A. Kelas Kata
Kata merupakan unsur utama
dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk
melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang
terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau
jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Dalam kaitannya dengan
jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang
ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata. Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia,
terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa. Namun secara
umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
1. Kata kerja (verba)
2. Kata sifat (adjektiva)
3. Kata keterangan (adverbia)
4. Kata benda (nomina), kata ganti
(pronomina), kata bilangan (numeralia)
5. Kelompok kata tugas ialah :
1. Kata Sandang (artikel), 2. Kata
Depan (preposisi), 3. Kata Hubung (konjungsi) 4. Partikel, 5. Kata Seru
(interjeksi),
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata
yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan
merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam
kalimat.
Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti
akan, sedang, dan telah Contoh: akan mandi, akan tidur,
sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan
+ KB/KS Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang,
tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks: Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan,
marah-marah.
c. Verba berproses gabung:Contoh:
bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk : Contoh: cuci
mata, campur tangan, unjuk gigi.
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang
menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda. Kata sifat
umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.
Ciri-ciri kata sifat:
1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
Contoh: lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan
sekali Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat,
sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidakContoh: tidak benar, tidak
halus, tidak sehat, dan sebagainya
Macam-macam adjektiva:
a. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin,
anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks contoh:
terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
2. adjektiva bereduplikasi:contoh:
muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks: -wi, -iah
contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
c. Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan,
meluap.
d. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman,
kesatria, berbusa, dan lain-lain
e. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang,
bertambah.
f. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
g. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
h. Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan,
tinggi hati.
i. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya alangkah gagahnya, bukan
main kuatnya, Maha kuasa.
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang
memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Macam-macam adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian,
niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
b. Adverbia turunan terbagi atas:
1. Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,
paling-paling.
2. Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak
mungkin.
3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya,
harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
a. Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata
yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak). Kata benda
berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan Contoh : bukan gula, bukan
rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau
yang sangat + KS Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat
penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
a. Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau,
ayam.
b. Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah,
bahasa.
c. Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
d. Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
e. Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
f. Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
g. Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan,
pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
h. Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, si
manis, sang kancil, sang dewi.
i. Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang
cantik.
b. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi
untuk mengganti kata benda atau nomina.
Macam-macam pronomina:
Ada tiga macam pronomina
dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina persona, (2) pronomina penunjuk (3)
pronomina penanya.
1. Pronomina Persona
a). Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita,
dia-dia, dan beliau-beliau.
b). Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu
sekalian, aku ini, dia itu.
c). Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona
(orang) misalnya:
(a). Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya,
aku (tunggal), dan kami, kita (jamak),
(b). Pronomina persona II (kata ganti orang II) :
kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak),
©. Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia,
dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak),
d). Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang
atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa,
apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.
2. Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga
macam.
(a). Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
(b) Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
(c) Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.
3. Pronomina Penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai
sebagai pemarkah pertanyaan. Contoh: siapa, apa, mana, mengapa,
kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.
c. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau
numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang,
dan benda.
a). Numeralia utama (kardinal),
terdiri atas:
(a). Bilangan penuh, misalnya:
satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
(b). Bilangan pecahan, misalnya:
sepertiga, duapertiga, lima perenam.
©. Bilangan gugus, misalnya: selikur
(21), lusin, gros, kodi, atau ton.
b). Numeralia tingkat, yaitu
numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur Misalnya: pertama, kesatu,
kedua, keempat, ketiga belas.
c). Numeralia kolektif, numeralia
yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya : ketiga (ke + Num), ribuan, ratusan
(Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)
5.
Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:
a. Kata Sandang (Artikel)
Kata
sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda.
Macam-macam artikel:
a). Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang
guru, sang suami, sang juara. b).
Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para
ilmuwan. c). Artikula/artikel bermakna
netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum. d). Artikula/artikel bermakna khusus,
misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar kehormatan), Hang Tuah, dan
Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra lama)
b. Kata Depan (Preposisi)
Kata
depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata
sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa
preposisional).
a). Preposisi dasar, misalnya: di , ke, dari, akan,
antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi,
atas, depan, dekat. b). Preposisi
turunan, terdiri atas: (a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di
depan, ke belakang, dari muka. (b). gabungan preposisi + preposisi +
non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari tengah-tengah kerumunan.
©. gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah
ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga
petang. c). Preposisi yang
menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.
c. Kata Hubung (Konjungsi)
Kata
hubung atau konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan dua kata atau
dua kalimat.
Macam-macam konjungsi:
a). Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi,
tambahan lagi, lagi pula. b). Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian,
setelah itu. c). Konjungsi pilihan,
misalnya: atau d). Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun,
sebaliknya, padahal. e). Konjungsi
menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain f). Konjungsi
sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain g).
Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain h).
Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya,
seumpamanya. i). Konjungsi
harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga. j). Konjungsi perluasan,
misalnya: yang k). Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa l). Konjungsi
penegasan, misalnya: bahkan dan malahan m). Konjungsi pengantar wacana,
misalnya: adapun, maka, jadi.
d. Partikel
Partikel
adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan
(berita).
Macam-macam partikel: a). kah, misalnya: Apakah
Bapak Ahmadi sudah datang? b). kan,
misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c). deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu. d). lah, misalnya: Tidurlah hari
sudah malam! e). dong, misalnya:
Bagi dong kuenya. f). kek,
misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g). pun, misalnya: Membaca pun ia tak bisa. h). toh, misalnya: Saya toh tidak
merasa bersalah. i). yah,
misalnya: Yah, apa aku bisa melakukannya?
e. Kata Seru (Interjeksi)
Kata
seru atau interjeksi adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan
hati atau berbagai ungkapan perasaan.
Macam-macam interjeksi :
a). Seruan atau panggilan, misalnya: hai, ayo, halo,
wahai. b). Keheranan atau kekaguman,
misalnya: aduhai, amboi, astaga, wah.
c). Kesakitan, misalnya: aduh d). Kekecewaan atau kekesalan, misalnya:
uh, brengsek, buset, yaa. e). Kekagetan,
misalnya: lho, masya Allah, Astagfirullah, ya Gusti. f). Kelegaan, misalnya:
Alhamdulillah, nah, syukurlah. g). Kejijikan,
misalnya: bah, cih, cis, hii, idih, ih.
B. Frasa dan Macamnya
Frasa adalah bagian
kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu
fungsi atau jabatan di dalam kalimat. Di dalam kalimat terdapat subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (pel).
Contoh : Dokter membaca buku (S P
O), Dokter muda sedang membaca buku cerita (S P O), Dokter muda ganteng sedang
asyik membaca buku cerita komik (S P O)
Pada contoh di atas, kata dokter
dapat diperluas menjadi dokter muda, dokter muda ganteng,
tapi tetap menduduki satu fungsi di dalam kalimat yaitu, subjek.
Demikian pula dengan membaca, diperluas menjadi sedang membaca dan
sedang asyik membaca tetap berkedudukan sebagai predikat Begitu
juga pada kata buku, diperluas menjadi buku cerita dan buku
cerita komik tetap berkedudukan sebagai objek.
Frasa dibedakan atas:
1. Frasa nominal: frasa yang unsur pusatnya kata benda.Contoh : - kamar
anak, buku gambar
2. Frasa verbal: frasa yang unsur pusatnya kata kerja. Contoh : - sedang
tidur, telah belajar
3. Frasa adjektival: frasa yang unsur pusatnya kata sifat. Contoh: - cukup
pintar, agat lambat
4. Frasa adverbial: frasa yang unsur pusatnya kata keterangan. Contoh: -
pagi sekali, sangat tekun
5. Frasa preposisional (kata depan): frasa yang terdiri dari unsur kata
depan dan kata benda. Contoh:di kota,
dari kantor,
l
C. Memanfaatkan Kelas Kata dalam
Menyusun Perincian pada Kalimat
Sering kita menemukan
kalimat yang kurang efektif. Apalagi kalimat tersebut berbentuk kalimat majemuk
yang menggunakan banyak unsur keterangan atau berbentuk perincian. Untuk
menyusun kalimat seperti ini dan agar mudah dipahami, kita harus berpedoman
pada ciri kalimat efektif.
Ciri-ciri kalimat efektif
antara lain adalah adanya kesejajaran bentukan kata dan penghematan dalam
penggunaan kata. Yang dimaksud dengan kesejajaran adalah kesamaan pilihan
bentukan kata pada kalimat luas yang berisi perincian. Jika bentukan kata
pertama berupa kata benda (nomina), kata berikutnya harus berbentuk kata benda.
Jika kata pertamanya berbentuk kata kerja (verba), kata berikutnya dan
seterusnya berbentuk kata kerja. Pemahaman terhadap kelas kata dapat memudahkan
kita menyusun kalimat yang berisi pemerian agar tetap efektif. Contoh:
1.a. Proses pendaftaran masuk SLTA dari SLTP dimulai dengan diserahkannya
tanda kelulusan lalu mengambil dan mengisi formulir dan tinggal mengamati
hasilnya setiap hari.
Menjadi:
1.b Proses pendaftaran masuk SLTA dimulai dengan penyerahan tanda kelulusan
dari SLTP, lalu pengambilan serta pengisian formulir, dan pengamatan pada
pengumuman hasilnya setiap hari.
2.a. Kamu boleh tinggal di rumah ini dengan sewanya dibayar setiap
bulan atau kaubisa membelinya dengan harga yang telah disepakati.
Menjadi:
2.b. Kamu boleh menempati rumah ini dengan membayar sewanya setiap
bulan atau kaudapat membelinya dengan harga yang telah disepakati.
3.a. Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi kecopetan,
penodongan, dan perampokan.
Menjadi:
3.b. Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi pencopetan,
penodongan, dan perampokan.
4.a. Untuk menjadi siswa teladan, seseorang dituntut rajin, tekun, tidak
ceroboh dan tak mudah putus asa.
Menjadi:
4.b. Untuk menjadi siswa teladan,
seseorang dituntut rajin, tekun, teliti, danoptimis.
Selain kesejajaran, dalam menyusun kalimat efektif juga
diperlukan kehematan penggunaan kata. Kata-kata yang sama dan diulang-ulang
dapat dibuang atau diganti dengan kata yang sejenis dan semakna sepanjang tidak
mengubah pengertiannya. Umpamanya, untuk menghemat pengulangan nama orang/kita
dapat menggunakan bentuk pronomina persona (kata ganti orang).
Contoh :
Pak Muhidin beserta anaknya tak dapat lagi berjualan di pinggir jalan
protokol setelah barang dagangan Pak Muhidin dan anaknya terkena razia petugas.
Pak Muhidin tidak putus asa bersama anaknya, penjual pakaian jadi itu berjualan
keliling kampung.
Menjadi:
Pak Muhidin beserta anaknya tak bisa lagi berjualan di pinggir jalan
protokol setelah dagangan mereka terkena razia petugas pamong
praja. Ia tidak putus asa.
Bersama anaknya, ia berjualan pakaian jadi keliling kampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar