lama tidak jumpa dengan beliau.

Pada kalimat (a) kata sayamengacu kepada Ani, pada kalmat (b) mengacu pada Ali, dan pada kalimat (c) mengacu pada Amir. Contoh lain, kata di sini pada kalimat (d) acuannya juga tidak samadengan kata di sini pada (e).

d.“Tadi saya lihat pak Ahmad duduk di sinisekarang dia kemana?”, tanya pak Rasyid kepada mahasiswa itu.
e. “Kami di sinimemang bertindak tegas terhadap para penjahat itu”,kata Gubernur DKI kepada para wartawandari luar negeri itu.

Kata di sini pada kalimat (d) acuannya adalah sebuah tempat duduk, tetapi pada kalimat (e) acuannya adalah satu wilayah DKI Jakarta Raya.

5. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya, kata kurusbermakna denotatif yang mana artinya ‘keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal’. Kata bunga bermakna denotatif yaitu ‘bunga yang seperti kita di taman bunga’.
6. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata kurus pada contoh di atas, berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi ramping, yaitu sebenarnya bersinomin dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan ; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata kerempeng, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng. Dan juga kata bunga seperti contoh di atas, jika dikatakan “Si Ida adalah bunga kampung kami”, ternyata makna bunga tak sama lagi dengan makna semula. Sifat bunga yang indah itu dipindahkan kepada si Ida yang cantik. Dengan kata lain, orang lain melukiskan kecantikan si ida yang bak bunga.

7. Makna Konseptual
Makna Konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kudamemiliki makna konseptual ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’, dan kata rumah memiliki makna konseptual ‘bangunan tempat tinggal manusia’.

8. Makna Asosiatif
Makna Asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar

Tidak ada komentar: