WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Kamis, 06 April 2017

Ragam Bahasa, sebuah rangkuman Referensi Guru Bahasa Indonesia

a.  Pengertian Ragam Bahasa
                Sebagai  gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kebahasaan. Faktor-faktor di luar kebahasaan yang berpengaruh
terhadap pemakaian bahasa antara lain faktor lokasi geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Adanya faktor-faktor tersebut menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam pemakaian bahasa.
Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau varian  dalam bahasa yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induk disebut ragam bahasa.
                Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis atau sering disebut dialek saja. Bahasa jawa dialek Banyumas berbeda dengan bahasa Jawa dialek  Solo walaupun  keduanya satu bahasa. Demikian pula Bahasa Sunda dialek Priangan berbeda dengan bahasa Sunda dialek Banten, bahasa Melayu dialek Jakarta berbeda dengan bahasa Melayu dialek Manado dan berbeda
pula dengan bahasa Melayu dialek Deli.
                Ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan waktu disebut kronolek. Misalnya, bahasa Melayu masa kerajaan Sriwijayaberbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji dan berbeda pula dengan bahasa Melayu Riau sekarang.
                Ragam bahasa yang berkaitan dengan golongan sosial para penuturnya disebut dialek sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa antara lain tingkat pendidikan, usia,
dan tingkat sosial ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa golongan atas (bangsawan dan orang-orang berada), dan bahasa golongan menengah (orang-orang terpelajar) akan memperlihatkan perbedaan.
Dalam bidang tata bunyi, misalnya, bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/ sering terdapat dalam ujaran kaum yang berpendidikan seperti pada bentuk fadil, fakultas, film, fitnah, dan kompleks.
Bagi orang yang tidakdapat menikmati pendidikan formal, bentuk-bentuk tersebut sering diucapkan  padil, pakultas, pilm, pitnah, dan komplek. Demikian pula, ungkapan “apanya, dong?” dan “trims” yang
disebut bahasa prokem sering diidentikkan dengan bahasa anak-anak muda.

b.  Keberagaman Bahasa Indonesia
Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut “bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi intisari bersama yang umum. 
1) Ragam Bahasa Menurut Daerah
Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek.Bahasa yang mengenal luas selalu mengenal logat. Masing- masing dapat dipahami secara timbal balik oleh  penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur dialek yang daerahnya berdampingan. Jika di dalam wilayah pemakaiannya orang tidak mudah berhubungan, misalnya karena tempat keadiamannya dipisahkan oleh pegunungan, selat, atau laut, maka lambat laun logat itu dalam perkembangannya akan banyak berubah sehingga
akhirnya dianggap bahasa yang berbeda.
2)  Ragam Bahasa Menurut Pendidikan Formal
Ragam bahasa menurut pendidikan  formal, menunjukkan perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia golongan yang kedua itu
berbeda dengan fonologi kaum terpelajar. Bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang tidak bersekolah atau hanya berpendidikan rendah. 

3)  Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur
  Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau penbacanya. Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa, tingkat keakraban antarpenutur, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya.

c.  Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya 
Ragam bahasa dapat dirinci menjadi tiga macam: 
1)  Berdasarkan pokok persoalannya, ragam bahasa dibedakan menjadi:
a)  ragam bahasa undang-undang,
b)  ragam bahasa jurnalistik,
c)  ragam bahasa ilmiah, 
d)  ragam bahasa sastra,
e)  ragam bahasa sehari-hari.
2) Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi:
a)  ragam lisan meliputi : (1)  ragam bahasa cakapan, (2)  ragam bahasa pidato, (3)  ragam bahasa kuliah,
(4)  ragam bahasa panggung;

b)  ragam tulis meliputi : (1)  ragam bahasa teknis, (2)  ragam bahasa undang-undang, (3)  ragam bahasa catatan, (4)  ragam bahasa surat.

3) Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacara dibedakan menjadi: 
a)  ragam bahasa resmi,
b)  ragam bahasa santai,
c)  ragam bahasa akrab.

d. Ragam Baku dan Ragam Tak Baku
Situasi resmi yang menuntut pemakaian ragam baku tercermin dalam situasi berikut ini.
1)  Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi,
perundang-undangan, dan sebagainya.
2)  Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah.
3)  Pembicaraan di depan umum, yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainya.
4)  Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
 
                Ragam bahasa baku merupakan ragam orang yang berpendidikan.
Ragam baku memiliki kaidah-kaidah paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah. Ragam itulah
yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar.  Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Kebakuannya itu tidak dapat berubah
setiap saat. 
Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendikiaannya.
Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendikiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing.
Bahasa baku mendukung empat fungsi, yakni sebagai berikut.
a)   Fungsi Pemersatu
Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu.
b)  Fungsi Pemberi Kekhasan
Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Hal itu terlihat pada
penutur bahasa Indonesia.

e.  Sikap terhadap Bahasa Baku
Sikap terhadap bahasa baku setidak-tidaknya mengandung tiga dimensi, yaitu (1) sikap kesetiaan bahasa, (2) sikap kebanggaan  bahasa, dan (3) sikap kesadaran akan norma dan kaidah bahasa.
Ketiga sikap tersebut terkait erat dengan keempat fungsi bahasa baku.

f.  Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
                Pada peringatan ke-87 hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1995 di Jakarta, Kepala Negara menekankan pentingnya  berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Akhir-akhir ini dampak seruan tersebut semakin terasa. Slogan “Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar” pada kain rentang dapat kita temukan di mana-mana. Namun, memasyarakatkannya ungkapan  tersebut belum tentu diikuti pemahaman yang benar tentang maknanya. Oleh karena itu,  pada bagian ini akan dijelaskan makna serta kriteria bahasa yang baik dan bahasa yang benar tersebut.
                Kriteria yang dipakai untuk menentukan bahasa Indonesia yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa yang dimaksudkan tersebut meliputi aspek (1) tata bunyi, (2) tata kata dan tata kalimat, (3) tata istilah, (4) tata ejaan, dan (5) tata makna. Benar tidaknya bahasa Indonesia yang kita gunakan tergantung pada benar  tidaknya pemakaian kaidah bahasa. Dengan kata lain, bahasa Indonesia yang baik dan benar  atau betul adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa dengan konteks, peristiwa, atau keadaan yang dihadapi.
                Orang yang mahir memilih ragam bahasa dianggap berbahasa dengan baik. Bahasanya membuahkan efek atau hasil karena sesuai dengan tuntutan situasi. Pemilihan ragam yang cocok merupakan tuntutan komunikasi yang tak bisa diabaikan begitu saja. Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat.

g. Ragam Bahasa Ilmiah 
                Di bidang ilmu, keperluan akan bahasa yang khusus dengan peristilahan, pengungkapan, dan perlambangan yang serba khusus pula, sangat terasa. Hal ini karena ada hubungan timbal balik antara
kemajuan ilmu dan kemampuan bahasa yang merekam kemajuan itu, menjelaskannya, dan menyampaikannya kepada pihak lain.
Masyarakat yang tidak mampu merangsang pengembangan ilmu tidak dapat berharap memiliki bahasa keilmuan. Sebaliknya, ketiadaan bahasa keilmuan akan menghambat pembiakan suatu generasi ilmuan.
Karena kekhususan dalam langgam dan peristilahan, bahasa keilmuan berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, meskipun yang menjadi dasarnya adalah bahasa baku,
bahasa dalam setiap bidang keilmuan sering memperlihatkan ciri khasnya masing-masing. Namun, secara umum bahasa keilmuan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Bahasa ilmu itu harus lugas dan cermat, menghindari segala macam kesamaran dan ketaksaan (ambiguitas). Lugas artinya langsung mengenai sasaran, tanpa basa-basi. Cermat artinya berusaha untuk melakukan sesuatu tanpa salah atau cacat.
2) Bahasa ilmu itu gayanya ekonomis. Artinya, bahasa ilmu berusaha tidak menggunakan jumlah kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan. Dengan kata lain, bahasa ilmu itu haruslah padat isi dan
bukan padat kata.
3) Bahasa ilmu itu objektif dan berusaha tidak memperlihatkan ciri perseorangan (gaya impersonal) sehingga wujud kalimatnya sering terlepas dari keakuan si penulis. Karena itu, dalam tulisan ilmiah
sering kita temukan kalimat-kalimat pasif yang lebih menekankan peristiwa daripada pelaku perbuatan.
4) Bahasa ilmu itu tidak memlibatkan perasaan (tidak beremosi). Ilmu  itu merupakan hasil pemikiran, bukan hasil perasaan. Oleh karena itu ragam bahasanya pun lepas dari perasaan. 
5) Bahasa ilmu itu mengutamakan informasi, bukan imajinasi yang menjadi ciri bahasa kesusasteraan. Dengan kata lain, bahasa ilmu itu mengutamakan makna denotatif, bukan makna konotatif.
6) Bahasa ilmu itu, khususnya yang teoritis, umumnya dinyatakan dalam bahasa yang abstrak.
7) Bahasa ilmu itu gayanya tidak meluap-luap atau kedogma-dogmaan.
8) Bahasa ilmu itu cenderung membakukan makna kata, ungkapan, dan gaya pemeriannya. Bahkan, bisa saja muncul istilah-istilah khusus (jargon) dalam setiap bidang ilmu.
9) Ditinjau dari sudut perkembangan bahasa, kata dan istilah ilmiah lebih mantap umurnya daripada kata-kata sehari-hari dalam bentuk, makna, dan fungsinya.

 Rangkuman
1. Ragam bahasa Indonesia.
Ragam yang ditinjau dari sudut pandangan penutur dapat diperinci menurut patokan daerah, pendidikan, dan sikap penutur. Ragam bahasa Indonesia terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis, ragam
baku dan ragam tidak baku, ragam baku tulis dan ragam baku lisan, ragam sosial dan ragam fungsional. Variasi bahasa terdiri atas variasi bahasa dari segi penutur, variasi bahasa dari segi pemakaian, dan variasi bahasa dari segi keformalan.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia  mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.

CATATAN PENTING:
1.  Contoh ragam bahasa:
a.  Kami menerima vonis hukuman yang dibacakan hakim. (hukum)
b.  Volume ekspor kelapa sawit terus mengalami penurunan. (bisnis)
c.  Operasi retina matanya akan dilaksanakan minggu depan. (kedokteran)
d.  Rapor semester ganjil harus menjadi cermin kemajuan prestasi belajar siswa dalam satu semester. (pendidikan)


Tidak ada komentar: