WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Kamis, 18 April 2013

BAB XII MEMBUAT PARAFRASE

 A. Memahami Parafrasa
Pernahkah Anda mendengar istilah parafrasa? Istilah parafrasa mungkin sering muncul dalam pembahasan puisi. Salah satu cara untuk memahami puisi adalah dengan membuat parafrasa terhadap puisi tersebut, yaitu dengan menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas kalimat pendek yang menjadi ciri khas puisi. Setelah ada penambahan, puisi tersebut berubah menjadi uraian prosa atau cerita. Artinya, wajah asli puisi tersebut telah berubah menjadi prosa, namun kandungan makna atau pengertian dari isi puisi tidak berubah. Hal seperti itulah yang disebut parafrasa. 
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks atau karangan dalam bentuk atau susunan kata yang lain dengan maksud dapat menjelaskan maknanya yang tersembunyi.  Pengungkapan kembali suatu tuturan dan sebuah tingkatan atau macam bahasa tertentu menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya. 
                Membuat parafrasa bukan hanya pada puisi ke prosa saja, tapi juga bentuk bahasa yang lain, seperti mengubah penggunaan kata kepada kata yang sepadan atau bersinonim, mengubah kalimat aktif menjadi bentuk pasif, kalimat langsung menjadi tidak langsung, mengubah bentuk uraian menjadi bentuk ungkapan atau peribahasa yang memiliki kesamaan arti.  Pada tataran wacana yaitu mengubah wacana panjang menjadi bentuk rangkuman atau ringkasan. Dalam karya sastra, mengubah puisi ke prosa atau sebaliknya, mengubah bentuk dialog drama ke prosa atau sebaliknya.  Jadi, pada hakikatnya parafrasa adalah mengubah atau mengalihkan suatu bentuk bahasa menjadi bentuk bahasa yang lain tanpa mengubah pengertian atau kandungan artinya.             Parafrasa juga termasuk menceritakan kembali sesuatu yang telah didengar ke bentuk tulisan atau mengalihkan bentuk bahasa lisan ke bentuk bahasa tulisan. Misalnya, seseorang diperdengarkan sebuah cerita kemudian ia mencoba menguraikan kembali cerita tersebut dalam bentuk wacana atau karangan. Tentunya penggunaan kalimat dan pilihan katanya tidak sama dengan cerita aslinya karena dituangkan dengan menggunakan bahasa sendiri, namun inti cerita tidak berubah.
            Pada pembahasan kali ini, akan diuraikan cara membuat parafrasa dari sebuah wacana atau teks tertulis ke bentuk yang lebih ringkas. Hal-hal apa yang harus diperhatikan dan bagian-bagian mana yang harus diabaikan sehingga terjadi perubahan bentuk dengan tetap mempertahankan ide atau gagasan pokok sesuai teks aslinya.

B. Cara Memparafrasa Wacana
            Wacana atau teks tertulis merupakan bentuk karangan yang terbagi atas beberapa paragraf. Setiap paragraf terdiri atas unsur kalimat utama dan kalimat penjelas seperti yang telah diuraikan pada Bab 10. Kalimat-kalimat penjelas dapat berupa uraian yang penting dapat juga hanya perincian yang mengungkapkan contoh, ilustrasi, dan perumpamaan-perumpamaan. Kita harus tahu mana bagian yang berisi hal-hal pokok atau penting dan mana yang bukan. Untuk memparafrasakan sebuah teks tertulis, langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Bacalah teks yang akan diparafrasa secara keseluruhan.
2. Pahami topik atau tema dari teks tersebut untuk teks berbentuk narasi pahami pula alur atau jalan ceritanya.
3. Carilah kalimat utama pada setiap paragraf untuk menemukan gagasan atau ide pokok paragraf tersebut.
4. Catatlah gagasan pokok setiap paragrafnya.
5. Perhatikan kalimat penjelas, pilahlah kalimat penjelas yang penting dan buanglah yang hanya berupa ilustrasi, contoh, permisalan, dan sebagainya
6. Pilihlah kata atau kalimat yang efektif untuk menceritakan kembali. Jika perlu gunakan kata yang sepadan atau ungkapan yang lebih mewakili pengertian yang panjang, tetapi dapat dipahami.
7. Jika ada kalimat langsung, ubahlah menjadi kalimat tidak langsung agar lebih singkat.
8. Ceritakan atau uraikan kembali dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan ringkas.
Di bawah ini adalah contoh sebuah wacana dan proses parafrasanya. 
            Kewirausahaan merupakan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan ekonomi yang tersebar dan berkelanjutan, serta memperkuat proses demokratisasi suatu bangsa. Pengembangan kewirausahaan bermakna strategis bagi kemakmuran dan daya saing suatu bangsa. Hasil studi ACG Advisory Group mengindikasikan pendidikan formal secara umum berpengaruh terhadap kemampuan berwirausaha, tapi belum mampu menstimulan peserta didik memiliki kemauan berwirausaha. Hal ini disebabkan pendidikan formal di Indonesia saat ini hanya berfokus pada upaya mengembangkan sisi pengetahuan peserta didik memahami bagaimana suatu bisnis seharusnya dijalankan dan bukan pada upaya mengembangkan sisi sikap untuk berwirausaha serta pengalaman berwirausaha.
            Fenomena ini disebabkan sistem pendidikan di Indonesia yang lebih menekankan pada sisi hard skill daripada soft skill sehingga sisi kognitif peserta didik yang lebih diutamakan daripada sisi afektif dan psikomotoriknya (Lead Education 2005). Akibatnya, lulusan pendidikan formal secara umum memiliki pemahaman pengetahuan yang relatif baik mengenai kewirausahaan, tapi tidak memiliki keterampilan dan mind-set berwirausaha.
            Pendidikan ’pengetahuan’ kewirausahaan telah diajarkan secara intrakurikuler baik sebagai mata kuliah/mata pelajaran yang tersendiri maupun sebagai bagian (topik bahasan) dari mata kuliah/mata pelajaran dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Sayangnya, pembahasan kewirausahaan di lembaga pendidikan formal lebih didasarkan pada mengajarkan substansi buku teks, daripada memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik untuk berwirausaha sehingga tidak mampu mengubah pola pikir dan sikap agar peserta didik memiliki kemauan dan kemampuan berwirausaha. Fenomena ini dibuktikan dari banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur (11,7% dari 6 juta orang lulusan perguruan tinggi), dan hanya kurang dari 5% lulusan perguruan tinggi yang akhirnya membuka usaha sendiri. 
            Perubahan sistem pendidikan tinggi dan orientasi masyarakat untuk kuliah perlu diubah untuk mengurangi pengangguran lulusan perguruan tinggi pada masa mendatang. Kurikulum pendidikan tinggi yang berbasis pengetahuan perlu diubah ke arah kurikulum yang berbasis kompetensi dan mendidik kemandirian. Pengembangan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan pertambahan masalah pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia pada masa mendatang.
            Perubahan kurikulum ini memerlukan dukungan bahan ajar yang atraktif dan praktis sesuai dengan tingkat kompetensi peserta didik, serta peningkatan kualitas guru dalam memahami kewirausahaan dan keterampilan teknis lainnya. Guru diharapkan mampu membekali keterampilan praktis kepada siswa didiknya yang bermanfaat untuk membuka usaha, seperti : pendidikan memasak, menjahit, membuat kerajinan tangan, dan sejenisnya. Perubahan pola pendidikan ini akan menghasilkan lulusan pendidikan formal yang memiliki pola pikir untuk berwirausaha serta mempunyai keterampilan dasar yang bermanfaat untuk berwirausaha kelak di kemudian hari. (Dikutip dari tabloid Flo dengan sedikit perubahan, 14 April 2007)

Hal-hal pokok yang terdapat dalam wacana di atas adalah seperti berikut.
1. Kewirausahaan merupakan fondasi pertumbuhan ekonomi dan memperkuat proses demokratisasi suatu bangsa.
2. Pendidikan formal di Indonesia hanya berfokus pada upaya mengembangkan pengetahuan bagaimana suatu bisnis harus dijalankan bukan mengembangkan sikap untuk berwirausaha.
3. Pendidikan di Indonesia lebih menekankan sisi hard skill bukan soft skill /sisi kognitif bukan afektif dan psikomotorik.
4. Pola pendidikan ini tidak mengubah pola pikir dan sikap peserta didik agar memiliki kemauan dan kemampuan untuk berwirausaha.
5. Lulusan perguruan tinggi menganggur 11,7% dari 6 juta orang dan hanya di bawah 5% lulusan yang membuka usaha sendiri.
6. Perubahan sistem pendidikan tinggi dan orientasi masyarakat harus kuliah perlu dilakukan.
7. Perubahan kurikulum memerlukan dukungan bahan ajar yang atraktif dan praktis sesuai dengan tingkat kompetensi peserta didik serta guru dalam memahami kewirausahaan.
8. Perubahan pola pendidikan ini akan menghasilkan lulusan pendidikan formal yang memiliki pola pikir untuk berwirausaha serta memiliki keterampilan dasar yang bermanfaat untuk berwirausaha kelak di kemudian hari.
Parafrasa wacana seperti berikut.
Kewirausahaan merupakan fondasi dan penguat pertumbuhan ekonomi dan demokratisasi suatu bangsa. Pendidikan formal secara umum berpengaruh dalam mengembangkan kewirausahaan, namun belum dapat menstimulan peserta didik untuk mau berwirausaha.  Sistem pendidikan di Indonesia baru mengembangkan sisi kognitif yaitu memahami proses bisnis bukan menumbuhkan sikap berbisnis.  Pendidikan di Indonesia lebih menekankan hard skill daripada soft skill.  Hal ini menyebabkan lulusan perguruan tinggi menganggur 11,7 % dari 6 juta orang dan hanya kurang dari 5% yang membuka usaha sendiri.  Perubahan pendidikan formal termasuk orientasi masyarakat yang mengharuskan kuliah perlu dilakukan. Namun, hal itu perlu didukung oleh bahan ajar yang atraktif dan praktis serta guru yang memahami kewirausahaan. Dengan adanya perubahan ini, diharapkan lulusan pendidikan formal memilki pola pikir untuk berwirausaha dan mempunyai keterampilan dasar untuk modal berwirausaha kelak di kemudian hari.
sepadan atau ungkapan yang lebih mewakili pengertian yang panjang, tetapi dapat dipahami.
7. Jika ada kalimat langsung, ubahlah menjadi kalimat tidak langsung agar lebih singkat.
8. Ceritakan atau uraikan kembali dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan ringkas.

BAB 11 MENGGUNAKAN KALIMAT TANYA SECARA TERTULIS



A. Kalimat Tanya
            Kalimat tanya ialah kalimat yang dipergunakan dengan tujuan memperoleh reaksi berupa jawaban dari yang ditanya atau penguatan sesuatu yang telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya diucapkan dengan intonasi menaik pada suku kata akhir. Dalam bentuk tulis ditandai dengan tanda tanya (?). Kalimat tanya dicirikan oleh empat hal, yaitu sebagai berikut.
1. Penggunaan kata tanya: apa, siapa, di mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain. Contoh : Bagaimana kondisi pengungsi lumpur Lapindo saat ini?, Apa Anda sudah berpengalaman di bidang mesin?
2. Penggunaan kata bukan atau tidak
Contoh : Bukankah ini tas yang kamu bawa?, Ini hasil ulanganmu, bukan?, Tidakkah dia merasa aneh dengan sikapmu?
3. Penggunaan klitika -kah pada predikat kalimat yang diubah susunannya SP PS Contoh : 1.a. Ia lulus tahun ini, 1.b. Luluskah ia tahun ini?, 2.a. Ia sudah pulang?, 2.b. Sudah pulangkah ia?
4. Penggunaan intonasi naik pada suku kata akhir
Contoh :

B. Jenis Kalimat Tanya dan Kata Tanya
1. Kalimat Tanya Klarifikasi dan Konfirmasi
            Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi (penegasan) dan kalimat tanya konfirmasi (penjernihan) ialah kalimat tanya yang disampaikan kepada orang lain untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas persoalan yang belumnya telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya ini tidak meminta penjelasan, tapi hanya membutuhkan jawaban pembenaran atau sebaliknya dalam bentuk ucapan ya atau tidak dan benar atau tidak benar.
Contoh kalimat tanya klarifikasi:
1. Benarkah Saudara yang memimpin penelitianmu?,
2. Apa benar barang-barang ini milik Anda?,
3. Jadi benar isu mengenai keluarnya Anda dari Proyek Management?,
4. Benarkah akan terjadi gempa di Jakarta, Pak?
Contoh kalimat tanya konfirmasi:
1. Apakah Saudara mempunyai hubungan erat dengan terdakwa?,
2. Apa Bapak sudah menerima surat pengunduran diri saya?,
3. Apakah ini kunci mobil saudara?,
4. Apa hari itu Anda pergi bersamanya?

2. Kalimat Tanya Retoris
            Kalimat tanya retoris adalah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban atau tanggapan langsung. Kalimat tanya retoris biasanya digunakan dalam pidato, khotbah, atau orasi. Pertanyaan retoris dikemukakan dengan bermacam-macam maksud sesuai dengan pokok pembicaraan. Pertanyaan retoris bertujuan untuk memberi semangat, menggugah hati, memotivasi, memberi kesadaran, dan sebagainya terhadap audiens atau pendengar.
Contoh kalimat retoris :
1. Apakah kita tega membiarkan mereka kelaparan?,
2.         Apakah nasib kita akan berubah tanpa ada usaha?
3. Mana mungkin Allah menurunkan rezeki bagi orang-orang malas?,
4. Di mana kita saat mereka memohon pertolongan?
5. Mana ada pejabat yang jujur di zaman edan seperti ini?,
6. Sudahkah kita mencoba memulai dari diri kita sendiri?,
7. Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap moral bangsa kalau bukan kita?

3. Kalimat Tanya Tersamar
            Kalimat tanya tersamar maksudnya adalah bentuk kalimat tanya yang mengacu pada bermacam maksud. Dengan kalimat tanya tersamar, penanya dapat menyampaikan berbagai tujuan seperti, memohon, meminta, menyindir, membiarkan, mengajak, menegaskan, menyetujui, menggugah, melarang, menyuruh, dan lain sebagainya. Contoh :
1. Tujuan meminta: Bolehkah saya tahu siapa namamu?,m Dapatkah kamu menolong saya?
2. Tujuan mengajak: Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?, Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
3. Tujuan memohon: Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?, Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
4. Tujuan menyuruh: Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?, Maukah kamu membuatkan kue bolu?
5. Tujuan merayu: Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?, Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
6. Tujuan menyindir: Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?, Begini caranya kamu berterima kasih?
7. Tujuan menyanggah: Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?, Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
8.         Tujuan meyakinkan: Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?, Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
9. Tujuan menyetujui: Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?, Apa pantas hal ini saya abaikan?

4. Jenis Kalimat Tanya Biasa
            Kalimat tanya biasa disebut juga kalimat tanya untuk menggali informasi.Kalimat untuk menggali informasi biasanya menggunakan kata tanya.  Kata tanya yang dipergunakan, dirumuskan dengan 5W+ 1H, yaitu : what (apa), where (di mana), who (siapa), whene (kapan), why (mengapa) dan how (bagaimana). Contoh penggunaannya did dalam kalimat:
Apa yang menyebabkan terjadinya kebakaran ini?
Dari mana asal api?
Siapa yang pertama kali melihat kejadian ini?
Kapan tepatnya peristiwa itu terjadi?
Mengapa pemadam kebakaran terlambat datang?
Bagaimana upaya warga menyelamatkan barang-barangnya dari kebakaran itu?
Berikut ini jenis kata tanya yang biasa dipergunakan.


BAB 10 MEMBUAT BERBAGAI TEKS TERTULIS DALAM KONTEKS BERMASYARAKAT

 A. Perencanaan Membuat Karangan
1. Tema dan Topik Karangan
             Sebelum melakukan penulisan, setiap orang pasti sudah memikirkan apa yang ingin ditulisnya. Tentu hal-hal yang akan ditulis berhubungan dengan segala yang telah diketahui. Jika hal tersebut merupakan hal yang baru, maka setidaknya ia akan mengaitkan hal yang ingin ditulis dan hal yang telah diketahuinya atau ia akan mengumpulkan bahan-bahan informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang ingin ditulis.
            Apa yang ingin ditulis sebelum seseorang menulis karangan merupakan sesuatu yang menjadi dasar atau pedoman dalam menulis atau mengembangkan karangannya. Sesuatu yang ingin ditulis itu merupakan sebuah ide atau gagasan yang merupakan pijakan dasar mengenai apa karangan tersebut. Hal yang menjadi dasar karangan itu disebut dengan tema.
            Tema memang merupakan unsur terpenting yang harus ada sebelum mengarang. Dalam banyak teori mengarang,  menentukan tema karangan merupakan langkah pertama dalam merencanakan membuat karangan.
            Setelah menentukan hal yang ingin ditulis, langkah selanjutnya adalah memerinci tema karangan menjadi pokok-pokok pikiran yang lebih khusus. Pokok-pokok pikiran ini menjabarkan tema karangan. Pokok-pokok pikiran itu disebut dengan topik karangan atau gagasan pokok. Topiktopik ini disusun dan dirumuskan untuk masing-masing dikembangkan menjadi paragraf-paragraf. Topik yang masih umum dapat dijabarkan lebih terperinci lagi menjadi subtopik. Semua unsur itu disusun secara vertikal.
Susunan ini disebut dengan kerangka karangan.
2. Tujuan
            Selain menetapkan tema dan menyusun topik karangan, penulis juga harus merumuskan tujuan. Tujuan karangan merupakan maksud penulis atau pengarang dalam mengarang. Tujuan dapat berkaitan dengan bentuk karangan yang akan dibuat. Banyak hal yang dapat dijadikan tujuan, misalnya tujuan memberi informasi kepada pembaca, bentuk karangannya bersifat ekspositoris. Tujuan menggugah dan menghimbau, karangannya dapat berjenis persuasi dan sebagainya.
Contoh tujuan pada karangan berbentuk narasi:
Tema : Kisah usaha seorang kakak untuk membelikan adiknya boneka dari hasil menyemir sepatu.
Tujuan : Menggugah simpati pembaca untuk ikut memikirkan betapa susahnya hidup orang tak mampu tapi tetap
menyayangi saudaranya.
Contoh tujuan pada karangan argumentasi:
Tema : Bahaya kecanduan rokok
Tujuan : Menggugah orang yang terbiasa merokok agar mengurangi kebiasaan merokok

3. Judul
            Setiap tulisan atau karangan selalu mempunyai judul. Judul di dalam sebuah karangan merupakan unsur yang penting. Seringkali seorang ingin membaca sebuah karangan karena judulnya menarik. Oleh sebab itu, dalam menentukan judul, diusahakan judul karangan enak dibaca, mudah diucapkan, dan mudah diingat.
            Judul sebuah karangan tidak perlu panjang. Judul yang terlalu panjang membuat pembaca sulit mengingatnya. Judul yang dibuat atau dipilih harus memiliki daya tarik untuk mendorong orang membaca karangan tersebut. Judul dapat berbentuk pertanyaan atau seruan, misalnya:
Sudah Sukseskah Anda? Narkoba? No Way!dan sebagainya
            Penulisan judul harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan atau kata tugas yang berada di tengah. Kata tugas yang berada di awal kalimat judul ditulis dengan huruf kapital.Contoh hubungan antara tema, topik, tujuan, dan judul dalam perencanaan membuat karangan:Tema : Perpustakaan sekolah
Topik : - Perpustakaan sekolah
 Sebagai sumber belajar
 Memanfaatkan perpustakaan sekolah
 Perpustakaan sekolah sarana berkumpul
Judul :
 Ngerumpi Positif di Perpus, yah !
 Menggali Ilmu di Perpustakaan
 Perpustakaan Solusi Cerdas
Tujuan : - Memotivasi siswa agar memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai sarana menggali ilmu dan tempatberkumpul sesama siswa.

B. Pola Pengembangan Karangan
            Semua pokok pikiran yang telah ditulis sebagai penjabaran tema dan sesuai dengan tujuan penulisan disusun serta dirumuskan menjadi kerangka karangan. Penyusunan kerangka karangan bertujuan untuk mengorganisasi tiap gagasan pokok, mana yang lebih dahulu dibahas dan mana yang kemudian dan seterusnya.
            Dengan susunan kerangka karangan, penulis juga dapat mengevaluasi pokok pikiran atau gagasan yang tidak perlu sehingga harus dihilangkan serta pokok pikiran yang tumpang tindih. Pokok pikiran yang telah disusun harus saling berkaitan sesuai dengan tema yang ditetapkan.
            Dari kerangka karangan, karangan dapat dikembangkan dengan sistematis. Setiap topik atau gagasan pokok yang ada dalam karangan dijabarkan menjadi paragraf. Di dalam paragraf, terdapat satu pokok pikiran yang tertuang menjadi kalimat utama. Kalimat utama dapat berada di awal paragraf, dapat juga di akhir bergantung pada pola pengembangan yang dipilih. Jika berada di awal, disebut paragraf deduktif, sedangkan jika berada di akhir, disebut paragraf induktif.
Perhatikan gambar berikut ini!
Contoh paragrafnya :
Arang aktif adalah sejenis arang yang diperoleh dari suatu pembakaran yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Arang ini dapat diperoleh dari pembakaran zat-zat tertentu, seperti ampas debu, tempurung kelapa, dan tongkol jagung. Jenis arang ini banyak digunakan dalam beberapa industri pangan atau nonpangan. Industri yang menggunakan arang aktif adalah industri kimia dan farmasi seperti pekerjaan memurnikan minyak, menghilangkan yang tidak murni, dan menguapkan zat yang tidak perlu.
kalimat utama
Contoh paragrafnya:
Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan Jenderal Sudirman. Seminggu
kemudian seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian polisi
menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil John. Polisi juga menemukan potret
dua orang anak yang tewas di jalan Jenderal Sudirman di dalam kantung celana John. Dengan
demikian, John adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang
hilangnya tiga anak itu.

   Kalimat utama juga bisa berada di awal dan di akhir. Biasanya kalimat utama di akhirnya hanya bersifat penegasan kembali apa yang telah tertuang di awal paragraf.
Perhatikan contoh berikut:
Contoh paragrafnya:
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah murah, sehat, dan kuat. Departemen PU sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari batu-batuan gunung berapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan tahan air. Lagi pula, bahan perlit dapat dicetak menurut keinginan seseorang. Usaha ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah, sehat dan kuat untuk memenuhi keperluan rakyat.
                 Paragraf juga ada yang berisi kalimat utama seluruhnya. Setiap kalimat merupakan pikiran pokok dan masing-masing berdiri sendiri. Namun, paragraf seperti itu jarang ditemui. Paragraf seperti ini biasanya terdapat pada karangan narasi.

Contoh paragrafnya:
Pagi hari aku duduk di bangku panjang dalam taman di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku.
                Di dalam paragraf, terdapat satu pokok pikiran atau gagasan utama. Yang lainnya adalah kalimat-kalimat penjelas yang menjelaskan kalimat utama. Kalimat penjelas merupakan penjabaran dari subtopik atau pikiranpikiran penjelas. Sebelum membuat paragraf, sebaiknya dibuat dahulu kerangka paragraf. Perhatikan contoh kerangka paragraf berikut ini!

 C. Menulis Berbagai Jenis Cerita
1. Karangan narasi atau cerita
Karangan narasi adalah karangan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.
Dalam membuat karangan jenis narasi, yang perlu diperhatikan adalah:
(1). mampu membuat ide cerita yang baru
(2) dapat menerapkan penokohan yang tepat
(3). dapat mengutarakan gaya cerita yang baik
(4). dapat menggunakan gaya bahasa yang pas
Contoh :
Malam itu Ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairul. Bahkan, Ayah mengatakan bahwa aku akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Slamet yang telah memperkenal aku dengan Siti.

2. Karangan deskripsi atau penggambaran
Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan keadaan, bentuk, atau suasana tertentu, seperti benda, orang, tempat sesuai dengan objek yang sebenarnya.
Langkah-langkah dalam menyusun karangan deskripsi adalah:
(1). menentukan topik atau tema karangan
(2) menetapkan tujuan
(3) mengadakan pengamatan di lokasi
(4) mengumpulkan bahan
(5) membuat kerangka karangan
(6) mengembangkan kerangka (memulai proses penulisan)
Contoh :
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang paling depan, berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar, terdapat toko kain yang lengkap dan berderetderet.Di samping kanan pasar, terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan. Pada bagian belakang, kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang daging.

3.Karangan eksposisi atau pemaparan
Karangan eksposisi adalah karangan yang berisi pemaparan terhadap suatu konsep, gagasan, ide, dengan tujuan menguraikan, mengupas, menerangkan sesuatu yang akan menambah pengetahuan atau wawasan pembaca. Dalam karangan ini, sesuatu diuraikan secara terperinci terkadang dengan penambahan bentuk-bentuk visual seperti grafik, bagan, atau denah.
Langkah-langkah dalam menyusun karangan eksposisi adalah:
(1). menentukan topik paparan
(2). menentukan tujuan paparan
(3). membuat kerangka karangan
(4). mengembangkan kerangka karangan
Contoh :
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini, dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.


4. Karangan argumentasi
            Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi pendapat mengenai suatu hal yang disertai alasan-alasan yang logis dan sistematis serta penyajian bukti-bukti dengan tujuan memengaruhi pembaca untuk meyakini atau menyetujui pendapat tersebut. Karangan ini bersifat objektif.
Langkah-langkah dalam menyusun karangan argumentasi adalah:
(1). membuat topik terlebih dahulu
(2). menetapkan tujuan karangan
(3). melakukan observasi lapangan
(4). membuat kerangka karangan
(5). mengembangkan kerangka karangan
(6). membuat kesimpulan
 Contoh :
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai
penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini dapat dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60 persen pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua.

5.Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang berisi uraian mengenai sikap, pendapat, gagasan, dan perasaan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang diuraikan.
Langkah-langkah dalam pembuatan karangan persuasi adalah:
(1). menentukan topik atau tema persuasi
(2). menetapkan tujuan persuasi
(3). mengadakan pengamatan terhadap objek sasaran
(4). membuat kerangka karangan
(5). mengembangkan kerangka karangan
(6). membuat kesimpulan Contoh :
Sampah yang setiap harinya dibuang terdiri atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa makanan dan sampah basah yang dapat membusuk. Sampah anorganik ialah sebaliknya yang tak dapat membusuk seperti plastik, kaca, karet, kulit dan sebagainya. Jika setiap harinya sampah dibuang oleh setiap orang, dapat dibayangkan berapa puluh dan ribu ton akan terkumpul. Tidak semuanya dapat didaur ulang. Oleh sebab itu, kita dapat membantu memilah sampah, untuk mengurangi tumpukan sampah, yaitu dengan cara sampah yang organik dapat dikubur di dalam tanah ukuran 3 x 3 m. Kemudian sampah yang anorganik dapat diberikan kepada pemulung untuk didaur ulang. Dengan demikian, kita telah membantu mengurangi tumpukan sampah setiap harinya di pembuangan sampah akhir.