WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Jumat, 07 April 2017

Keterampilan Berbahasa Indonesia : Membaca, Sekedar Rangkuman Referensi Bagi Guru Bahasa indonesia


1.  Hakikat Membaca
Syafi’ie (1994:6-7) menyebutkan hakikat membaca adalah: 
a.  Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami
kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai
dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi
bacaan. 
b.  Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti
baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok
kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh
pemahaman terhadap bacaan. 
c.  Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan
memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai. 
d.  Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan
memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.  
e.  Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan
informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang
telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. 
f.    Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan
sistem tulisan yang digunakan. 
g.  Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam
tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja,
melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-
kelompok kata yang membawa makna.

Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan
bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik
dan psikologis.  Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati
tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca.
Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa
kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai
ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke
pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-
gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan,
dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan
melibatkan Knowledge  of  The  World dalam skemata yang berupa
kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan
dalam gudang ingatan.
2.  Tujuan  Membaca
Nah, dalam membaca tentu kita mempunyai tujuan. Tujuan utama dalam
membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup
isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali
berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Henry Guntur Tarigan  (1989)  mengemukakan tujuan membaca adalah
sebagai berikut:
a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-
fakta(reading for details or facts). 
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c.  Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi
cerita(reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference).
e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classify).
f.    Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).
g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading
to compare or contrast).
.
3. Kegiatan Membaca  sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa
Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tentu
mempunyai hubungan antarsatu keterampilan dengan keterampilan
lainnya. Adapun hubungannya adalah sebagai berikut.
Keterampilan Membaca sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa
(a)  Hubungan Membaca dengan Menyimak
(b)  Hubungan Membaca dengan Menulis: 
(c)  Hubungan Membaca dengan Berbicara 

4. Teknik Membaca
Teknik membaca dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan
membaca. Keterampilan membaca yang perlu dilatih antara lain latihan
membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan
membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan
memperluas jangkauan pandang mata. 
a.  Baca-Layap (Skimming)
Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati
dari suatuhal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca
hanya untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di
awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. 
Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta-
fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita
hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya.
b. Membaca-Tatap (Scanning)
Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu
informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang
dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu.
Scanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk
mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entripada indeks, angka-
angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan.
Gerakan mata dalam scanning tidak jauh berbeda dengan skimming.
Untuk mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah
judul-judul bab dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka,
gerakan mata dengan cepatd an berhentilah pada setiap angka yang
kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda lagi, teruskan bergerak
ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi, kegiatan
scanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu kita perlu
terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari.
c.  Baca-Pilih (selecting)
Membaca bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan
atau mengandung informasi yang dibutuhkan pembaca.
Sebelum membaca, lakukan kegiatan seleksi bahan lebih dahulu
Contoh: memilih berita dalam koran untuk dibaca
d.  Baca-Lompat (skipping)
Bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak relevan atau bagian yang
sudah dikenal atau sudah dipahami diabaikan dan dilompati saja.
Contoh: membaca daftar iklan baris.
    (Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan, 1979:18–20). 

5. Faktor-faktor yang memengaruhi Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Menurut Lamb
dan Arnold (1976) faktor-faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual
lingkungan, dan psikologis. 
a.  Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis
(misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal
dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. 
Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya,
beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat
terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam
membedakan symbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka- angka,
dan kata-kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d.
Perbedaan pendengaran  (auditory discrimination) adalah kemampuan
mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor
penting dalam menentukan kesiapan membaca anak.
b.  Faktor Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan
berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang
diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan
Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah
kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan,
berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
c.  Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga  mempengaruhi kemajuan kemampuan baca.
Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman di
rumah, dan (2) sosial ekonomi. 
  Latar belakang dan pengalaman di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan.
Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu, dan dapat
juga menghalangi belajar membaca. 
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan
membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku,
menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak
– anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca.
Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan
sekolah di mana anak  –  anak mereka belajar, dapat memacu sikap
positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.
  sosial ekonomi
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan
faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa
mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status
sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-
anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa
serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka
berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi
anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak
yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan
membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan
yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.
d.  Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca
anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup (1) motivasi, (2)
minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
  Motivasi 
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes
mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak
mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus
mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan
dengan minat dan pengalaman anak  sehingga anak memahami
belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
  Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha
seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca
yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat
bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya
sendiri.
Seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan
mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.
  Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat
tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi
secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau
menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam
pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah
mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya
pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan
memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami
bacaan akan meningkat.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang
kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan
tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan
kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain
sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta
untuk diperhatikan guru
6. Jenis-jenis Membaca
Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Ditinjau dari segi
terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, membaca
dapat dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca bersuara atau
membaca nyaring.Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca,
membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca
intensif. Dilihat dari tujuan kedalamannya atau levelnya, membaca dapat
digolongkan ke dalam membaca literer, membaca kritis, dan membaca
kreatif.  Bila dibagankan, jenis-jenis membaca tersebut adalah sebagai
berikut.


MEMBACA
Ø  Membaca Nyaring
Ø  Membaca dalam Hati
Ø  Membaca Ekstensif
Ø  Membaca  Intensif
Ø  Membaca  Survei
Ø  Membaca Sekilas
Ø  Membaca Dangkal
Ø  Membaca  Telaah Isi
Ø  Membaca  Telaah Bahasa
Ø  Membaca  Teliti
Ø  Membaca Pemahaman
Ø  Membaca Kritis
Ø  Membaca Ide-ide
Ø  Membaca  Bahasa
Ø  Membaca  Sastra 
a. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati
Membaca nyaring merupakan proses mengomunikasikan isi bacaan
(dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya
mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut
harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambing-lambang bunyi
bahasa saja, melainkan  juga dituntut harus mampu melakukan proses
pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung
dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan
secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan
demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya
bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa
saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca
dalam hati. 
b. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif 
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas.
Pada siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki
baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya.
Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan
aneka pengalaman yang sangat  luas kepada para siswa yang
mengikutinya. Membaca ekstensif meliputi tiga jenis membaca yakni: 
1) Membaca Survey.
2) Membaca Sekilas
3) Membaca Dangkal 
Membaca Intensif
Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang
dilakukan secara saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya
membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada.
Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk
menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
Jenis membaca intensif antara lain: 
1) Membaca Teliti
2) Membaca Pemahaman
3) Membaca Kritis 
4) Membaca Ide
5) Membaca Bahasa Asing
6) Membaca Sastra

c. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan
menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya
berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam
bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi,
yakni makna yang tersirat.
Di bawah ini akan disampaikan beberapa contoh membaca pemahaman
dalam menemukan ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas
a)  Kalimat Utama,  Kalimat Penjelas,  Ide Pokok, dan Kalimat
Sumbang
(1)  Kalimat utama  adalah kalimat yang di dalamnya berisi ide
pokok paragraf. Kalimat utama ini didukung oleh kalimat-kalimat
lain yang menjelaskan lebih dalam tentang ide pokok tersebut.
Kalimat-kalimat yang menjelaskan ide pokok itu disebut kalimat
penjelas.
(2)  Ide pokok  adalah  ide atau tema yang menjiwai paragraf.
Artinya, paragraf yang bersangkutan hanya membahas tentang
satu hal. Paragraf yang baik hanya memiliki satu ide pokok atau
satu gagasan utama.  Ide pokok menjadi dasar pengembangan
paragraf atau inti paragraf yang  dirumuskan dalam sebuah
frase atau klausa. 
Cermatilah contoh paragraf berikut!
ii. Alam desaku sangatlah sejuk dan permai.  (2) Udaranya sejuk dan
bersih,  tak ada polusi sedikit pun yang mengganggu. (3) Suasananya
juga masih asri karena masih banyak pepohonan hijau yang masih
terjaga.  (4) Orang-orang di sana sangatlah baik dan gembira tiada
tara. (5) Selain sejuk, desaku sangatlah permai karena masih banyak
sawah-sawah hijau yang terbentang luas.  (6) Apalagi jika musim
panen telah tiba, desaku seakan  -  akan diselimuti oleh permadani
emas yang cantik.  (7) Ditambah lagi dengan sungai di desaku yang
masih terawat dan jernih sehingga menamah kecantikan desaku.
Kalimat utama: (1) Alam desaku sangatlah sejuk dan permai 
Kalimat penjelas: kalimat (2), (3),  (5), (6), dan (7)
Ide pokok: Indahnya alam desaku
Kalimat sumbang: (4) Orang-orang di sana sangatlah baik dan
gembira tiada tara.
(3)  Letak kalimat utama
Kalimat utama umumnya diletakkan di  awal  paragraf karena 
penulis hampir selalu memulai paragrafnya dengan menuliskan
gagasan utamanya di awal.  Gagasan utama itu bersifat umum.
Adapun  kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat penjelas
dari  gagasan utama tersebut. Paragraf yang kalimat utamanya
terletak di awal paragraf disebut  paragraf deduktif.  Kalimat
utama juga  bisa ditemukan di akhir paragraf. Artinya, paragraf
itu dimulai dengan rincian atau penjelasan, baru diakhiri dengan
pernyataan umum yang biasanya berupa simpulan. Paragraf
yang demikian disebut paragraf induktif. 
Makna kalimat yang selaras
Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut!
(1)  Seorang guru merasa jengkel melihat anak didiknya
mengerjakan ulangan dengan menyontek. Sudah dua anak
ditegur agar tidak menyontek tetapi selalu saja ada anak
yang lainnya berusaha menyontek. Akhirnya, guru itu
berkata,  “Baiklah, silakan saja kalian menyontek supaya
saya mudah menilai pekerjaan kalian.”
Kalimat tersebut bermakna anak yang menyontek akan diberi nilai jelek.
(2) Seorang ayah menegur anaknya yang membunyikan radio
dengan volume sangat keras. Ia berkata,  “Anton, tetangga
sebelah ada yang sakit keras.”
Kalimat tersebut bermakna Anton harus mengecilkan atau mematikan radio.

b.Menyimpulkan dan Merangkum/Ikhtisar Isi Teks
Kita mengenal ada istilah ringkasan, rangkuman, ikhtisar, dan
simpulan. Rangkuman sama dengan ikhtisar. Baik ringkasan maupun
rangkuman/ikhtisar keduanya sama-sama merupakan tulisan singkat
dari sebuah karangan panjang. Bedanya, ringkasan disusun dengan
alur dan sudut pandang yang sama seperti karangan aslinya, dengan
perbandingan bagian atau bab karangan asli secara proporsional
tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu. Sedangkan
rangkuman  atau  ikhtisar  disusun dengan alur dan sudut  pandang
yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara
proporsional.  
(1)  Ringkasan
Ringkasan adalah penyajian bacaan dalam bentuk singkat
dengan mempertahankan urutan isi dan sudut pandang / 
memendekkan bacaan dengan mengambil inti sari  bacaan itu
tanpa mengubah struktur wacana.
Langkah – langkah membuat ringkasan bacaan :
a. Membaca bacaan atau karangan asli untuk mengetahui kesan umu, maksud pengarang,
b. Mencatat gagasan utama atau pokok pikiran dalam tiap paragraf,
c.  Menyusun pokok pikiran atau gagasan pokok bacaan menjadi suatu paragraf atau lebih.
Ciri-ciri ringkasan :
a. Memendekkan suatu bacaan,
b.  Bentuknya lebih pendek atau lebih ringkas,
c.  Struktural wacananya tetap tidak berubah sesuai dengan teks bacaan,
d.  Terdapat inti sari bacaan.


Rangkuman
Sebenarnya rangkuman itu tidak jauh beda dengan ikhtisar dan
ringkasan. Oleh sebab itu, rangkuman adalah membuat
ringkasan atau ikhtisar dari apa yang telah diuraikan (dipercakapkan).
Ciri-ciri Rangkuman :
a.  Memendekkan suatu bacaan,
b.  Berupa ringkasan dari wacana / bacaan.
(3)  Ikhtisar
Ikhtisar adalah memendekkan suatu bacaan dengan
mengambil bagian penting tanpa harus terikat pada struktur
wacana yang diikhtisarkan. 
Ikhtisar dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat, selain itu
ikhtisar juga dapat dinyatakan dalam bentuk bagan, kerangka,
resume dan sebagainya.
Ciri-ciri ikhtisar :
a.  Memendekkan suatu bacaan,
b.  Berisi bagian-bagian penting dalam teks wacana,
c.  Tidak terikat dengan struktur wacana.

d.  Fakta dan Opini
Fakta  ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh  indra manusia.
Catatan atas pengumpulan fakta disebut  data.  Fakta  seringkali
diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya,
baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari
dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan
pengalaman orang lain yang sesungguhnya.
Opini  adalah pendapat seseorang  atas sebuah  kejadian,
peristiwa,  dan kronologis yang terjadi  pada individu  sendiri  atau
orang  lain,   baik  itu  positif  atau  negatif,   dan  dalam 
menanggapinya  dalam  bentuk  lisan  ataupun  tulisan.
Opini adalah pendapat, ide atau pikiran  untuk menjelaskan
kecenderungan atau  preferensi  tertentu terhadap  perspektif  dan
ideologi  akan tetapi bersifat tidak  objektif  karena belum
mendapatkan pemastian atau pengujian, Dapat pula merupakan
sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku di masa depan
dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung
ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi.  
Tajuk rencana bukan merupakan karya pribadi atau perseorangan,
melainkan karya lembaga penerbitan. Penulisnya adalah
seseorang yang ditunjuk oleh ketua tim yang mewakili sebuah
lembaga penerbitan.  Sementara itu,  Imung Pujanarko  dalam
Kabar Indonesia menyebutkan bahwa  tajuk rencana atau editorial 
adalah opini yang berisi pendapat dan sikap resmi suatu media
sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal,
atau kontroversial yang berkembang  di masyarakat. Opini yang
ditulis pihak redaksi diasumsikan  mewakili redaksi sekaligus
mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan. Karena merupakan suara lembaga maka tajuk
rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya,
seperti halnya menulis berita atau features. 
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapatlah disimpulkan
bahwa tajuk rencana pada surat kabar ditulis oleh redaksi surat
kabar berdasarkan informasi   yang ada dan mengemukakan opini
tentang sebuah masalah yang  aktual dan controversial, dan
ditinjau dari sudut pandang redaksi. Tulisan pada tajuk rencana
haruslah singkat, padat, tidak bertele-tele, ada pendapat atau opini
publik sebagai dasar atau fakta,  dan ada pendapat atau
pandangan redaksi yang menyatakan sikap redaksi surat kabar
tersebut. 
.
e.  Tabel, Grafik , dan Diagram
Membaca tabel, grafik, dan diagram termasuk ke dalam membaca
skimming. Tidak jarang kita menemukan sebuah informasi yang
menyertakan data otentik berupa grafik atau tabel. Sebagaimana kita
ketahui hadirnya grafik atau tabel dalam sebuah informasi digunakan
sebagai pendukung untuk menjelaskan sebuah data. 
Tabel  adalah daftar berisi ringkasan/ikhtisar sejumlah fakta dan
informasi biasanya hanya berupa nama dan bilangan yang tersusun
dalam urutan kolom dan baris. Tabel merupakan alat bantu visual
disamping grafik dan peta yang berfungsi menjelaskan suatu fakta
atau informasi secara singkat, jelas, dan lebih menarik daripada kata-kata.      
Langkah yang kita lakukan untuk membaca tabel: 
 Modul Guru Pembelajar  Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B  47

  Membaca judul tabel;
  Membaca kolom-kolom yang ada di tabel;
  Melihat perbedaan yang mencolok pada data tersebut, baik yang
tertinggi,  terendah, atau rata-rata (hitunglah bila diperlukan);
  Menarik kesimpulan dari data  yang disampaikan dalam tabel.
Grafik adalah lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau
gambar. Data dari tabel dapat dibuat menjadi bentuk grafik sehingga
terlihat  jelas gambaran tentang data tersebut. Ada beberapa macam
grafik untuk menyajikan data, antara lain: grafik batang (bar chart),
garfik lingkaran (pie chart), grafik garis (line chart), grafik gambar
(piktogram), histogram, poligon frekuensi. Grafik garis digunakan untuk
menggambarkan suatu rentetan peristiwa yang mengalami perubahan
terus-menerus (kontinu) misalnya; berat badan bayi  yang selalu
berubah sepanjang waktu, perkembangan produksi, jumlah
kecelakaan lalu-lintas. Pada periode tertentu data itu disajikan dalam
gfafik garis.. Histogram adalah grafik batang yang berfungsi
menggambarkan bentuk distribusi sekumpulan data yang biasanya
berupa karakteristik mutu. Histogram dibuat dengan cara membentuk
tabel frekuensi terlebih dulu diikuti dengan perhitungan statistik
kemudian mengeplot data ke dalam histogram.
Langkah yang kita lakukan untuk membaca grafik yaitu:
  Membaca judul grafik;
  Membaca lajur kanan, kiri, dan bawah yang biasanya berkenaan
dengan jumlah, bulan, tahun, dan sebagainya;
  Melihat perbedaan yang mencolok pada data tersebut, baik
tertinggi, terendah, atau rata-rata (hitunglah bila diperlukan);
  Menarik kesimpulan dari data yang disampaikan grafikOrang yang
sibuk lebih suka mempelajari sesuatu dari grafik statistik. Akan
tetapi tidak semua pendapat disajikan dalam bentuk grafik.
Dengan grafik dapat memungkinkan untuk menyampaikan ide 
yang kompleks menjadi sederhana, grafik dapat memberi 
gambaran suatu data secara efektif kepada pembaca. Ciri utama
grafik adalah sederhana, tetapi jelas.


Rangkuman
Setelah Anda memahami konsep membaca dan berlatih menemukan kalimat
utama, kalimat penjelas,  ide pokok, makna selaras, merangkum, meringkas,
menyimpulkan, fakta, opini dan memahami diagram, maka selanjutnya untuk
memperkuat wawasan Anda silakan baca dan pahami rangkuman berikut ini.
a. Hakikat membaca
  Hakikat membaca, aktifitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu
membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca
sebagai proses mengacu pada aktifitas fisik dan mental. Sedangkan
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktifitas yang
dilakukan pada saat membaca.
b. Pengertian membaca
 Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan
keterampilan berbahasa lainnya. Jadi, membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa, proses aktif, bertujuan, serta memerlukan
strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca.
c.  Tujuan membaca 

Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat
signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai
tujuan dengan  cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena
akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca.
d. Jenis membaca
Ada dua jenis membaca, yaitu membaca bersuara dan membaca tidak
bersuara. Membaca bersuara meliputi: membaca nyaring, membaca
teknik, membaca indah. Membaca tidak bersuara (membaca diam)
meliputi: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca ide, membaca
kritis, membaca telaah bahasa, membaca skimming (sekilas), membaca
cepat.
e. Manfaat  membaca
  Manfaat membaca antara lain adalah sebagai berikut. (1) Menambah
kosakata, tatabahasa, dan sintaksis. (2) Mengalami perasaan dan
pemikiran yang paling dalam. (3) Memicu imajinasi. (4) Memaksa nalar,
pengurutan keteraturan dan pemikiran logis  untuk dapat mengikuti jalan
cerita atau memecahkan suatu misteri



Keterampilan Berbahasa Indonesia : Berbicara,Sekedar Rangkuman Referensi Bagi Guru Bahasa indonesia dalam Kinerjanya

Prinsip dan Prosedur Berbahasa Secara Lisan Secara Produktif   Hakikat Keterampilan Berbicara 
Berbicara  merupakan keterampilan  yang bersifat produkif  dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara
memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan.
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan peralatan vokal seseorang (selaput suara, lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengizinkannya dapat mereproduksikan suatu ragam yang lugas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan problem kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah.
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) dengan memanfaatkan sejumlah alat komunikasi manusia untuk menyampaikan  maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
1.  Fungsi Keterampilan Berbicara
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi
juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang
memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh 
keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan
dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan
profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan
tersebut memudahkan peserta didik berkomunikasi dan
mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Kegiatan pembelajaran berbicara terbagi atas tiga, yaitu; 
a.  Tingkat pemula, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara
tingkat pemula  meliputi: melafalkan bunyi-bunyi bahasa,
menyampaikan informasi, menyatakan setuju atau tidak setuju,
menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil
simakan/bacaan, menyatakan ungkapan rasa hormat, dan bermain
peran.
b.  Tingkat menengah, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara
tingkat menengah    dapat dirumuskan: menyampaikan informasi,
berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri,
menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, melakukan
wawancara, bermain peran, menyampaikan gagasan dalam diskusi
atau pidato.
c.  Tingkat tinggi, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara tingkat
tingg    dapat dirumuskan:  menyampaikan informasi, berpartisipasi
dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan
kembali hasil simakan atau hasil bacaan, berpartisipasi dalam
wawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan.

2.  Prinsip Prosedur Berbicara 
a.  Berbicara sebagai Keterampilan Deskrit
Kata ‘deskrit’ diadaptasi dari bahasa Inggris ‘discrete’ yang artinya
terpisah atau tersendiri. Bila pengertian ini dikaitkan dengan
keterampilan berbahasa, maka kita dapat mengartikannya 
20  Modul Guru Pembelajar  Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 

keterampilan berbicara sebagai keterampilan tersendiri yang tidak
terintegrasi dengan keterampilan berbahasa yang lain (membaca,
menyimak, dan menulis). 
Konsep dasar berbicara menurut Logan (1972: 104-105)  merupakan
sarana   berkomunikasi  yang  mencakup sembilan hal, yakni: (1)
berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal;  (2)
berbicara adalah proses individu berkomunikasi, (3) berbicara adalah
ekspresi kreatif,  (4) berbicara adalah tingkah laku,  (5) berbicara
adalah tingkah laku yang dipelajari,(6) berbicara dipengaruhi
kekayaan pengalaman,  (7) berbicara sarana memperluas cakrawala
(8) kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, (9) berbicara
adalah pancaran pribadi.
b.  Prinsip dan Prosedur Berbicara Secara Terintegratif
Keterampilan Berbicara sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa
Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu
menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut
berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan
menulis, dan berbicara dengan membaca.
1)  Hubungan Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda
namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak
didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan
menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi
lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-
jawab, interview, dan sebagainya.
2) Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi.
Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan
dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat 
 reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai
penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan
membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak
informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi
yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi
yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3)  Hubungan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-
ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai
informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara
disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian
informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh
melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan
menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara
menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan
kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. 
c.  Prinsip dan Prosedur Berbicara Sesuai Konteks
Keterampilan Berbicara Sesuai Konteks Akademis, Formal,
Vokasional
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai
maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, maka sebaiknya  pembicara memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus  mengevaluasi
efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan,
baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk
(1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima
golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan,  (3)
menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan. 
Menurut Hartono berdasarkan lawan bicara, keterampilan berbicara
dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: (a) satu lawan satu,
(b) satu lawan banyak, (c) banyak lawan satu,dan (d) banyak lawan
banyak. 
Keterampilan berbicara berdasarkan maksud atau tujuan berbicara,
dapat dikelompokkan menjadi sembilan bentuk, yaitu: (a) memberi
perintah atau instruksi, (b) memberi nasehat, (c) memberi saran, (d)
berpidato, (e) mengajar atau member ceramah, (f) berapat, (g)
berunding, (h) pertemuan, (i) menginterview. 
Berdasarkan tingkat keformalannya, keterampilan berbicara dapat
dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu: (a) berbicara formal, (b)
berbicara semi formal dan (c) berbicara informal.
Berdasarkan ragam bahasa terdiri atas : (a) Akademisi: penggunaan
bahasa oleh praktisi akademis, misalnya: dosen, ilmuwan, (b) Formal 
penggunaan bahasa oleh situasi formal, misalnya : sekolah, acara
resmi, (c) Vokasional: penggunaan bahasa pada jurusan atau bidang
tertentu, misalnya: apoteker, notaries.
3.  Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan
berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato
menjelaskan, pidato menghibur, ceramah.
a.  Diskusi
Diskusi adalah suatu pertukaran  pikiran, gagasan, pendapat
antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari
kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. Diskusi
yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Dalam
diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut
ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup
diskusi, membangkitkan  minat anggota untuk menyampaikan
gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta
mengemukakan kesimpulan hasil diskusi. 
 Modul Guru Pembelajar  Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B  23


b.  Wawancara 
Wawancara merup[akan salah satu keterampilan berbicara yang
digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita.
Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung (tatap muka)
atau secara tak langsung (melalui telepon, internet, atau surat).
Ada dua tahapan dalam  melakukan wawancara, yaiu tahap
persiapan (penentuan topik pembicaraan,rumusan pertanyaan,
dan penentuan narasumber) dan tahap palaksanaan wawancara.
c.  Pidato 
Pidato  adalah sebuah kegiatan berbicara di depan  umum  atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan
gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh
seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang
suatu hal/peristiwa yang penting dan patut  diperbincangkan.
Pidato biasanya digunakan oleh seorang  pemimpin  untuk
memimpin dan berorasi di depan banyak  orang  atau khalayak
ramai.


F.  Rangkuman
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara
merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan ke-
pada orang lain. 
Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan 
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan
Anda berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada
orang lain.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi  keterampilan  berbicara secara
langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan
kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi
pembicaraan; (g)  cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h)
penampilan.
Keterampilan diskrit artinya terpisah atau tersendiri. Sementara  
berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu menyimak,
membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara
berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis,  dan berbicara
dengan membaca.
Keterampilan berbahasa berdasarkan ragam bahasa meliputi : akademisi, 
formal, dan  vokasional.  Selain itu jenis-jenis keterampilan  berbicara
dalam pengajaran bahasa, antara  lain: diskusi, percakapan, pidato

menjelaskan, pidato menghibur, dan  ceramah.