WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Sabtu, 13 Oktober 2012

SEBUAH PERJALANAN(Tugas untuk siswa)




SEBUAH PERJALANAN

Kubuka mataku. Langit masih gelap dan udara pagi ini begitu terasa dingin. Aku segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Susana masih sepi. Senyap. Aku tak mempedulikannya. Segera kubasuh mukaku dan aku segera mandi. Aku dapat merasakan dinginnya air pagi ini.Lalu akupun kembali menuju barak.Aneh. Biasanya orang-orang selalu berebutan untuk mandi .Namun pagi ini mereka masih terlelap bersama mimpi mereka. Kuperiksa kembali tasku .Semua sudah lengkap.
Pagi ini adalah hari terakhir kami berada di tempat ini. Hari ini akan diumumkan hasil seleksi yang telah dilakukan selama satu bulan lamanya. Bagi yang dinyatakan lulus, berhak mengikuti pendidikan di Lembah Tidar. Dan lainnya dengan berat hati harus kembali ke kampung halamannya masing-masing. Akhirnya detik-detik pengumuman datang juga.Seharusnya ada acara reality show yang meliput ekspresi mereka. Cemas, bahagia, senang maupun sedih jadi satu.
…deg. Aku mendengar namaku dipanggil. Itu berarti aku harus meninggalkan mereka. Segera kuangkat tasku .Kusalami beberapa teman-temanku.Tiba-tiba ada yang merangkulku dari belakang. Cecep adalah salah satu dari sekian temanku yang menagis karena kepergianku. Mungkin karena nama depan kami sama maka ada semacam ikatan di antara kami. Sebenarnya aku juga merasa sedih namun aku harus tegar.
Tidak hanya aku yang mengalami nasib ini. Di antaranya adalah Sandhi, Dije, Agil, dan Fajar harus bernasib sama denganku .Aku tak perlu menyesal. Karena semua yang kulakukan adalah hasil yang paling maksimal. Aku telah berusaha sebaik mungkin. Mungkin jalanku tidak berada di sini. Namun ada suatu hal yang tak bisa kulupakan yaitu indahnya kebersamaan.
...ombaeyao….ombaeyao…ombaeyaeyao……malam hari kedinginan……siang hari kepanasan..
sebuah memori yang tersisa di Lembang 29 Juli 2004
dedicated for: Capratar Akmil 2004

TUGAS UNTUK SISWA:
1. Bacalah baik-baik tek di atas dengan memperhatikan isi dan tujuan penulisan!
2. Berilah identitas jenis karangan setiap pagrafnya dan jenis karangan secara keseluruhan:narasi, deskripsi, eksposisis, argumentasi, atau persuasi? Berilah argumen jawabanmu sehingga orang lain/temanmu meyakininya!
Selamat mengerjakan!

Sepi Bukan Untukku (sajak)

Sepi Bukan Untukku (sajak)
May 5, 2004
Tidakkah kau tahu
aku terlalu sunyi
perasaan ini begitu menyeksakan
bertemankan sepi dan hening malam
berjauhan denganmu setiap waktu
bukanlah kehendakku
Tidakkah kau tahu
teriakku memanggilmu
kesepian ini membuat aku
terasa pilu
betapa aku merinduimu
ingin mendengar suaramu
walau sekejap cuma
cukup mengubati laraku
Saat terbenam matahari
hingga terbit fajar
lenaku tak puas
mimpi indahku tak datang
resah dan gelisah membalut hiba
aku tak dapat tidur
seperti mereka yg kedamaian
Sepi itu indah
tapi bukan untukku
kerana senyap sunyi itulah
telah membunuhku...
telah membunuhku...
telah membunuhku...
Hingga hujung waktu
aku tetap menantimu......
Posted at 01:23 pm by bzone80

PUISI BALADA






Rabu, 10 Oktober 2012

Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK XI.1.1

MENYIMAK UNTUK MENYIMPULKAN INFORMASI YANG TIDAK BERSIFAT PERINTAH DALAM KONTEKS BEKERJA
Free Download MP3
A. Kegiatan Menyimak dan Memahami informasi Nonverbal
Menyimak merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dapat menambah atau memperluas pengetahuan. Keterampilan menyimak perlu dilatih secara terus-menerus dan berkesinambungan. Proses pelatihan menyimak menuntut adanya kesiapan mental dan kesehatan fisik serta motivasi atau kemauan secara sadar untuk mengikuti seluruh isi simakan. Pada dasarnya menyimak adalah kegiatan menyerap informasi yang disampaikan secara lisan dengan tidak sekadar menggunakan indera pendengaran, tetapi juga berupaya menangkap isi atau pesan serta memahami makna informasi yang disampaikan. Hasil simakan dapat diungkapkan kembali dengan bahasa sendiri dengan tidak mengubah pengertian dasar informasi sumber. Proses menyimak menuntut motivasi dan perhatian dari pendengar. Tanpa keinginan dan perhatian, sulit mengharapkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan caranya, menyimak terdiri atas beberapa macam, yakni, seperti berikut : 1. Menyimak Intensif menyimak memahami secara terperinci, teliti, dan mendalami bahan yang disimak. 2. Menyimak Ekstensif menyimak memahami secara sepintas dan umum dalam garis-garis besar atau butir-butir penting tertentu. 3. Menyimak untuk Belajar melalui kegiatan menyimak, seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya, para siswa menyimak ceramah guru bahasa Indonesia, para siswa mendengarkan suara radio, televisi, dan sebagainya. 4. Menyimak untuk Menghibur menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya. Misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, pertunjukan sandiwara, film, dan sebagainya. 5. Menyimak untuk Menilai menyimak mendengarkan, memahami isi simakan, menelaah, mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman serta pengetahuan menyimak. 6. Menyimak Diskriminatif menyimak untuk membedakan bunyi suara. Dalam belajar bahasa Inggris, misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi (i) dan (i:). 7. Menyimak Pemecahan Masalah menyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analisis yang disampaikan oleh si pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analisis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu. Untuk dapat mengungkapkan kembali informasi simakan yang diterima dengan baik dan memadai, kita dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perhatikan judul wacana yang akan dilisankan.
2. Catatlah kata-kata kunci yang dianggap penting berupa frasa atau klausa.
3. Catatlah ide-ide pokok setiap paragraf.
4.Catatlah fakta-fakta atau data berupa angka, persentase, atau perbandingan.
5. Uraikan kembali dalam bentuk ikhtisar berdasarkan data-data yang dicatat. Informasi hasil simakan dapat dikemukakan atau disampaikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Informasi verbal berwujud uraian, ulasan, atau penjelasan dan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Informasi ini dianggap lebih mudah dicerna dan dipahami. Contoh informasi verbal: Sulistya mengatakan UN lebih banyak menimbulkan penderitaan bagi sekolah swasta dan pinggiran. Bagaimana mungkin sekolah pinggiran yang sarana, prasarana, kualitas SDM, dan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM)-nya sangat terbatas disamakan dengan sekolah yang SPM-nya lengkap dan pada umumnya didominasi sekolah negeri perkotaan. UN yang diselenggarakan setiap tahun hanya akan menambah persoalan dan pemborosan APBN, jika hasil ujian periode sebelumnya tidak ditindaklanjuti dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada sekolah yang angka kelulusannya rendah. Informasi berbentuk nonverbal cenderung bersifat visual, berupa bentuk atau gambar serta garis-garis yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan cenderung perlu pengamatan lebih khusus. Contohnya: grafik, denah, bagan, diagram, atau matriks. Berikut ini pengertian dan contoh bentuk informasi nonverbal. 1. Grafik Grafik adalah gambaran pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada dengan garis atau gambar. Grafik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu grafik batang, grafik garis, dan grafik lingkaran. a. Grafik batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau balok dan dipakai untuk menekankan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa aspek. Contoh Grafik Batang : Grafik Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Nurul Islam Tahun 2007 Grafik Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Nurul Islam Tahun 2007 b. Grafik garis adalah lukisan naik turunnya data berupa garis yang dihubungkan dari titik-titik data secara berurutan. Grafik ini dipakai untuk menggambarkan perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu. Contoh grafik garis: Grafik Pengunjung Perpustakaan SMK Nuris Tahun 2007 c. Grafik lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya. Contoh grafik lingkaran: Persentase Penganut Agama di SMK Kartini Persentase Penganut Agama di SMK Kartini 2. Diagram Diagram adalah (gambaran buram, sketsa) untuk memperlihatkan atau menerangkan sesuatu. Bentuk-bentuk diagram antara lain adalah diagram arus (bagan alur), diagram balok, diagram gambar, diagram garis, diagram lingkaran, diagram cabar, dan diagram pohon. Contoh diagram: Total Nilai Transaksi di BEJ (dalam Triliyun) 3. Tabel Tabel adalah daftar yang berisi ikhtisar dan sejumlah data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Contoh: Data Tentang Kesegaran Jasmani Manusia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin 4. Bagan Bagan adalah gambaran secara analisis atau terurai tentang proses yang terjadi di alam, teknologi, dan masyarakat manusia. Bagan digunakan untuk membantu memperjelas proses kerja. Contoh bagan: Bagan Budidaya Belut 5. Peta Peta adalah gambar atau lukisan pada kertas yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung-gunung, dan sebagainya atau representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat, batas, sifat permukaan, dan sebagainya. Contoh : 6. denah Denah adalah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan, peta, atau gambar rancangan bangunan. Contoh: 7. Matriks Matriks adalah tabel yang disusun dalam lajur dan jajaran sehingga butir-butir uraian yang diisikan dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Contoh:
B. Pengalihan informasi Verbal menjadi Nonverbal
/small>
Informasi yang kita simak perlu ditelaah isinya berdasarkan kepentingan atau maksud yang terkandung di dalamnya. Bentuk-bentuk pengungkapan informasi baik yang verbal maupun nonverbal masingmasing selalu membutuhkan penyampaian informasi. Adakalanya suatu informasi lebih tepat disampaikan dengan penyajian verbal karena lebih memerlukan banyak penjelasan daripada bentuk visual. Namun, ada informasi yang lebih mudah dicerna karena disajikan dalam bentuk nonverbal. Tapi pada dasarnya semua itu bergantung pada kebutuhan. Proses mengubah isi informasi verbal menjadi nonverbal memang agak sulit. Namun, bila bahan simakan dapat ditelaah, hal itu bukan hal yang tidak dapat dilakukan. Itulah sebabnya, kita perlu berlatih dengan saksama. Cara pertama, simaklah isi informasi dengan penuh perhatian. Kedua, setelah disimak, cobalah perhatikan: Apa isinya, bagaimana uraiannya, dan dapatkah divisualisasikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengalihkan atau mengubah informasi verbal ke informasi nonverbal, adalah sebagai berikut. 1. Perhatikan dengan saksama isi informasi verbal yang ingin diubah. 2. Perhatikan data-data berupa lambang, satuan atau angka-angka serta perbandingannya untuk menentukan bentuk visual yang efektif, apakah grafik, tabel, diagram dan yang lainnya. 3. Catatlah hal-hal pokok atau inti dari informasi yang disimak. 4. Buatlah bentuk nonverbal yang tepat untuk mengungkapkan informasi tersebut. 5. Gambar, bagan, atau grafik dibuat dengan baik, benar, tepat, dan seimbang dengan isi. 6. Tentukan warna, lambang, atau bentuk untuk menggambarkan atau membedakan data-datanya. Perhatikan contoh perubahan informasi verbal menjadi informasi nonverbal di bawah ini! Contoh I. Berdasarkan penghitungan suara sementara putaran pertama pemilu Presiden 2004, Yudhoyono-Yusuf Kalla menempati urutan pertama dengan perolehan suara sebanyak 35.687.602 atau 33,60% dari total perolehan suara. Megawati-Hasyim menempati urutan kedua dengan perolehan jumlah suara sebanyak 27.910.706 atau 26,27% dari total perolehan suara. Urutan ketiga ditempati oleh Wiranto-Salahuddin dengan perolehan suara sebanyak 23.583.501 atau 22,20% dari total perolehan suara. Urutan keempat ditempati Amien Rais-Siswono dengan perolehan jumlah suara sebanyak 15.800.979 atau 14,08% dari total perolehan suara sedangkan duet Hamzah-Agum menempati urutan terakhir. Total perolehan suara yang telah terkumpul sampai 19 Juli 2004, pukul 21.00 adalah 106.228.247 orang. Inti dari informasi verbal di atas, adalah sebagai berikut. 1. Informasi tentang penghitungan suara pemilu Presiden 2004. 2. Penghitungan suara sementara putaran pertama pemilu Presiden 2004 Yudhoyono-Kalla menempati urutan pertama pemilu dengan perolehan suara sebanyak 35.687.602 atau 33,60%. 3. Megawati-Hasyim menempati urutan kedua dengan perolehan suara 27.910.706 atau 22,20%. 4. Wiranto-Salahuddin berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 23.583.501 atau 22,20%. 5. Amien-Siswono memperoleh jumlah suara 15.800.979 atau 14,80%. 6. Hamzah-Agum menempati urutan terakhir dengan jumlah perolehan suara 3.253.014 atau 3,06%. 7. Total perolehan suara yang terkumpul sampai 19 Juli 2004 pukul 21.00 adalah 106.228.247 orang. Bentuk informasi nonverbalnya berupa diagram seperti berikut. Contoh II. Vika, siswi Kelas 1 SMK, bercita-cita menjadi animator profesional. Untuk itu, dia memilih sekolah di SMK jurusan Grafika. Selain sekolah dan magang yang telah ditetapkan sebagai program sekolah, untuk menunjang cita-citanya tersebut, dia mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris. “Calon animator profesional“ tersebut telah merencanakan setamat pendidikan nanti, jika kondisi sangat memungkinkan, dia akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Jurusan yang akan diambilnya adalah desain grafis. Jika keuangan keluarganya tidak memungkinkannya untuk kuliah, dia akan kursus desain grafis saja. Akan tetapi, jika kedua keinginannya tersebut tidak dapat terpenuhi, dia akan mengikuti balai latihan kerja (BLK) terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia kerja. Dengan mengikuti BLK, Vika yakin akan mudah mendapat pekerjaan karena peserta pelatihan di BLK akan disalurkan kerja sesuai dengan bidang keahliannya masingmasing. Bila ikut pelatihan di BLK pun tidak memungkinkan karena kondisi keuangan keluarganya, terpaksa dia langsung bekerja di mana saja dalam bidang apa saja. Tekadnya, yang penting dia dapat menabung untuk dapat meraih cita-citanya kelak. Inti dari informasi di atas seperti berikut : 1. Vika bercita-cita menjadi animator profesional, 2 Vika memilih sekolah di SMK jurusan Grafik, 3. Tamat SMK, Vika berencana melanjutkan ke perguruan tinggi jika ada biaya, 4. Jika biaya tidak memungkinkan, Vika mengikuti latihan balai kerja (BLK). Bentuk Informasi Nonverbal yang cocok dari informasi di atas adalah bagan, yaitu:


C. Menyampaikan Pendapat melalui simpulan secara deduktif dan induktif
Dan sebagainya.
Penyimpulan secara deduktif ialah cara mengambil simpulan dari pernyataan yang bersifat umum diikuti oleh uraian atau pernyataanpernyataan yang bersifat khusus. Perhatikan contoh berikut. 1. Negara adalah institusi mapan, tetapi dinamis sehingga mampu mengantisipasi segala perubahan yang terjadi. Negara mewadahi seluruh kepentingan masyarakat. Ia menyediakan kerangka umum yang bersifat abstrak sehingga terbuka untuk ditafsirkan. Sementara pemerintah adalah pranata kontemporer, sebagai penyelenggara negara dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh konstitusi negara. 2. Hasil perolehan suara sementara dari penyelenggaraan pemilu pemilihan presiden tahun 2004 cukup signifikan. Peringkat pertama diraih oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dengan persentase suara terbanyak, yaitu 33,60 persen. Peringkat kedua diraih oleh pasangan Megawati dan Hasyim Muzadi dengan persentase suara 22,20 persen. Disusul peringkat ketiga yaitu pasangan Wiranto dan Salahudin. Selanjutnya peringkat keempat ialah pasangan Amin Rais dan Siswono. Terakhir adalah pasangan Hamzah Haz dan Agum Gumelar. Penyimpulan secara induktif ialah cara mengambil simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta yang bersifat khusus menuju ke suatu simpulan yang bersifat umum. Perhatikan contoh berikut. 1. Penyair akan membuat sebuah puisi dengan cara menuangkan imajinasinya, barulah tercermin sebuah puisi. Pengarang novel akan merangkai ceritanya dengan pengembangan imajinasi. Demikian juga seniman akan menggoreskan lukisan di dasar kain dengan imajinasinya ke arah yang sebenarnya. Memang benar imajinasi itu diperlukan yang mencipta suatu karya. 2. Plagiat ialah pengambilan atau penerjemahan sesuatu hasil begitu saja dengan tidak menyebutkan pengarang asli melainkan menurunkan nama sendiri sebagai pengarang. Plagiat tidak diperkenankan dalam dunia sastra. Banyak karya sastra yang beredar merupakan karya plagiat. Dalam dunia karya sastra memang terdapat larangan keras untuk pengarang plagiat.Menyampaikan simpulan dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Penyampaian harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Simpulan yang disampaikan dapat diperoleh dari informasi lisan maupun tulisan baik informasi lisan yang bersifat verbal maupun informasi tulisan yang berbentuk nonverbal. Simpulan dapat disertakan dengan opini atau pendapat. Opini adalah pandangan berdasarkan ideologi atau sikap seseorang dalam memberikan suatu wawasan terhadap objek atau peristiwa. Opini dapat juga disebut pendapat seseorang. Antonim dari opini adalah fakta. Fakta bersifat objektif, merupakan kenyataan bersifat konkret dan dapat dibuktikan kebenarannya. Perhatikan tabel berikut. Pendapat/Opini Fakta 1. Pemkab. dan PT. Jasa Marga berusaha menuntaskan kesepakatan pembangunan fisik jalan tol. 1. Harga tanah yang dibebaskan ditetapkan Rp 80.000,- hingga Rp 400.000 per meter persegi 2. Jalan tol Gempol–Pasuruan diharapkan mampu mendorong akselerasi pertumbuhan perekonomian kawasan. .2. Di Gedung Grahadi Surabaya dilangsungkan penandatanganan kesepakatan bersama. Simpulan yang di dalamnya terdapat opini dapat dilihat pada contoh di bawah ini. Contoh 1. Vika bercita-cita menjadi animator profesional. Ia pun masuk ke SMK Grafika. Di samping itu, ia juga mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris. Untuk mencapai keinginannya itu, ia berencana setelah lulus sekolah akan kuliah pada jurusan desain grafis. Jika tak mampu kuliah, ia berencana kursus desain grafis atau mengikuti balai latihan kerja (BLK). Bila tak memungkinkan, ia akan bekerja apa saja untuk mengumpulkan uang biaya kuliah. Sungguh begitu kuatnya keinginan Vika dalam mengapai citacitanya sehingga segala kemungkinan jalan yang terbaik akan dia tempuh. Contoh 2. Niat Vika setelah lulus sekolah akan meneruskan kuliah ke jurusan desain grafis. Jika tak bisa ia mau mencoba kursus desain grafis atau masuk balai latihan kerja. Namun, jika pun tak bisa, ia kemungkinan akan bekerja dulu dalam rangka mengumpulkan uang untuk biaya kuliah pada jurusan yang sama. Saat ini pun ia masuk SMK jurusan Grafika. Semua itu dilakukan atas dasar dorongan yang kuat untuk mencapai cita-citanya. Ia bercita-cita menjadi animator profesional. Contoh pertama ialah simpulan yang diuraikan secara deduktif dengan penambahan opini atau pendapat di bagian akhir paragraf. Contoh kedua ialah simpulan yang diuraikan secara induktif dengan penambahan kalimat opini sebelum kalimat terakhir yang merupakan simpulan umum. TUGAS MANDIRI: Mintalah salah seorang siswa membacakan wacana yang terdapat di awal bab, sedangkan siswa lainnya menyimak. Setelah menyimak lakukan hal berikut. 1. Catatlah pokok-pokok informasi. 2. Dari pokok informasi yang dicatat, buatlah informasi berbentuk nonverbal ! 3. Susunlah sebuah simpulannya secara deduktif atau induktif yang disertakan opini Anda.


Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK Kelas X.1.5


MELAFALKAM KATA DENGAN ARTIKULASI YANG TEPAT(BAB V)
A.Bunyi dan Alat Ucap Manusia
Artikulasi dapat diartikan dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ilmu yang mempelajari alat ucap manusia dan tata bunyi yang dihasilkannya disebut fonologi. Alat ucap manusia menghasilkan lambanglambang bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya. Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.
Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan, akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal, yaitu a, i, u, e, o (berjumlah lima huruf), tetapi diucapkan dengan enam fonem /a/, /i/, /u/, /e/,/・/, /o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah /./ dan e lebar atau /・/, bentuk gabungannya disebut dengan diftong. Diftong adalah gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh diftong ialah: au, ai, oi yang dibaca (aw), (ay), (oy).Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai. (pantay)
3. Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.
Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh karena arus ujaran yang keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas hal-hal berikut.
1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua bibir; seperti b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar. Contoh : h.
3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang (artikulator) dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g, ng, kh, q.
4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti f, v, w.
5. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikulator), seperti t, d, n.
6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh : s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik artikulasinya. Contoh : r – tidak jelas.
8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-langit
lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar menimbulkan bunyi ujar. Contoh : r – jelas.
Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi luncuran, pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk pengucapan yang lebih dari satu. Namun, perbedaan pelafalannya tak emengaruhi arti. Misalnya, pada fonem /p/ pada kata panen merupakan lafal terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal rtutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut dengan alofon. Demikian pula pada fonem /b/ akan dibaca [b] jika di awal kata, namun dilafalkan /p/ bila berada di akhir kata.
Contoh:
- [lembab] dilafalkan [lembap>]
- [jawab] dilafalkan [jawap>]
- [adab] dilafalkan [ adap>]
Tapi diucapkan /b/ kembali bila diberi akhiran –an
Contoh:
- [lembap>] - [kelembaban]
- [jawap>] - [jawaban]
- [adap>] - [peradaban]
Gejala pelafalan ini juga terjadi pada fonem /d/ yang dilafalkan /t>/ bila berada di akhir kata, tapi kembali dibaca /d/ jika diberikan akhiran yang ada vokalnya. Misalnya, kata [abad] dibaca [abat>], tapi kembali /d/ pada [abadi]. Yang perlu dicermati sebenarnya adalah bila perbedaan lafal tersebut memengaruhi arti. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan ucapan pada satu bentuk kata atau tulisan yang sama, tapi diucapkan berbeda dan menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf.
Contoh:
fonem /e/ pada kata apel [ap.l] dan fonem /ェ/ pada kata apel [apェl].Kata [ap.l] bermakna jenis buah dan kata [apェl] bermakna upacara bendera.
seret [ s.ret ] = berarti tersendat-sendat; tidak lancar
seret [ sェret ] = berarti menaik suatu benda menyusur tanah
serang [ sェrang ] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat
serang [ s.rang ] = berarti penyerbuan atau serbu
Pengucapan atau pelafalan harus sesuai dengan bentuk hurufnya. Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD) telah diatur bentuk pengucapan atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia (lihat lagi pelajaran Bab 1). Dengan demikian, membaca singkatan yang hanya terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang sering diucapkan tak baku.Di bawah ini diperinci pengucapan yang baku dan tidak baku pada sejumlah bentuk singkatan atau akronim termasuk pengucapan singkatan yang berasal dari bahasa asing.diucapkan berbeda dan menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf.
Contoh:
fonem /e/ pada kata apel [ap l] dan fonem / / pada kata apel [ap l]. Kata [ap l] bermakna jenis buah dan kata [ap l] bermakna upacara bendera.seret [ s ret ] = berarti tersendat-sendat; tidak lancarseret [ s ret ] = berarti menaik suatu benda menyusur tanahserang [ s rang ] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Baratserang [ s rang ] = berarti penyerbuan atau serbuPengucapan atau pelafalan harus sesuai dengan bentuk hurufnya. Dalam Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD) telah diatur bentuk pengucapan atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia (lihat lagi pelajaran Bab 1). Dengan demikian membaca singkatan yang hanya terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang sering diucapkan tak baku
.Di bawah ini diperinci pengucapan yang baku dan tidak baku pada sejumlah bentuk singkatan atau akronim termasuk pengucapan singkatan yang berasal dari bahasa asing.
Contoh:
Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia, tetapi singkatan itu dilafalkan seperti aslinya.
Contoh :

B.Melafalkan Kata Secara Baku dan Membedakannya dari Lafal Daerah
Dalam bahasa Indonesia, penulisan secara baku telah diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Untuk penggunaan secara lisan yang berkaitan dengan bagaimana sebuah kata diucapkan atau dilafalkan secara benar hanya berpedoman pada pengucapan sesuai dengan huruf yang membentuk kata tersebut.
Kata di dalam bahasa Indonesia selain berasal dari bahasa Melayu, banyak juga yang berasal dari bahasa daerah. Kata-kata yang berasal dari bahasa daerah tentunya telah diadaptasi menjadi kata baku bahasa Indonesia. Kata yang telah baku harus diucapkan berdasarkan lafal bakunya. Ukuran ucapan baku dilihat dari pelafalan bunyi terhadap fonem pembentuk katanya dan tidak terpengaruh oleh unsur bahasa daerah. Meskipun ucapan itu sering dan lazim diucapkan terutama dalam situasi nonformal.

Contoh lafal baku dan tidak baku yang terpengaruh bahasa daerah atau logat tertentu:


C. Pelafalan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang di Indonesiakan. Proses penyerapannya terjadi karena proses adaptasi dan asimilasi. Proses adaptasi bila sebuah kata secara utuh diserap tanpa adanya perubahan dan pelafalan, contoh: coffe break, money politics, money changer, super power, reshuffle. Proses asimilasi ialah bila sebuah kata asing diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan perubahan sesuai pengucapan dan bentuk penulisan Indonesianya.
Contoh :

Pelafalan yang benar ialah pelafalan yang mengikuti kata serapan bahasa Indonesia bukan bentuk asingnya. Di samping itu, unsur serapan bahasa Indonesia juga dipengaruhi adanya imbuhan asing, antara lain :
Dalam percakapan atau dialog, pengucapan harus jelas dan tepat gar pendengar dapat merespons dengan baik perkataan yang diucapkan. Artinya, ucapan selain harus dengan intonasi yang tepat juga harus dengan lafal atau artikulasi yang jelas. Pengucapan dengan artikulasi yang tepat atau jelas terutama pada kata-kata yang bunyinya hampir sama jika diucapkan. Bila tidak diucapkan dengan tepat dan jelas, dapat terjadi salah pengertian atau salah paham. Kata-kata yang hampir sama bunyinya jika diucapkan seperti kata di bawah ini:
TUGAS KELOMPOK:
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4-5 orang, lalu carilah naskah drama pendek.Kemudian lakukan hal-hal berikut:
1. Ucapkanlah dialog-dialog drama tersebut dengan intonasi dan lafal yang jelas serta tepat. Jika perlu, diperagakan di depan kelas.
2. Kelompok lain mengamati dan memberi komentar.
3. Diskusikan bersama kelompok kata-kata yang dilafalkan dengan lafal daerah atau logat sehari-hari. Daftarkan dan jelaskan asal lafal daerah yang digunakan.

Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK Kelas X.1.2


MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI INFORMASI LISAN DALAM KONTEKS BERMASYARAKAT(Bab 2)
A. Memahami Sumber Informasi
Segala sesuatu yang memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan seseorang dapat disebut informasi. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat berbentuk media tulis cetak, seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia, surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet, atau didapat langsung dari narasumber yang bersangkutan dengan melalui percakapan, wawancara, diskusi, seminar, dan lain-lain. Narasumber tentunya orang-orang yang dianggap ahli di bidangnya, seperti tokoh agama, para guru, dan ilmuwan. Sesuatu disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria di bawah ini.:
1. Berisi informasi bersifat objektif, masuk akal, dan faktual
2. Mudah didapat dan dikenal oleh umum
3. Keberadaannya resmi atau diakui
4. Dapat berupa media cetak atau elektronik
5. Dapat ditelaah, dikaji, dan dijadikan ilmu
6. Dapat berbentuk arsip, dokumentasi, dan peninggalan sejarah yang memang telah diteliti kebenarannya Dapat berupa narasumber, yaitu dari orang yang diakui ahli dalam bidangnya, informasinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan Sesuatu tidak dapat disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria berikut:
1. Sarananya belum dikenal secara umum,
2. Berisi hal-hal yang tak masuk akal dan tak dapat dibuktikan kebenarannya,
3. Masih berisi asumsi, opini, yang perlu dikaji lagi secara ilmiah,
4. Sumber informasi tidak akurat dan tidak tetap, selalu berubah-ubah Banyak sumber informasi yang dapat kita pilih. Memilih sumber informasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kemudahan dalam mendapatkannya, kualitas isinya, dan bentuk penyampaiannya. Untuk sumber informasi yang berbentuk media cetak, tentunya cara memperoleh atau menggalinya ialah dengan membaca. Kegemaran membaca membantu memperolah informasi sebanyak-banyaknya dari sumber informasi cetak atau tertulis. Jika membaca tidak menjadi kegemaran, kemungkinan mendapatkan informasi dapat dengan memanfaatkan media elektronik. Informasi yang disajikan berbetuk audio-visual, selain dapat dilihat juga dapat didengar. Bentuk media elektronik saat ini dibuat dengan aneka ragam bentuk serta model yang dapat digunakan dan dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Sumber informasi juga dapat dijadikan sarana penunjang proses belajar- mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sarana berisi alat dan sumber belajar. Di bawah ini diuraikan bentuk dan jenis-jenis sumber informasi.

Dalam kegiatan menyimak, sumber informasi yang digunakan sebagai bahan simakan adalah yang berbentuk rekaman atau uraian lisan. Melalui informasi yang didengarnya, siswa melakukan penyimakan.
B. Jenis Sifat Informasi
Dari segi sifat dan uraiannya, informasi dapat dibedakan menjadi informasi bersifat faktual, informasi bersifat opini atau konsep, dan informasi bersifat pemerian/perincian.
1. Informasi bersifat faktual ialah informasi yang berisi fakta-fakta, peristiwa nyata dan dapat dibuktikan. Informasi faktual terdiri atas fakta umum dan fakta khusus.
a. Fakta umum, yaitu informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
Ayah baru pulang dari luar negeri dan sekarang mereka sedang menjemputnya di bandara.
Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
Terjadi perampokan di sebuah rumah. Perampok berhasil menggasak barang-barang pemilik rumah.
b. Fakta khusus, yaitu informasi yang berisi kejadian atau peristiwa yang dijelaskan secara terperinci atau detail.
Contoh:
Ayah baru pulang dari Amsterdam dan Ibu, adik serta Paman sedang menjemputnya di Bandara Soekarno-Hatta.Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Gunung Sahari Senen, serta warung di pinggiran proyek Senen terkena razia. Terjadi perampokan di sebuah rumah gedung di Jalan Sukapura, Tanjung Priok Jakarta Utara. Perampok berhasil menggasak 30 gram perhiasan, 1 unit komputer serta uang 150 juta rupiah.


2. Informasi bersifat Opini atau Konsep
Contoh opini:
Banyak remaja sekarang yang bersifat permisif, mengganggap semua serbaboleh tanpa mempertimbangkan norma-norma yang berlaku. Sebagian besar lulusan UN tahun ini mendapatkan nilai yang memuaskan, hal itu dikatakan Kepala Sekolah SMK At-Takwa dalam pidato sambutan pada acara perpisahan siswa kelas 3.
Contoh konsep:
Sebelum seminar atau diskusi dimulai, biasanya para peserta diskusi diberikan sebuah makalah. Makalah adalah tulisan yang berisikan prasaran, pendapat yang berisi uraian atau pembahasan pokok persoalan yang akan dibicarakan dalam rapat, diskusi, dan sejenisnya. Makalah juga sering diartikan jenis tugas pada mata kuliah tertentu yang berisi hasil kajian pustaka atau tulisan tentang suatu hal.
3. Informasi bersifat pemerian
Dalam menjelaskan sesuatu yang bersifat uraian khusus, penulis biasanya menjabarkan penjelasan khusus tersebut menyamping atau horizontal atau berbentuk satuan ke bawah secara vertikal. Uraian khusus yang berupa penyebutan berbentuk kata atau frasa umumnya ditulis secara horizontal atau melebar dari kiri ke kanan. Namun ada juga perincian yang berupa unsur-unsur atau bagian yang berbentuk kalimat. Contoh rincian berbentuk kalimat ditulis berbentuk satuan-satuan secara vertikal. Proses untuk mempelajari unsur-unsur suatu bahasa meliputi:
(1) Pengenalan lambang-lambang bunyi,
(2) Pengenalan lafal dan tanda baca,
(3) Pemahaman kosakata bersifat kekrabatan, dan
(4)., Pemahaman terhadap bentuk kata, frasa, kata tugas, klausa, dan perubahan makna. Contoh perincian berbentuk kata yang ditulis secara horizontal. Masingmasing unsurnya dipisahkan oleh tanda koma (,) - Untuk keperluan lomba lukis, Reihan harus menyiapkan alat tulis, karton, cat air, dan kuas.
C.Ragam Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur bahasa dan sarana atau media yang digunakan.
1. Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
a. Latar belakang daerah penutur.
Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di mana menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung, Bogor menjadi mBogor.
b.Latar belakang pendidikan penutur.
Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
c. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur.
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan.Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerah atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnya memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.Contoh:
1. Kalau soal itu, saya nggak tau persis. (informal/semiformal)
2. Emangnya kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3. Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4. Emangnya situ nggak ngantor, Mas. (nonformal)
d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan yang dibicarakan di lingkungan kelompok penutur.
Banyak persoalan yang dapat menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat membicarakan topik tertentu, seseorang akan menggunakan kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan topik pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan untuk membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang lainnya, misalnya pembicaraan yang berhubungan dengan agama tentu menggunakan istilah yang berhubungan dengan agama, begitu pula dengan bidang lainnya, misalnya bidang hukum, kedokteran, dan ekonomi. Masing-masing memiliki ciri khas kata atau ragam bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan ungkapan atau gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras bahasa. Di bawah ini, beberapa contoh ragam yang merupakan laras bahasa
Wacana tentang teknologi komunikasi:
Banyak situs internet baik di luar maupun di dalam negeri yang menyediakan fasilitas ruang obrolan (chatting room) ini. Salah satu yang cukup populer di Indonesia adalah milik detik.com. Agar percakapan aman dari umum, chatter dapat membuat web pribadi. Pembuatannya dapat gratis melalui fasilitas NBCi.com.

Wacana yang berhubungan dengan persoalan kesehatan:
Penyakit chikungunya diakibatkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini membuat penderita mengalami demam tinggi selama lima hari. Setelah mengalami masa inkubasi selama tiga hari hingga dua belas hari, penderita akan jatuh sakit. Selain demam, penderita juga akan mengalami rasa ngilu pada otot, mual hingga muntah.
Wacana surat kabar:
Lima siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Taruna, Purwakarta, tewas akibat truk yang mereka tumpangi terguling di kawasan Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (9/5) sekitar pukul 13.30. Para siswa tersebut menumpang truk usai berekreasi ke Waduk Cirata setelah merampungkan ujian.
Wacana bergaya sastra:
Grace mengambil payung dari bawah jok tempat duduk dan beranjak keluar. Dari arah lapangan, murid-murid dengan baju olahraga enggan berteduh. Pakaian mereka sudah sangat kuyup, tetapi semangat mereka untuk bermain basket masih menyala dalam hujan. Beberapa anak yang tidak bermain bersorak–sorai dan bertepuk tangan sembari menyipratkan air yang berkubang di tanah dengan kaki mereka.
2. Berdasarkan sarana atau media yang digunakan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam lisan dan tulisan. Perbedaan ragam lisan dan tulisan:
Ragam lisan Ragam tulisan
1. Menghendaki adanya teman/mitra bicara.
2. Unsur gramatikal seperti subjek, predikat, objek tidak tampak. Yang tampak adalah gerakan, mimik, dan ekspresi. 1. Tidak harus ada teman bicara di hadapan
2. Fungsi gramatikal dinyatakan secara eksplisit.
3. Terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. 3. Tidak terikat situasi, ruang, dan waktu.
4. Makna dipengaruhi oleh tekanan atau nada suara. 4. Makna ditentukan oleh pemakaian tanda baca.


D. Memahami Penanda Uraian Proses dan Hasil

D. Memahami Penanda Uraian Proses dan Hasil
Dalam karangan berbentuk eksposisi, sering ditemui uraian cara atau proses yang diakhiri dengan hasil yang didapatkan. Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan. Secara gramatikal, uraian proses ditandai oleh penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata dasar verba.
Contoh penanda proses:
Pengevakuasian korban gempa di Kepulauan Nias berlangsung dua hari.
Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba) proses mengevakuasi
Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Manggarai merupakan kebijakan Lurah yang baru.
Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) proses memutihkan/membuat secara kolektif
Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina) proses memupuk/ memberi pupuk.
Contoh penanda hasil:
Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah pematang sawah.
Rampokan = rampok (verba) + -an hasil merampok
Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.
Lukisan = lukis (verba) + -an hasil melukis
Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Bekasi dimenangkan oleh pasangan Saadudin dan Ramli.
Pantauan = pantau (verba) + -an hasil memantau

Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK Kelas X.1.1

MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI LAFAL, TEKANAN, INTONASI, DAN JEDA
YANG LAZIM/ BAKU DAN YANG TIDAK(BAB 1)
A. Tujuan Menyimak
Salah satu keterampilan bahasa ialah menyimak. Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspekaspek sebuah bahasa. Kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mempelajari aspek-aspek bahasa meliputi hal-hal berikut.
a. Pengenalan dan pemahaman tentang unsur-unsur bunyi dan hal yang membentuknya seperti alat ucap yang disebut dengan ilmu fonetik dan fonemik.
b. Proses pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan unsur-unsur kalimat.
c. Pembagian kosakata dan hal yang menyangkut makna.
d. Makna kata berdasarkan situasi dan konteks pemakaiannya.
e. Makna budaya yang tercakup dan tersirat dalam suatu pesan, dan sebagainya.
B. Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda

Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Lambang-lambang ujaran ini di dalam bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambanglambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.
Fonem vokal di dalam bahasa Indonesia secara umum dilafalkan menjadi delapan bunyi ujaran walaupun penulisannya hanya lima ( a, i , u, e, o ).
Misalnya, fonem / a / dilafalkan [ a ]. fonem / i / dilafalkan [ i ], fonem / u / dilafalkan [u ], fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ . ] atau e lemah, dan [ε], atau e lebar.
Contoh pemakaian katanya;
lafal [ e ] pada kata < sate > lafal [. ] pada kata < p.san > lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >
fonem / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [ ] atau o bundar. Contoh pemakaian katanya: lafal [ o ] pada kata [ orang ] lafal [ ] pada kata [ p h n ], saat mengucapkannya bibir lebih maju dan bundar. Variasi lafal fonerm / e / dan / o / ini memang tak begitu dirasakan, cenderung tersamar karena pengucapannya tidak mengubah arti kecuali pada kata-kata tertentu yang termasuk jenis homonim.
Tidak ada pedoman khusus yang mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana diaturnya sistem tata tulis atau ejaan dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang harus dipatuhi setiap pemakai bahasa tulis bahasa Indonesia sebagai ukuran bakunya. Lafal sering dipengaruhi oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk dihilangkan sehingga saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan diwarnai oleh unsur bahasa daerahnya. Contoh: kata diucapkan oleh orang Betawi menjadi ,

diucapkan .
Pada bahasa Tapanuli (Batak), pengucapan e umumnya menjadi ε, seperti kata menjadi , atau pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t dan d terasa kental sekali, misalnya ucapan kata teman seperti terdengar deman, di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering diiringi dengan bunyi /m / misalnya, menjadi [mBali], menjadi {mbesok} dan sebagainya.
Selain itu pelafalan kata juga dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Perhatikan contoh di bawah ini.
telur -------- telor, kursi -------- korsi, . lubang -------- lobang, kantung ------ - kant ng, senin -------- s.nεn, rabu -------- reb,
kamis -------- kemis, kerbau -------- kebo, dan lain sebagainya.
Menurut EYD, huruf vokal dan konsonan didaftarkan dalam urutan abjad, dari a sampai z dengan lafal atau pengucapannya. Secara umum setiap pelajar dapat melafalkan abjad dengan benar, namun ada pelafalan beberapa huruf yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena sering dipengaruhi oleh lafal bahasa asing atau bahasa Inggris. Contoh: --
huruf c dilafalkan ce bukan se, -- huruf g dilafalkan ge bukan ji, --
huruf q dilafalkan ki bukan kyu, -- huruf v dilafalkan fe bukan fi,
huruf x dilafalkan eks bukan ek, -- huruf y dilafalkan ye bukan ey,
Jadi :
Pengucapan MTQ adalah [em te ki] bukan [em te kyu], Pengucapan TV adalah [te fe] bukan [ti fi], Pengucapan exit adalah [eksit] bukan [ekit]
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan w atau y yang disebut dengan diftong. Contoh:
1. Gabungan vokal /ai/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [ay] pada kata: - sungai menjadi sungay, - gulai menjadi gulay, - pantai menjadi pantay,
2. Gabungan vokal /au/ menimbulkan bunyi konsonan luncuran [aw] pada kata: harimau menjadi harimaw, limau menjadi limaw, - kalau menjadi kalaw,
3. Gabungan vokal / oi / menimbulkan bunyi konsonan luncuran [oy] pada kata: - koboi menjadi koboy, - amboi menjadi amboy, - sepoi menjadi sepoy Tetapi, ada kata-kata yang menggunakan unsur gabungan tersebut di atas tetap dibaca sesuai lafal kedua vokalnya. Contoh:
- dinamai tetap dibaca [dinamai], - bermain tetap dibaca [bermain],
- mau tetap dibaca [mau], - daun tetap dibaca [daun],
- koin tetap dibaca [koin], - heroin tetap dibaca [heroin],
Ada juga dalam tata bahasa Indonesia, gabungan konsonan yang dilafalkan dengan satu bunyi, seperti fonem /kh/, / sy/, ny/, /ng/ dan /nk/. Meskipun ditulis dengan dua huruf, tetapi dilafalkan satu bunyi, contoh: khusus , syarat, nyanyi, hangus, bank. Lafal dan fonem merupakan unsur segmental di dalam bahasa Indonesia. Selain unsur ini, ada pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan, intonasi, dan jeda.
Tekanan adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pengkhususan dalam pelafalan sebuah suku kata atau kata. Tekanan adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau keras lembutnya suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah kata yang dipentingkan. Tekanan dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna seperti pada bahasa Batak Toba /bóntar/ artinya putih, dan /bentár/ artinya darah. Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau frasa yang ditonjolkan atau dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi pendengar. Tekanan tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud pembicara.
Biasanya tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa lisan. Contoh penggunaan pola tekanan:
1. Adi membeli novel di toko buku. (yang membeli novel Adi, bukan orang lain),
2. Adi membeli novel di toko buku. (Adi membeli novel, bukan membaca),
3. Adi membeli novel di toko buku. (yang dibeli Adi novel bukan alat tulis),
4. Adi membeli novel di toko buku. (Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar).
Ciri suprasegmental lainnya adalah intonasi. Intonasi ialah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan titinada paling tinggi. Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.
Contoh:- Mereka sudah pergi.- Mereka sudah pergi? Kapan?
Berbicara tentang intonasi berarti berbicara juga tentang jeda. Jeda adalah penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan. Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--]. Jeda juga dapat memengaruhi pengertian atau makna kalimat.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit
Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah. Misalnya, a. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit. (yang sakit dokter Joko Susanto), b. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit. (yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto), c. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit. (yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto).

C. Ciri Bahasa Indonesia Baku

Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bahasa yang tidak mengikuti kaidahkaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku. Fungsi bahasa baku ialah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan.
Ciri-ciri ragam bahasa baku, yaitu, sebagai berikut.
1. Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan forum-forum resmi seperti seminar atau rapat.,
2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak dapat berubah,
3. Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain mengungkapkan penalaran yang teratur,
4. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah,
5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing


Rangkuman Materi Bahasa IndonesiaSMK (Kelas X.1.4)

MEMAHAMI INFORMASI TERTULIS UNTUK BERBAGAI BENTUK TEKS(BAB 4)
A. Mengindentifikasi Sumber Informasi dengan Teknik Membaca Cepat
Pada Bab 2, telah dibahas macam-macam sumber informasi. Sumber informasi terdiri atas sumber informasi yang berbentuk media cetak, media elektronik, dan langsung dari narasumber. Sumber informasi yang berbentuk media cetak, contohnya buku-buku, koran, majalah, tabloid, arsip, surat, dokumen, dan lain-lain. Media elektronik seperti radio, televisi, kaset VCD atau DVD ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Sumber informasi dari narasumber, misalnya hasil wawancara, pidato, diskusi, seminar, dan lain sebagainya. Sumber informasi dari media cetak ataupun media elektronik merupakan sumber yang tidak langsung sebab kita tidak berhubungan langsung dengan narasumbernya. Untuk menjadikan sebuah informasi yang berasal dari media cetak atau elektronik yang berbentuk tulisan, kita harus mengatahui atau mengindentifikasi sumber informasi tersebut. Apa, siapa, kapan informasi tersebut dibuat atau ditulis. Jika berbentuk uraian peristiwa, dari mana dan kapan peristiwa itu terjadi. Setidaknya saat kita membaca sebuah teks tertulis, kita tahu indentitas sumber bacaan yang kita baca atau ketika kita menguraikan sebuah informasi yang kita peroleh, kita dapat menjelaskan dari mana dan oleh siapa kita dapatkan informasi tersebut. Khusus untuk teks tertulis, seseorang dapat mencari atau mengindentifikasi sumber tertulis tersebut dengan cara membaca memindai (scanning). Bila berbentuk buku, yang perlu kita ketahui adalah apa judul buku, siapa pengarangnya, siapa penerbitnya, kapan diterbitkan, di mana diterbitkan, dan cetakan ke berapa. Biasanya hal-hal yang berkaitan dengan indentitas buku dituliskan di halaman muka setelah judul. Anda dapat mencarinya di halaman tersebut. Contoh: Bila berbentuk teks berita di koran, Anda dapat mengetahuinya di halaman muka. Di tempat itu terdapat penjelasan tentang nama koran, hari dan tanggal kapan dicetak atau diedarkan, tapi jika yang Anda dapatkan hanya sepotong berita atau bagian koran yang tidak utuh, Anda dapat mencarinya pada uraian hasil liputan beritanya. Dalam uraian berita di koran, penyampai berita akan menulis kapan peristiwa tersebut diliput atau terjadi, misalnya tertulis (17/6), maksudnya peristiwa itu terjadi tanggal 17 bulan Juni. Biasanya peliputan dengan penyajian berita di koran hanya selisih satu hari. Apabila berita tersebut diliput tanggal 17 berarti koran yang Anda baca tertanggal hari berikutnya yaitu, 18 Juni dengan tahun yang sama. Selanjutnya keterangan tentang penulis atau penyusun berita pada surat kabar ternama sering dicantumkan di bagian akhir uraian berita ditulis di dalam kurung berupa singkatan nama atau nama pendek penulisnya. Contoh sumber informasi dari koran: Informasi yang berasal dari uraian berbentuk artikel yang terdapat di ruang khusus atau rubrik pada sebuah majalah, indentitas sumbernya dapat dicari di bagian bawah atau atas halaman. Biasanya tertera nama majalah, tanggal, bulan, dan tahun dicetak atau diterbitkan bahkan tertulis pula edisinya. Contoh: Untuk informasi dari internet, sumbernya biasanya dalam bentuk alamat web (jaringan) seperti : www.Google.com.,www. Yahoo.com. dan lain-lain tertulis dalam komputer http ://www.google.com, http ://www. yahoo.com. www.smk-dki.com, dan lain sebagainya. Pada alamat web tersebut, kalian dapat menjelajah situs-situs atau ruang informasi yang terdapat di dalamnya. Contoh somber informasi internet : B. Mengindentifikasi Jenis Teks Tertulis Sebagai penulis, seseorang dapat mengembangkan ide, gagasan, konsep, maupun fakta dengan berbagai cara. Dapat berupa nceritaan atau pengisahan, pemaparan, bahkan bersifat memengaruhi pembaca. Semua jenis uraian tersebut bergantung pada cara memperoleh data dan tujuan penulisan. Sebuah tulisan dapat berbentuk laporan perjalanan, hasil pengamatan, sebuah tips melakukan sesuatu, tajuk rencana, dan bentuk promosi iklan, dan sebagainya. Secara umum, bentuk tulisan atau karangan terbagi menjadi lima jenis, yaitu: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Kita dapat mengindentifikasi jenis tulisan dengan membaca cepat serta memahami ciri tulisan masing-masing jenis. Tulisan berjenis narasi adalah tulisan yang berupa rangkaian peristiwa yang berlangsung pada waktu tertentu. Dari segi sifatnya, narasi terdiri atas narasi ekspositoris, narasi imajinatif, atau sugestif. Narasi ekspositoris contohnya: laporan perjalanan, kisah biografi, atau autobiografi. Narasi imajinatif contohnya: cerpen, novel, atau cerita bersambung. Tulisan berjenis deskripsi ialah tulisan yang berisi gambaran suatu objek sebagai hasil pengamatan penulisnya dan dijelaskan secara objektif agar pembaca dapat merasakan citraan terhadap objek sebagaimana penulisnya. Contoh karangan deskripsi, yaitu deskripsi tempat, deskripsi orang, dan deskripsi suasana. Tulisan berjenis eksposisi ialah tulisan atau karangan yang memaparkan serta menjelaskan tentang suatu hal. Tujuannya agar pembaca bertambah wawasan dan pengetahuan. Contoh tulisan eksposisi, yaitu tulisan tentang cara merawat wajah, langkah-langkah membaca efektif, dan lain sebagainya. Tulisan berjenis argumentasi ialah tulisan atau karangan yang berisi pendapat pengarang mengenai suatu hal dengan disertai berbagai alasan serta bukti-bukti pendukung yang masuk akal. Tulisan argumentasi bertujuan memengaruhi atau meyakinkan pembaca terhadap apa yang menjadi pendirian atau pendapat pengarang. Contoh jenis karangan argumentasi ialah tajuk rencana, artikel, karangan ilmiah, dan sebagainya. Tulisan berjenis persuasi ialah tulisan atau karangan yang mengutarakan pendapat disertai bukti-bukti yang kuat dengan tujuan mengajak, membujuk, menghimbau, atau memengaruhi pembaca agar melakukan tindakan sesuai dengan yang diharapkan penulis. Jenis karangan persuasif dapat dilihat pada tulisan yang bersifat propaganda, iklan, dan sebagainya

B.Teknik Membuat Catatan

Pada saat membaca, banyak hal yang kemudian diketahui pembaca dari bacaan yang dibacanya. Hal yang diketahui tersebut dapat bersifat tidak penting dapat juga penting. Informasi penting yang didapatkan dari sebuah bacaan tentu sayang jika dilewatkan begitu saja, apalagi hal tersebut berguna bagi pembaca di saat sekarang atau masa akan datang atau dalam rangka membuat tulisan lain. Jika sulit untuk diingat, jalan satu-satunya harus dicatat. Mencatat informasi dari sebuah sumber atau bacaan gunanya adalah: (1). mendokumentasikan hal-hal penting yang bermanfaat suatu saat, (2). mengumpulkan informasi untuk bahan penulisan, (3).memudahkan mengingat kembali, dan (4).sebagai bahan kutipan dalam karangan ilmiah. Hal-hal yang perlu dicatat dan dijadikan bahan catatan, yaitu sebagai berikut : (1).Id e pokok atau gagasan sentral setiap paragraf. (2). informasi penting dan menarik untuk diketahui atau diingat. (3). kata/frasa/kalimat yang merupakan kata kunci yang bermakna luas atau dalam, misalnya kata-kata nasihat, moto kehidupan, dan lain sebagainya. (4). pendapat atau asumsi mengenai sesuatu. (5). detail atau fakta-fakta hasil survei atau penelitian ilmiah. (6). pemikiran, cara, atau metode baru serta tanggapan atau jalan keluar sebuah persoalan. Dalam catatan, jangan lupa mencantumkan indentitas sumber informasi atau bahan bacaan tempat didapatkannya hal-hal yang dicatat. Catatan tentang sumber dapat berbentuk catatan kaki atau catatan perut. Hal-hal yang dicatat pada catatan kaki, yaitu: nama penulis atau pengarang (tidak dibalik), judul buku, tempat diterbitkan, dan nama penerbit serta tahun terbitan ditulis di dalam kurung, kemudian sertakan nomor halaman tempat informasi yang dicatat berada. Dalam karangan ilmiah catatan kaki ditulis pada bagian bawah halaman, diberi ruangan khusus. Catatan kaki memberi keterangan sebuah kutipan pada karangan ilmiah. Contoh penulisan catatan kaki:Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm. 37.
Catatan dapat berbentuk catatan perut jika sumber informasi yang harus ditulis cukup banyak. Catatan perut lebih singkat, hanya berisi keterangan nama pengarang (biasanya diambil nama belakangnya), diambil nama depan kemudian tahun terbit dan halaman. Namun pencatat harus dapat memahami sumber lengkap dari catatan perut yang ditulis. Sesuai namanya, catatan perut ditulis setelah sebuah pendapat dikutip. Tidak ada ruangan khusus seperti catatan kaki. Contoh penulisan catatan perut: - -------------------------------------------------(Chaer, 2002: 37)Bagaimana cara mencatat hal-hal atau informasi yang penting? Banyak orang yang tak mau repot membuat catatan khusus bagi hal yang dianggap perlu dicatat saat membaca sumber informasi. Seseorang mungkin dapat dengan rela mencatatnya di dalam buku bacaan tersebut, memberi tanda khusus, menggarisbawahi atau menstabilo. Namun, di samping akan membuat buku kurang bersih, juga tak semua buku dapat dicoret karena bukan milik sendiri, misalnya. Ada cara yang aman dan dianjurkan untuk membuat catatan terhadap informasi penting tanpa harus mencoret buku yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut. (1). Menyediakan buku khusus untuk catatan. (2). Menyediakan lembaran file untuk mencatat yang akan dijadikan satu dalam map file. (3). Membuat kartu catatan (note card) dengan ukuran 10 x 15 cm. Segala hal yang ingin dicatat, akan ditulis pada lembaran kartu tersebut. Penggunaan kartu sering dilakukan oleh mahasiswa dan kalangan peneliti. Contoh kartu catatan: Kelebihan sistem kartu, yaitu: (1). mudah diatur berdasarkan kelompok masalah atau tema, (2)mudah menambahkan gagasan baru atau informasi baru, (3). satu kartu berisi satu topik atau gagasan, (4)dapat dibuat variasi warna kartu, misalnya untuk topik hukum warna ungu; ekonomi, warna kuning; sastra, arna biru. Kekurangannya adalah mudah tercecer atau tercampur baur jika tidak rapi menyimpan atau mengelolanya. Namun, hal itu dapat diatasi dengan menyediakan map atau kotak penyimpanan khusus sesuai dengan kategori atau kelompok warna tertentu.

D. Ciri Penanda Masalah, Gaya Tulisan, Fakta, Opini, Proses, dan Hasil yang Terdapat dalam Teks

Teknik dan cara membuat catatan juga dapat dipergunakan untuk menelaah sebuah teks yang di dalamnya terdapat uraian tentang suatu permasalahan. Uraian ini didukung oleh berbagai fakta dan opini serta penggambaran mengenai proses dan hasil yang diperoleh. Wacana atau teks seperti ini tentu sering dijumpai pada wacana berita. Wacana berita yang ada di dalam media cetak surat kabar atau majalah, acap memberi penjelasan tentang adanya masalah baik yang terjadi di sekitar masyarakat maupun pada tataran dunia. Berita tak dibuat jika tak ada masalah yang perlu diberitakan. 1. Gaya Bahasa Anda pun tahu bagaimana koran menguraikan sebuah berita, pasti berbeda gaya tulisannya dengan tulisan tentang hukum, agama, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya. Masing-masing punya ragam bahasanya yang disebut laras bahasa. Laras bahasa koran bersifat lugas, apa adanya, dan kadang memakai kata-kata yang tak lengkap, seperti ada pengurangan pada imbuhan tertentu untuk sebuah bentukan kata. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan menghemat ruangan pada kolom berita di koran. Dalam uraian berita, juga terdapat penjelasan tentang proses melakukan sesuatu dan hasilnya. Misalnya, pada operasi razia barang bajakan yang dilakukan oleh polisi disebutkan bagaimana operasi berlangsung dan hasilnya. Juga pada berita kriminal mengenai operasi penggerebekan markas penjahat dan akan disebutkan hasilnya. Uraian proses biasanya ditandai oleh adanya tahapan waktu yang menunjukkan keberlangsungan kegiatan. Proses waktu ini ditandai dengan penggunaan kata hubung waktu, misalnya kemudian, lalu, setelah itu, atau selanjutnya. Untuk bentukan katanya menggunakan imbuhan pe—an, seperti penantian, penyerbuan, pengamatan. Penjelasan mengenai hasil biasanya ditunjukkan oleh kalimat yang menggunakan kata berakhiran -an, misalnya rampokan, sitaan, bajakan, serbuan. Berikut ini contoh wacana berita dan perinciannya: Gubuk Kali Opak Bakal Dibongkar Ratusan gubuk di bantaran Kali Jelakeng dan Opak, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, segera ditertibkan. Penertiban dilakukan selambatlambatnya Oktober mendatang. Bangunan pedagang di bantaran kali tersebut dinilai melanggar Perda No. 11/1988 tentang Ketertiban Umum di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, penertiban ini juga untuk mendukung program revitalisasi kota tua. “Keberadaan bangunan itu mengganggu keindahan dan kelancaran lalu lintas serta kenyamanan pejalan kaki,“ kata Kepala Sudin Tramtib dan Linmas Jakbar, Abidin Mustofa. Untuk itu ujar Abidin, pihaknya memberikan waktu sekitar lima bulan kepada pedagang untuk mempersiapkan kepindahannya ke beberapa pasar seperti Pasar Slipi (147 kios), Pasar Glodok (144 kios), dan Pasar Pagi ( 288 kios). Jika sampai batas waktu tidak dipenuhi, Pemkot akan melakukan penertiban paksa. “Sebelum ditertibkan, para pedagang terlebih dahulu diberikan peringatan sesuai prosedur yang berlaku saat ini. Setelah itu baru dibongkar,“ ucapnya. (Sumber: Nonstop, 18 Mei 2007) 2. Penanda Masalah

Masalah yang diungkapkan dalam berita tersebut adalah sebagai berikut (1). Banyaknya bangunan atau gubuk di sepanjang bantaran kali Jelakeng dan Opak, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. (2). Ratusan bangunan di bantaran kali akan ditertibkan oleh Pemkot setempat selambatnya bulan Oktober. (3). Ratusan bangunan itu dinilai melanggar Perda No. 11/1988 tentang ketertiban Umum di wilayah Provinsi DKI Jakarta. 3. Fakta dan Opini Fakta yang terdapat dalam wacana berita di atas adalah sebagai berikut.(1). Terdapat ratusan gubuk pedagang di Bantaran Kali Jelakeng dan Opak, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.(2). Pemkot memberikan waktu sekitar lima bulan kepada pedagang untuk pindah ke beberapa pasar seperti Pasar Slipi ( 147 kios), Pasar Glodok (144 kios), dan Pasar Pagi (288 kios).(3). Pemkot memberikan peringatan kepada pemilik bangunan sebelum ditertibkan.Opini yang terdapat dalam wacana berita di atas ialah sebagai berikut.(1). Keberadaan bangunan itu dinilai melanggar Perda tentang Ketertiban Umum di wilayah Provinsi DKI Jakarta.(2). Keberadaan bangunan di bantaran Kali Jelakeng dan Opak dianggap mengganggu keindahan dan kelancaran lalu lintas serta kenyamanan pejalan kaki. 4. Kalimat yang Menyatakan Proses dan Hasil Kalimat proses pada wacana berita di atas adalah Penertiban dilakukan selambat-lambatnya Oktober mendatang. Penertiban artinya proses menertibkan. Kalimat yang menyatakan hasil pada wacana berita di atas adalah Bangunan pedagang di bantaran kali tersebut dinilai melanggar Perda. Bangunan artinya hasil membangun.


E. Membaca Grafik, Tabel, dan Bentuk Informasi Nonverbal Lainnya
Banyaknya bentuk visual seperti grafik, tabel, bagan, dan sejenisnya yang memenuhi ruang atau kolom tulisan baik di koran maupun rubrik-rubrik artikel membuat hidup uraian atau penjelasan. Jika dahulu model gambar atau bentuk nonverbal hanya digunakan untuk uraian bertema ekonomi, statistik, dan kependudukan, sekarang bentuk-bentuk nonverbal tersebut dianggap merupakan sarana yang lebih efektif dalam mengungkapkan fakta-fakta dan lebih menarik dari sekadar kata-kata. Penggunaan bentuk nonverbal dalam berbagai karangan seperti laporan jurnalisme, makalah, teks untuk persentase, artikel surat kabar, ulasan hukum, ekonomi, sosial, selebaran promosi, atau iklan menuntut para pembaca untuk lebih terampil membaca bentuk-bentuk nonverbal tersebut. Grafik, tabel, bagan, matriks, dan sejenisnya harus dapat dibaca dengan cara pemindaian (scanning) karena berisi pola-pola atau lambang-lambang berupa garis, titik, kolom , sel, substitusi, dan sebagainya yang menandakan suatu perkembangan atau penurunan, jumlah data-data hasil dan lain-lain yang perlu pengamatan yang cermat. Pada saat membaca gambar-gambar tersebut, pembaca minimal harus mendapatkan pengertian secara umum dari tampilan visual tersebut. Jika sudah mengetahui gambaran umumnya, akan mudah memahami maksud rinciannya. Berikut langkah-langkah membaca grafik, tabel, diagram, peta, dan sebagainya. 1. Bacalah judulnya. Langkah pertama ini merupakan langkah penting, resapkan isi judul grafik, tabel, diagram, atau peta yang dihadapi karena judul ini memberikan ringkasan yang padat tentang informasi yang akan disampaikan. 2. Bacalah informasi yang ada di atas, di bawah, atau di sisinya. Informasi yang ada merupakan kunci penjelasan tentang materi yang disajikan. Informasi tersebut dapat berupa urutan tahun, persentase, dan angka-angka. 3. Ajukan pertanyaan tentang tujuan grafik, peta, tabel, atau digram tersebut. Anda dapat mengetahui tujuan itu dengan mengubah judulnya menjadi pertanyaan: di mana, seberapa banyak, bagaimana terjadi dan jawabannya ada pada grafik, tabel, diagram, dan peta tersebut. 4. Bacalah grafik, tabel, diagram, atau peta itu. Sementara membacanya secara menyeluruh, tetaplah ingat akan maksud dan tujuannya, dan dapatkan keterangannya dalam informasi yang disajikan di sana. 1. Contoh Grafik 2.Contoh Tabel 6). Contoh Informasi Nonverbal dari Teks Verbal Setiap bulannya jumlah tagihan rekening listrik untuk PT PLN. Wilayah Sumut rata-rata mencapai Rp. 250 Miliar. Dari 2,3 Juta pelanggan PLN Wilayah Sumut, sebanyak 94,03% merupakan pelanggan rumah tangga, 3,43%, pelanggan bisnis, 1,7% sosial, 0,61% pemerintah, dan 0,16% pelanggan industri. Informasi nonverbalnya sebagai berikut. F. Membuat Simpulan Simpulan adalah uraian padat yang berisi intisari atau saripati dari informasi sumbernya. Simpulan dapat berisi penafsiran atau penilaian dari pembuat simpulan. Kesimpulan dapat diuraikan secara deduktif yaitu penjelasan dari hal umum ke hal khusus, atau secara induktif yaitu dari hal khusus ke hal bersifat umum. Simpulan harus singkat, padat, dan lugas. Contoh simpulan deduktif: Penggunaan internet di kalangan remaja mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah berbagai informasi yang sifatnya memperluas wawasan, dapat diakses para remaja di luar jam sekolah. Dampak negatifnya adalah informasi tentang pornografi, kekerasan, rasialisme, perjudian, serta berita-berita menyesatkan sangat mudah diakses oleh mereka. TUGAS KELOMPOK: Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4 orang. Kerjakanlah tugas berikut. 1. Bacalah wacana di halaman awal bab, identifikasilah: a. umber informasinya d. fakta dan opini b. agasan pokok berita e. proses dan hasil c. permasalahan f. simpulan isi wacana 2. Buatlah tabel, grafik, atau diagram (pilih yang cocok) dari data di bawah ini! “Sarana pendidikan di DKI pada tahun 2000, terdapat 1.588 pendidikan prasekolah, 3.145 Sekolah Dasar (2.380 SDN dan 765 SD swasta), terdapat 1.017 SLTP (283 negeri dan 734 swasta), dan untuk tingkat SMU terdapat 114 SMU negeri dan 359 SMU swasta, serta ada 41 universitas swasta, dan universitas negeri hanya UI dan UNJ. Sarana kesehatan, banyaknya rumah sakit di DKI Jakarta berjumlah 102 buah, yang terdiri atas 67 RSU dan 35 RS khusus, dan dari jumlah RS. Tersebut 75 RS di kelola oleh swasta dan 27 buah RS
pemerintah termasuk RS. Polri.

Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK (Kelas X.1.6)

MEMILIH KATA, BENTUK KATA DAN UNGKAPAN YANG TREPAT(BAB VI)

A. Pilihan Kata dan Bentukan Kata dalam Konteks atau Topik Pembicaraan
Sering terjadi seseorang sulit menguraikan suatu peristiwa dalam pembicaraan atau tak dapat menyampaikan gagasan melalui kata-kata serta kalimat yang tepat sehingga terjadi penjelasan yang berbelit-belit, panjang lebar, dan kurang terarah. Hal ini menyebabkan pendengar sulit memahami maksud yang disampaikan oleh pembicara dan dapat terjadi salah pengertian. Untuk menyampaikan maksud pembicaraan, seseorang akan berupaya menggunakan berbagai kata atau ungkapan yang dapat mewakili makna atau konsep yang ingin diutarakan. Setidaknya ia memahami dan menguasai berbagai istilah kata yang berkaitan dengan topik yang akan disampaikan. Namun, seseorang belum tentu dapat dengan baik mengutarakan atau menjelaskan apa yang sudah dipahami tersebut lewat kata-kata atau kalimat yang tepat dan efektif. Ketidakefektifan seseorang dalam menyampaika sesuatu dapat disebabkan kurang menguasai kosakata, bentukan kata, atau ungkapan kata yang sesuai dengan topik, gagasan atau maksud yang ingin diungkapkan. Keluhan seperti saya agak susah mengatakannya atau ngomongnya gimana, ya? akan ternyatakan bila seseorang tidak menguasai kosakata bidang atau persoalan yang ingin diungkapkan. Kondisi ini dapat terjadi baik dalam penggunaan bahasa tulis maupun bahasa lisan (berbicara), misalnya seseorang tak dapat menjelaskan dengan baik persoalan tentang transportasi udara jika ia tak menguasai istilah, kata-kata atau ungkapan yang berhubungan dengan masalah itu. Saat membicarakan telepon seluler atau nirkabel, istilah pulsa, voucher, berbagai merek HP, isi ulang, kartu perdana dan sebagainya kerap diucapkan. Ketika berbicara tentang rumah sakit, istilah paviliun, kamar, rontgen, infus, fasilitas perawatan, nama penyakit, nama obat, dan sebagainya akan sering terdengar. Atau, orang tidak dapat terlibat pembicaraan orang lain tentang sesuatu yang ia tidak paham betul topik yang sedang dibahas serta tak menguasai kata-kata atau istilah yang berhubungan dengan hal yang dibicarakan. Di bawah ini, contoh lain beberapa kata atau istilah serta ungkapan yang saling berkaitan dalam satu topik atau pokok pembicaraan. 1. Kereta api : lokomotif, stasiun, kereta ekspres, kelas ekonomi, gerbong, abudemen, rel, langsam, dan sebagainya. 2. Sepak bola : kesebelasan, liga, galatama, copa Amerika, FIFA, striker, pinalti, kiper, hatrik, dan sebagainya. 3. Film : jam tayang, durasi, aktor, aktris, judul, sinetron, layar lebar, piala citra, top rating, dan sebagainya. 4. Musik : group band, konser, musisi, lagu, fans, vokalis, lagu favorit, request, platinum, dan sebagainya. 5. Internet : chating, e-mail, website, browser, situs, home page, neter, dan sebagainya. Pemilihan bentukan kata juga menentukan proses penyampaian maksud. Banyak kata atau bentukan kata yang secara umum memiliki kesamaan arti, tapi sesungguhnya mengandung pengertian khusus yang berbeda. Pilihan dan penggunaan bentukan kata yang tepat menjadikan kalimat lebih cermat dan terarah sehingga terhindar dari salah pengertian, misalnya kata membawa memiliki kata–kata sepadan yang secara khusus maknanya berbeda, yaitu memanggul, menggendong, dan menjinjing. Masing–masing kata ini mempunyai makna dan ciri khusus yang membedakan satu sama lain. Meskipun sama–sama membawa, pengertian memanggul ialah membawa dengan meletakkan barang bawaan di bahu, menggendong ialah membawa dengan kedua tangan sejajar dengan dada, menjinjing ialah membawa dengan tangan menggenggam barang bawaan seperti tas. Contoh dalam kalimat : Ia terpaksa memanggul karung beras itu sampai ke rumah. Guru BP menggendong siswa yang pingsan itu ke ruang UKS. Ibu itu menjinjing belanjaannya yang berisi sayuran. Seseorang dapat memanfaatkan kata bersinonim tersebut untuk lebih menekankan makna kata kepada pengertian yang lebih khusus agar topik pembicaraan lebih terarah.

B. Memanfaatkan Kata Bersinonim untuk Menghindari Kata yang Sama dalam Kalimat/Paragraf

Penguasaan kosakata yang tidak banyak, dapat menyulitkan seseorang untuk merangkai kalimat untuk menjelaskan sesuatu baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Kalimat yang dibuat dapat berisi banyak kata yang sama dan diulang-ulang. Kalimat menjadi tidak cermat atau kurang efektif atau berkesan mubazir.Mengurangi penggunaan kata yang berlebihan dan berulang-ulang dalam kalimat dapat diatasi dengan pemakaian kata yang bersinonim. Dengan penggunaan kata yang sepadan, kalimat menjadi tidak kaku serta lebih variatif. Contoh: 1a. Jumlah wisatawan kembali meningkat di Bali pasca tertangkapnya para tersangka peledak, bom Bali yang menghebohkan dunia itu. Para wisatawan merasa tak akan ada lagi aksi terorisme di Pulau Bali tersebut.Sebelumnya kunjungan wisatawan di Bali merosot drastis. 1b. Jumlah wisatawan kembali meningkat di Bali pasca tertangkapnya para tersangka peledak, bom Bali yang menghebohkan dunia itu. Para turis asing merasa tak akan ada lagi aksi terorisme di Pulau Dewata tersebut. Sebelumnya kunjungan wisman di Bali merosot drastis. 2a. Polisi tidak mentoleransi adanya aksi unjuk rasa saat pemilihan umum daerah berlangsung, yang pasti akan mengganggu jalan pemilihan umum daerah tersebut. Setiap aksi unjuk rasa akan ditindak tegas oleh polisi, siapa pun dan dari mana pun unjuk rasa itu berasal. 2b. Aparat keamanan tidak mentolerasi adanya demonstrasi saat pemilihan umum daerah berlangsung yang pasti akan mengganggu jalannya pesta demokrasi tersebut. Setiap aksi demontrasi akan ditindak tegas oleh polisi, siapapun dan dari manapun aksi massa itu berasal.

Free Download MP3

ANDA BELUM BERUNTUNG =)

C. Makna Leksikal, Kontekstual, Struktural, dan Makna Metaforis

Pilihan kata juga berkaitan dengan pertimbangan menggunakan kata yang memiliki makna-makna tertentu. Sebuah kata tidak serta-merta hanya memiliki satu makna atau pengertian. Tapi, sebuah kata dapat dimaknai secara leksikal, kontekstual, ataupun struktural. Yang dimaksud dengan makna leksikal ialah makna yang sesuai dengan konsep yang digambarkan pada kata tersebut. Makna leksikal disebut juga makna yang sesuai dengan referensial kata tersebut. Contoh kata kerbau adalah binatang mamalia bertanduk yang makanannya rumput atau sejenis sapi, sedangkan makna kontekstual ialah makna yang muncul sesuai dengan konteks kata tersebut dipergunakan. Artinya, makna tersebut muncul sebagai makna tambahan di samping makna sebenarnya berupa kesan-kesan yang ditimbulkan oleh sebab situasi tertentu, misalnya ungkapan dasar kerbau, kerjaannya makan tidur saja tentu yang dimaksud kerbau bukan binatang bertanduk tapi menunjuk pada manusia. Contoh lain ialah kata kursi, secara leksikal maknanya adalah tempat untuk duduk. Kursi pada kalimat banyak kursi yang nilainya puluhan juta saat pemilu, bermakna jabatan yang diperjualbelikan. Selain makna leksikal dan kontekstual, ada makna struktural atau gramatikal. Makna struktural adalah makna yang muncul akibat kata mengalami proses afiksasi atau penambahan imbuhan serta proses reduplikasi dan proses komposisi. Kata terdengar, misalnya pada kalimat suaranya terdengar sampai ke belakang berarti dapat didengar tapi kata terdengar yang memiliki kata dasar sama yaitu dengar, pada kalimat rencana jahatnya terdengar oleh tetangganya berarti tidak sengaja. Demikian pula pada kata buku dengan buku-buku yang mengalami reduplikasi menimbulkan makna jamak yang artinya banyak buku makna yang berbeda juga dapat ditimbulkan oleh akibat komposisi kata. Misalnya, kata sate ayam tidak sama maknanya dengan sate madura yang pertama menunjukkan bahan dan yang kedua menunjukkan tempat. Makna metaforis adalah makna yang ditimbulkan oleh adanya unsur perbandingan di antara dua hal yang memiliki ciri makna yang sama. Contoh kata kaki dengan ungkapan kaki langit, kaki gunung, dan kaki meja. Kaki tetap menunjukkan bagian bawah, namun ungkapan kaki langit bermakna horizon, kaki gunung berarti lembah, dan kaki meja adalah tiangtiang penyanggah meja. Benda yang ditunjukkan berbeda tetapi memiliki kemiripan keberadaan, yaitu di bagian bawah. Demikian pula dengan kata kepala yang membentuk perbandingan kepala kereta, kepala pemerintahan, dan kepala sekolah. Kata jatuh yang membentuk kata-kata jatuh cinta, jatuh miskin, jatuh bangun, jatuh hati, dan sebagainya. Gaya bahasa ini kemudian disebut dengan polisemi. Makna metaforis juga dapat berbentuk ungkapan jika dilihat dari segi ekspresi kebahasaannya, yaitu dalam usaha penutur untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosinya dalam bentuk-bentuk satuan bahasa tertentu yang dianggap tepat, seperti ungkapan panggung dunia, bunga desa, bintang kelas, jendela informasi, dan bahtera rumah tangga. . Hanya saja kita harus dapat membedakan makna-makna kata tersebut sehingga dapat menggunakannya secara tepat. Perhatikan tabel berikut.emosinya dalam bentuk-bentuk satuan bahasa tertentu yang dianggap tepat, seperti ungkapan panggung dunia, bunga desa, bintang kelas, jendela informasi, dan bahtera rumah tangga. Beberapa kata di dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai secara leksikal, kontekstual, struktural, atau metaforis tergantung pada kebutuhan penggunaannya. Hanya saja kita harus dapat membedakan makna-makna kata tersebut sehingga dapat menggunakannya secara tepat.Perhatikan tabel berikut:

D. Majas dan Pribahasa


1. Majas Gejala memperbandingkan pun terjadi pada bentuk-bentuk majas seperti majas perbandingan. Yang termasuk majas perbandingan ialah: majas perumpamaan, majas metafora, majas personifikasi, majas alegori, dan majas antitesis. 1).Majas perumpamaan, ialah majas perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berlainan dan sengaja dianggap sama. Perbandingan ini ditandai oleh pemakaian kata seperti: bagaikan, ibarat, umpama, laksana, dan seperti. a. Larinya cepat laksana kilat. b. Mukanya pucat bagaikan mayat. c. Suaranya menggelagar seperti halilintar. 2).Majas metafora, ialah majas perbandingan yang paling singkat , padat, tersusun rapi. Di dalamnya, terlibat dua ide: yang satu adalah suatu kenyataan dan satunya lagi merupakan perbandingan terhadap kenyataan tadi. Contoh; a. Nani jinak-jinak merpati. b. Dia anak emas pamanku. c. Bapak tulang punggung keluarga kita. 3) Majas personifikasi, adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa atau benda abstrak. Contoh: a. Angin meraung-raung. b. yiur melambai-lambai. c. Ombak menerjang karang. 4) Majas alegori, ialah cerita yang diceritakan dengan lambang-lambang. Alegori biasanya berisi tentang moral dan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual manusia. Alegori dapat berbentuk puisi maupun prosa. Bentuk alegori singkat misalnya, fabel dan farabel. Fabel adalah sejenis alegori yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh binatang yang dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Contoh: a. Kancil dan buaya b. Kancil dan kura-kura c. Tom dan Jerry Farabel adalah cerita singkat yang mengemukakan masalah moral, misalnya cerita para nabi atau cerita orang-orang saleh. Sekarang banyak muncul pula cerita yang penuh hikmah dari buah kebaikan atau akibat perbuatan buruk seperti dalam kisah Rahasia Ilahi, dan Pintu Hidayah. 5).Majas antitesis, ialah sejenis majas yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (majas ini bersifat perlawanan). Contoh: a. Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu. b. Setelah ditodong, ia malah menolong penjahat itu. c. Orang tua itu bergembira atas pernikahan putrinya, sekaligus merasa was-was dengan masa depannya. 2. Peribahasa Gaya bahasa perbandingan juga dapat berbentuk peribahasa. Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud tertentu. Zaman dahulu peribahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan penilaian, nasihat, gurauan, atau sindiran. Di dalam peribahasa, terdapat simbol atau lambang-lambang yang dianggap mewakili maksud yang ingin diungkapkan. Contoh peribahasa: 1. Datang tampak muka, pergi tampak punggung. Artinya: Datang dengan baik, pergi pun harus dengan baik pula. 2..Sepala-pala mandi biar basah. Artinya: Mengerjakan sesuatu perbuatan hendaklah sempurna, jangan separuh-paruhnya. 3. Arang habis, besi tak kimpal. Artinya: Kerugian sudah banyak, maksud tak sampai. 4. Besar pasak daripada tiang. Artinya: Besar pengeluaran daripada penghasilan. 5. Bagai mencencang air. Artinya: Mengerjakan pekerjaan yang sia-sia. 6. Bagai telur di ujung tanduk. Artinya: Keadaan yang sudang gawat atau genting. 7. Bagai anak ayam kehilangan induk. Artinya: Seseorang yang tidak punya pegangan, hidupnya tak tentu arah. E. Pilihan Kata dalam Laras Bahasa Pada pelajaran terdahulu, sudah dijelaskan tentang laras bahasa. Laras bahasa adalah ciri khas suatu penggunaan bahasa pada kelompok atau lingkungan pemakai bahasa tertentu. Kekhususan tersebut meliputi pilihan kata, ungkapan, istilah, ragam bahasa, dan gaya penuturan. Misalnya, laras bahasa hukum akan banyak menggunakan istilah atau kosakata yang berkaitan dengan hukum, aturan, dan perundang-undangan. Karena bersifat penjelasan mengenai peraturan, biasanya kalimat dalam bahasa hukum panjang-panjang atau berbentuk kalimat luas. Lain lagi dengan bahasa sastra, lebih banyak menggunakan kata bermakna konotasi atau simbolik. Kalimatnya pun panjang namun banyak perumpamaan atau bersifat metaforis. Bahasa pers lebih cenderung menghemat kata atau sering menghilangkan bentuk imbuhan dalam bentukan kata. Kalimatnya pun bersifat lugas dan apa adanya. Contoh bahasa hukum: “Jika tindak pidana psikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, dan Pasal 64, dilakukan oleh korporasi, maka di samping pidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar 2 (dua) kali pidana denda yang berlaku untuk tindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan pidana penambahan berupa pencabutan izin usaha.” Contoh bahasa pers: a.“ PT. Natural belum beri Keputusan.” b. “ Pasokan Melimpah, Permintaan Beras Turun.” c. “ Petani Tak Mampu Penuhi Persyaratan Bank.”