WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Senin, 17 Desember 2012

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran Posted on 12 September 2008 by PAPA OVI AISHITERU AREMA, FROM:AKHMAD SUDRAJAT

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran
Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran
Posted on 12 September 2008 by PAPA OVI AISHITERU AREMA, FROM:AKHMAD SUDRAJAT this.value
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah:
Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan

(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

1.Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2.Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3.Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4.Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1.Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2.Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3.Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.

4.Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

==========
Sumber:

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)

Rabu, 14 November 2012

FUNGSI UMUM PENDIDIKAN/PERSEKOLAHAN



A.Pendidikan dan Persekolahan
Pendidikan pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk mendewasakan peserta didik, yang ditandai oleh adanya kemandirian dari diri peserta didik. Kemandirian yang dimaksudkan disini adalah kemampuan mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri tanpa harus selalu tergantung pada orang lain. Kemandirian peserta didik dapat dilihat dari beberapa indikator:
1.Adanya sifat kestabilan dan kemantapan
Kestabilan ini mencakup kestabilan dalam tingkah laku, pandangan hidup dan kestabilan dalam nilai-nilai yang dianut. Kestabilan dalam perilaku berarti seseorang yang segala perbuatannya, tingkah lakunya senantgiasa berdasarkan atas suatu rencana yang telah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang. Artinya peserta didik yang memiliki kestabilan adalah mereka yang selalu berupaya memikirkan secara matang untung dan rugi, apa kaitannya dengan nilai-nilai yang di masyarakat sebelum dia berperilaku atau mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan kehidupan sosialnya di masyarakat.
Kestabilan disini bukanlah dalam pengertian kaku (tidak dapat diubah-ubah) tetapi kestabilan yang dinamis dalam arti perilaku daapat berubah meskipun sudah direncanakan, tetapi perubahan ini didasarkan pertiumbangan-pertimbangan yang sangat rasional. Dengan kata lain terjadinya perubahan terhadap suatu keputusan yang telah diambil seseorang atas dasar pemikiran yang matang juga berarti suatu kematapan dalam keputusan.
Kestabilan dalam pandangan hidup berarti bahwa dengan kesadaran dan keyakinan seseorang telah menganut suatu pandangan hidup/keagamaan tertentu secara utuh dengan tidak mudah tergoyahkan oleh factor apapun.
Kestabilan dalam nilai-nilai yaitu segala perbuatan/perilaku dan sikapnya selalu didasarkan kepada nilai-nilai kehidupan/kemasyarakatan serta nilai-nilai dalam berbangsa dan bernegara.


2.Adanya sikap tanggung jawab
Sikap tanggung jawab mencakup tiga hal pokok yaitu tanggung jaawab individu, tanggung jawab sosial dan tanggung jawab susila.
Tangung jawab individu berarti seorang yang berani berbuat, berani bertanggung jawab tentang segala resiko dari perbuatannya. Menolak tanggung jawab deang alas an yang benar dan dianggap benar oleh semua orang juga berarti bertanggung jawab.
Tanggung jawab sosial berarti bahwa semua perbuatan yang dilakukan seseorang harus sudah dipikirkan akibat-akibatnya atau untung ruginya bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.
Tanggung jawab susila berarti bahwa perbuatan seseorang harus sesuai dengan norma-norma susula, moral dan etika.. Oleh sebab itu segala perilakukan harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan etika. Karena itu pendidikan pada dasarnya juga harus membentuk nilai moral dan ettika kepada peserta didik untuk dapat mempersiapkan ekemandirian dan kemampuan bertanggung jawab secara moral.

3.Adanya sifat mandiri
Mandiri berarti bahwa segala perbuatan yang dilakukan seseorang adalah atas dasar pilihannya sendiri, ditentukan dan diputuskan atas kemauan sendiri dengan pertimbangan yang matang. Apa yang dipilih, ditentukan dan diperbuat memang diputuskan atas dorongan dari dalam diri sendiri bukan karena desakan atau paksaan orang lain. Keputusan yang diambil berdasarkan masukan/saran-saran dari sejumlah orang juga berarti keputusannya sendiri, sejauh saran dan masukan dari olrang lain tersebut hanya manjadi bahan untuk memikirkan dan mempertimbangkan keputusan yang terbaik menurut dirinya sendiri, tanpa menggantungkan harapan kepada orang lain. Mandiri secara ekonomi berarti bahwa seseorang yang mengaku dirinya dewasa maka ia sudah memiliki kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri, membeiayai kehidupannya atas dasar usahanya sendiri, bukan karena meminta atau disokong (support) oleh orang lain. Usaha sendiri bukan berartri tidak boleh bekerja pada orang lain.
Dengan demikian berarti pendidikan dapat pula diandang sebagai suatu lembaga yang melakukan kegiatan dalam rangka mendewasakan manusia melakukan berbagai aktivitas mendidik dalam wujud pemberian pengalaman-pengalaman belajar, berlatih dan melakukan berbagai kegiatan kepada semua peserta didik (manusia yang belum dewasa). Pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan pendidikan adalah merupakan gejala yang bersifat universal dari suatu masyarakat. Isi dan corak dari pengalaman-pengalaman pendidikan tersebut sangat bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang memiliki latar belakang budaya, nilai, keyakinan, filosofi yang berbeda. Sifat-sifat universal dari pengalaman-pengalaman pendidikan dapat memberikan kontribusi pengembangan masyarakat dan kebutuhan bagi semua masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai warisan budayanya, dan menanamkan terhadap generasi muda nilai-nilai luhur budaya, cita-cita, kebiasaan-kebiasaan, dan standar perilaku dari budaya masyarakatnya.
Pendidikan sebagai suatu wahana untuk mendewasakan manusia lainnya dilakukan dalam suatu proses. Proses dimana anak belajar mengenal cara hidup dan berperilaku, kebiasaan-kebiasaan serta nilai-nilai budaya masyarakat yang disebut sebagai proses enkulturasi. Pada waktu yang sama semua anggota masyarakat harus belajar bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakatnya. Suatu proses dimana generasi muda belajar terhadap nilai-nilai atau kebiasaan-kebiasaan baru tersebut disebut alkulturasi. Dua proses enkulturasi dan alkulturasi tersebut berjalan seiring, berkesinambungan dan saling pengaruh mempengaruhi, sampai pada akhirnya masyarakat merasa memiliki kemantapan nilai-nilai tertentu yang diyakininya sebagai nilai yang dapat membawa kebaikan bagi kehidupannya. Semua orang di dalam masyarakat harus mengadaptasi pola-pola perilaku dan sistem nilai serta cara berfikir yang sudah mantap. Akan tetapi dalam kenyataannya sistem nilai, pola perilaku dan cara-cara berfikir tersebut juga mengalami perubahan, seiring dengan perubahan budaya baik sebagai akibat masuknya budaya lain maupun sebagai akibat kemajuan budaya masyarakat setempat akibat proses pendidikan itu sendiri. Kegagalan seseoran individu yang berada dalam suatu lingkungan untuk mengadaptasi nilai-nilai baru yang tumbuh dan berkembang di lingkungannya dapat mengakibatkan resiko konflik dan mungkin stagnasi, bahkan seseorang dapat terisolasi dari lingkungan masyarakat dimana dia berada apabila dia gagal dalam mengadaptasi diri. Oleh karena itu pendidikan berfungsi pula untuk mempersiapkan peserta didik kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Sehingga sekolah secara kelembagaan tidak dapat dipisahkan dengan lingkungannya dalam pembentukan anak secara utuh.
Ini berarti kegagalan dalam beradaptasi merupakan ancaman bagi eksistensi seorang individu dalam lingkungan dimana dia berada, agar mereka tidak mengalami kegagalan tersebutlah sekolah berperan membantu memfasilitas anak. Tingkat dan intensitas terjadinya modifikasi-modifikasi tersebut sangat bervariasi antar sistem budaya masyarakat yang satu dengan sistem budaya masyarakat yang lain. Akan tetapi secara umum, tanpa memandang tingkat kemajuan masyarakat, apakah masyarakat tersebut berpendidikan atau tidak, masyarakat pra-industri atau masyarakat industri, masyarakat tradisional ataupun masyarakat yang telah maju, proses-proses pembudayaan melalui proses sosialisasi dan edukasi dari generasi muda, selalu terjadi dan pasti menghadapi masalah-masalah. Berbagai permasalahan dalam proses adaptasi tersebut menjadi kewajiban orang tua, sekolah dan masyarakat untuk memfasilitasinya.
Pembicaraan tentang kebudayaan dan sekolah sering membatasi penggunaan istilah edukasi dan sosialisasi. Edukasi sering dihubungkan dengan belajar dalam sekolah formal, sedang sosialisasi dianggap suatu konsep yang memiliki makna yang lebih luas, yaitu meliputi segala hal yang berhubungan dengan upaya belajar untuk menyesuaikan dan mengadopsi nilai-nilai baru. Meskipun sebenarnya edukasi dan sosialisasi keduanya bermuara pada tujuan akhir pendewasaan seseorang. Adakalanya seseorang dapat beradaptasi terhadap nilai baru sebagai akibat dari keikutsertaannya dalam pencarian informasi melalui sosialisasi. Dengan demikian sosialisasi pada dasarnya merupakan salah satu cara dalam proses edukasi.
Tumbuh dan berkembangnua budaya masyarakat dapat terbentuk melalui kedua proses tersebut, yaitu proses sosialisasi dan edukasi, walau proses-proses tersebut tidak dapat diabstraksikan dari cakupan budaya dan struktur sosial, agaknya aspek-aspek tersebut dapat dimengerti sebagai bagian dari aspek kebudayaan.
Proses pendidikan secara formal dilakukan melalui system persekolahan, pada umumnya dipandang sebagai proses terbuka. Proses pendidikan secara formal ini bersifat terbuka sehingga dapat diketahui dan terlihat oleh siapapun, dan diorganisasi secara baik, mulai dari penagturan peserta didik sempai pada pengaturan kapan seseorang harus belajar dan apa yang harus dipelajari pada waktu tertentu sampai pada pengaturan system penilaian sebagai bukti terjadinya perubahan pada diri individu sebagai akibat proses pendidikan. Akan tetapi baik edukasi maupun sosialisasi juga dapat terjadi secara informal dan bersifat tertutup, dan bahkan sebagian tidak disadari oleh individu yang bersangkutan.
Dalam beberapa masyarakat, misalnya pada kelompok-kelompok masyarakat tribal, terutama di negara-negara sedang berkembang dari Dunia Ketiga, proses edukasi dan sosialisasi dari generasi muda berlangsung tidak selalu melalui prosedur dan jalur belajar formal yang ekstensif. Namun demikian proses “ schooling” atau persekolahan sebenarnya selalu terjadi dimana-mana, dan masyarakat sukar menghindari diri dari proses belajar mengajar formal tersebut, baik di dalam masyarakat di desa-desa, masyarakat yang hidup di padang pasir, masyarakat di lereng-lereng gunung, semuanya sekarang pasti telah dijamah oleh proses “schooling” tersebut. Sifat universal dari sekolah-sekolah dan proses schooling tersebut dapat digolongkan menjadi enam golongan besar :
1. Sekolah-sekolah yang memberikan dasar-dasar pengetahuan untuk menyadari dirinya sebagai warga masyarakat dan warga negara. Sekolah-sekolah ini meliputi pendidikan tingkat kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah lanjutan.
2. Sekolah-sekolah yang memberikan pengetahuan tingkat lanjut di perguruan tinggi, yang memberikan pendidikan dan latihan spesialist.
3. Sekolah-sekolah yang berorientasi pada pendidikan keagamaan.
4. Sekolah-sekolah yang menyiapkan generasi muda menjadi militer.
5. Sekolah-sekolah kejuruan yang berorientasi pada kerja, dan
6. Sekolah-sekolah dalam bentuknya yang lain misalnya sekolah yang dipersiapkan untuk menyebarluaskan pengetahuan tertentu, misalnya sekolah untuk kepentingan indoktrinasi, sekolah untuk menyiapkan guru-guru agama, dan sekolah-sekolah untuk mempersiapkan tenaga-tenaga profesional lainnya (Chesler and Cave, 1981:2)
Proses dari persekolahan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Sekolah-sekolah seperti itu sejak lama telah dipersiapkan oleh masyarakat, dan dimaksudkan untuk melestarikan warisan budaya masyarakat, serta berfungsi untuk melangsungkan proses memajukan masyarakat. Lebih jelasnya tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan dimanapun proses pendidikan itu berlangsung (melalui persekolahan atau diluar persekolahan) adalah untuk menghasilkan orang-orang agar mereka mengenal dan menyadari dirinya serta bertanggungjawab untuk menyempurnakan/mengembangkan masyarakatnya atau dengan kata lain mendewasakan manusia yang ditandai oleh indikator: bertanggung jawab, mandiri, tidak tergantung atau selalu mengagntungkan diri kepada orang lain, berani mengambil keputusan terbaik untuk dirinya dan masyarakatnya serta menanggung resiko dari keputusan yang diambilnya.
Munculnya sekolah-sekolah formal sebagai konsekuensi dari perkembangan masyarakat, dan kompleksnya tatanan sosial yang ada, serta untuk merespon kebutuhan bagi upaya melestarikan warisan budaya, kontrol sosial dan untuk memajukan masyarakat yang bersangkutan. Kemunculan sekolah ini pada awalnya didasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan keluarga oleh orang dewasa di sekitar keluarga, tidak mampu lagi berperan mempersiapkan anggota keluarganya secara intensif dalam memberikan pengalaman belajar untuk menghadapi berbagai kemajuan dan kompleksitas kehidupan dan tatanan sosial budaya yang berkembang secara cepat.
Bagi orang-orang/masyarakat yang menempatkan permikiran pada orientasi edukasi, untuk memajukan masyarakat, tidak menginginkan perubahan-perubahan masyarakat secara radikal, apalagi dengan jalan berontak atau kekerasan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap institusi dan struktur sosial yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya kelembagaan pendidikan itu hakekatnya adalah merupakan lembaga konservatif, yang berfungsi untuk mempertahankan dan mewariskan budaya sambil berusaha mengembangkan budaya bagi kesejahteraan masyarakatanya. Titik tolak atau sentral segala upaya dalam pengembangan budaya yang dilakukan melalui proses persekolahan ataiu proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah memajukan kehidupan masyarakat, meningkatkan kualitas kehidupan warga masyarakat atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pengertian yang utuh, yaitu sejahtera dalam arti lahir dan sejahtera dalam arti bathin. Dengan demikian orientasinya bukan semata pada aspek materialistis tetapi juga aspek psikologis dan spritualistis. Oleh sebab itulah maka sekolah dimanapun, dalam kondisi apapun sebagai lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakatnya. Mestinya dia tumbuh dan berkembang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Pada sisi lain sekolah dihadapkan pada kenyataan perkembangan budaya masyarakat yang sangat cepat, perubahan-perubahan yang tejadi terhadap berbagai aspek-aspek budaya dan masyarakat yang begitu cepat menjadikan sekolah mempunyai misi sebagai alat untuk melakukan perubahan-perubahan (agen of change), sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Sekolah berfungsi sebagai alat untuk mengintrodusir nilai-nilai baru yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat tanpa meninggalkan nilai lama yang perlu dipertahankan agar dapat diadopsi oleh masyarakat, demi mengadaptasi perkembangan teknologi dan pengetahuan, yang pada akhirnya sebenarnya bertujuan agar kehidupan masyarakat lebih berkualitas.
Jadi adalah tidak mungkin kita berfikir dan memfungsikan sekolah hanya sebagai alat untuk melestarikan kebiasaan-kebiasaan dan tata nilai yang berlaku di dalam masyarakat serta sebagai alat untuk mentransmisikan warisan-warisan budaya masyarakat semata-mata, karena masyarakat akan tertingal dari budaya yang terus menerus berkembang, lebih-lebih pada masa sekarang perkembangan budaya masyarakat jauh lebih cepat dari apa yang dapat dilakukan oleh sekolah. Bersamaan dengan proses pelestarian tersebut, sekolah harus dipandang sebagai agen pembaharuan serta kekuatan yang mampu memciptakan kondisi-kondisi untuk melakukan perubahan-perubahan kearah peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian dalam pembicaraan mengenai sekolah ini kita dihadapkan dua kepentingan atau tujuan pokok, yaitu:Melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat mengantisipasi masa depan tanpa harus meninggalkan budaya dan nilai yang sudah menjadi karakteristik masyarakat. Jadi sekolah disatu pihak dapat dipandang sebagai lembaga konservasi nilai-nilai masa lampau dan kedua sebagai agent untuk melakukan perubahan.
Kepentingan tersebut di atas tidak perlu dianggap sebagai asumsi yang harus dipertentangkan, akan tetapi harus ditempatkan di dalam suatu kontinum, yang akan memberi kesempatan kepada pengambil kebijakan, untuk mengambil pilihan-pilihan yang diinginkan, atas pertimbangan-pertimbangan situasi, tempat dan kepentingan tertentu.
Dari uraian-uraian tersebut di atas, nampak bahwa pembicaraan tentang persekolahan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang masyarakatnya, sebab sekolah diciptakan sebagai lembaga yang berperan dalam mengembangkan masyarakat kearah kemajuan, berkualitas dan sejahtera. Oleh sebab itu sangat tepat kalau tokoh pendidikan Inodonesia Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berpusat pada tiga lembaga yaitu : keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dalam proses pembentukan masyarakat yang berkualitas

B. Keluarga sebagai Medium dari Proses Sosialisasi

Pada umumnya para ahli sosiologi menyatakan bahwa proses sosialisasi pertama dan utama serta mekanisme kunci dari proses sosialisasi di dalam semua kebudayaan masyarakat manusia adalah sosialisasi di lignkungan keluarga. Dari keluarga, hal-hal yang berhubungan dengan transformasi anak untuk menjadi anggota masyarakat dilakukan melalui hubungan perkawinan. Di dalam keluarga terjadi sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama. Keluarga merupakan kelompok primer yang ditandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih, dan hubungan intim penuh kasih saying diantara anggota kelompok keluarganya masing-masing. Dalam keluarga, anak memenuhi sifat-sifat kemanusiaannya dan berkembang dari insting-insting biogenetik yang primitif untuk belajar terhadap respons-respons sosial. Di dalam keluarga anak belajar melakukan interaksi sosial yang pertama serta mulai mengenal tentang perilaku-perilaku yang diperankan oleh orang lain di lingkungannya. Dengan perkataan lain, pengenalan tentang nilai-nilai budaya masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga. Di sini anak juga belajar tentang keunikan pribadi seseorang, dan sifat-sifat kelompok sosial di sekitarnya.
Hampir di semua masyarakat, keluarga dikenal sebagai unit sosial dimana anak mulai memperoleh pengalaman-pengalaman hidupnya. Karena itu lingkungan keluarga merupakan awadah bagi anak-anak anggota keluarga untuk mengenal hubungan-hubungan prokreasi dan kreasi secara syah dan dibenarkan serta diyakini. Di dalam suatu masyarakat, keluarga inti men-jalankan fungsi yang sebenarnya dari masyarakat, sementara pada masyarakat lain, pola-pola kekerabatan memegang fungsi utama dalam membudayakan generasi muda.
Dalam kasus lain, keluarga sering menjalankan fungsi sebagai perantara antara budaya lokal dan unit sosial, dimana nilai-nilai budaya mulai ditanamkan dari generasi tua kepada generasi muda.
Keluarga juga menjalankan fungsi-fungsi pendidikan politik, dimana ke-luarga membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan kemampuan-kemampuan untuk hidup berkelompok dalam struktur kelompok yang mulai mengenal pembagian kekuasaan secara sederhana. Di dalam keluarga anak mengenal proses pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap penguasa dan ketaatan untuk menjalankan aturan-aturan yang berlaku. Karena di dalam keluarga sebagai unit sosial terkecil, terjadi fungsi-fungsi pengambilan keputusan, maka keluarga merupakan sistem politik pada tingkat mikro. Di dalam keluarga, anak pertama kali belajar mengenai pola-pola kekuasaan, bagaimana kekuasaan terbagi, serta jaringan-jaringan hubungan kekuasaan berlangsung. Di sini anak mulai mengenal mengapa ayah/ibu memiliki power yang lebih tinggi dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lebih tua, serta bagaimana pembagian kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, antara yang muda dengan yang lebih tua, antara ayah dan ibu, dan antara anak-anak dengan orang tua. Sifat-sifat kepatuhan anak di dalam keluarga akan dibawa dalam kepatuhan di sekolah dan di masyarakat. Demikia juga sifat-sifat suka memberontak, kebiasaan melawan dan tidak disiplin di dalam keluarga, juga akan mempengaruhinya dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat.
Di samping keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi, yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses mem-produksi dan mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Di dalam siklus hubungan intim di dalam keluarga, anak-anak belajar mengenai sikap-sikap dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan produksi dan konsumsi, barang dan jasa. Setiap keluarga mengadopsi pembagian tugas yang merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluarga. Di dalam keluarga juga ditemukan tentang nilai-nilai kerja, peng-hargaan tentang kerja dan hubungan antara kerja dan imbalan-imbalan yang dianggap layak.
Peranan keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orang tua dan anak, serta anak yang satu dengan anak yang lain. Keluarga juga merupakan medium untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat, dengan kelompok-kelompok sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan masyarakat yang lebih luas. Setelah anak memiliki pergaulan dan pengalaman-pengalaman yang luas di dalam kehidupan masyarakatnya, sering pengaruh orang-orang dewasa di sekitarnya lebih mempengaruhi dan membentuk perilakunya dibandingkan dengan pengaruh dari keluarga. Dalam situasi semacam itu tidak jarang akan terjadi konflik di dalam diri anak. Pola perilaku manakah yang kemudian diadopsi untuk dijadikan pola anutan. Bagaimana jaringan-jaringan proses sosialisasi anak di dalam keluarga dan masyarakat tersebut dapat disederhanakan melalui gambar berikut :


Mengingat pentingnya peranan keluarga dalam pembentukan sikap budaya anak, maka sekolah perlu menjalin kerjasama yang erat dengan keluarga, sehingga dapat secara bersama-sama dalam satu persepsi, sikap dan tindakan untuk berupaya menyiapkan anak didik untuk siap menghadapi tantangan masa depan melalui proses persekolah.
Pendidikan memiliki fungsi-fungsi secara rinci dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1.Memindahkan Nilai-nilai Budaya
Dalam hubungannya dengan nilai-nilai budaya, pendidikan dapat dirumuskan sebagai proses kegiatan yang direncanakan untuk memindahkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai serta kemampuan-kemampuan mental lainnya dari satu generasi yang lebih muda. Kebudayaan pada dasarnya mencakup pandangan-pandangan, sistem keyakinan, cita-cita serta harapan-harapan yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat, nilai-nilai, system perilaku, system symbol dan lain sebagainya. Dalam proses interaksi antara guru dan siswa, siswa akan memperoleh nilai-nilai budaya tersebut, di mana kemudian sebagian besar akan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.

2.Nilai-nilai Pengajaran
Fungsi mengenai nilai-nilai pengajaran berhubungan dengan kontrol sosial. Sekolah merupakan tempat di mana siswa mengalami proses sosialisasi, dan mempengaruhi anak untuk menyatu (conform) dengan norma-norma yang berlaku. Selama dalam tahun-tahun pertama anak memasuki sekolah, sekolah lebih menekankan pentingnya fungsi kontrol sosial dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Pada tahun-tahun pertama tersebut anak diajarkan mengenai bagaimana harus mengikuti instruksi-instruksi dari gurunya, tunduk dan patuh pada pemerintah dan disiplin yang diberikan oleh gurunya, misalnya harus mengacungkan tangannya lebih dahulu sebelum mengangkat bicara, mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan jadwal yang lebih ditetapkan. Sekolah mengajarkan nilai-nilai baru yang dalam banyak hal mungkin sekali terdapat perberbedaan dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam keluarga atau dalam masyarakat lingkungan sekitar anak berada. Sistem nilai di dalam keluarga lebih bersifat askripsi dan partikulasi. Orang tua menyayangi dan mencintai anaknya, bukan karena melakukan tugas dan kewajiban, akan tetapi karena hubungan orang tua – anak, “parent love their children because of who they are, not because of what they have done” (Metta Spencer : 365). Sisten nilai ini mungkin saja kurang sesuai dengan system nilai yang dikembangkan oleh sekolah, misalnya dalam keadaan anak terlalu disayangi oleh orang tuanya sehingga terkesan over protectif yang menyebabkan pembentukan kemandirian yang dikehendaki sekolah tidak optimal. Dalam kondisi demikian sekolah perlu melakukan perubahan system nilai dengan pendekatan cultural, sehingga perubahan yang dikehendaki sekolah akan berjalan secara alamiah dan tidak menimbulkan konfrontasi antara sekolah dengan masyarakat.

3.Peningkatan Mobilitas Sosial
Peningkatan mobilitas sosial merupakan hal yang dianggap penting dari fungsi pendidikan. Pendidikan menyediakan kesempatan yang sama bagi anak-anak untuk maju, untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan kerja. Siapa saja yang memiliki prestasi akan mendapat kesempatan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Pekerjaan yang layak dan kondisi-kondisi kerja yang lebih baik, terbuka bagi siapa saja yang memiliki dan memenuhi persyaratan tertentu. Jadi walaupun semula seseorang berasal dari golongan masyarakat rendah, mereka akan memperoleh lapangan pekerjaan dengan kondisi-kondisi yang baik asal saja mereka memenuhi persyaratan yang diperlukan oleh lapangan pekerjaan tersebut. Ini berarti bahwa pendidikan dapat meningkatkan mobilitas sosial. Karena itu pendidikan harus melakukan tiga kegiatan utama dalam proses pendidikan yaitu kegiatan pendidikan, bimbingan dan pelatihan. Tanpa meninggalkan hakekat dasar proses pendidikan itu sendiri yaitu proses mendidik yang berkelanjutan.

4.Fungsi Sertifikasi
Lembaga-lembaga pendidikan selalu memberikan sertifikat bagi siswa-siswanya yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dalam bentuk ijazah, diploma atau surat keterangan tanda kecakapan. Surat keterangan tersebut bernilai bagi pemiliknya karena ia akan memiliki hak-hak tertentu untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang yang dikuasainya sebagaimana diterangkan di dalam sertifikat. Dalam masyarakat industri pekerjaan-pekerjaan hanya bagi pemegang sertifikat/diploma. Pekerjaan yang lebih baik akan direbut oleh mereka yang memiliki sertifikat tertentu, sehingga sertifikat merupakan sesuatu yang sangat berharga. Pemegang sertifikat akan memiliki prestise tertentu. Dalam masyarakat dengan sistem kompetisi dalam menentukan jenjang karier, sertifikat tersebut merupakan ukuran tertentu bagi pencari pekerjaan.
Dalam hubungannya dengan hal tersebut nampak secara jelas fungsi pendidikan sebagai persiapan kerja dan pelatihan kerja sehingga keberhasilan sekolah, sebagian dari fungsinya adalah mempersiapkan anak/pemuda untuk memperoleh pekerjaan. Dalam masyarakat yang masih sederhana, fungsi job training belum begitu terasa merupakan suatu kebutuhan, dan oleh karena itu belum banyak mendapat perhatian. Akan tetapi dalam masyarakat modern, fungsi persiapan kerja melalui latihan kerja (fungsi job training) sudah merupakan sesuatu kebutuhan yang sangat mendesak. Adanya job training dimaksudkan untuk memberikan latihan-latihan sebelumnya, sebelum seseorang mengaku pekerjaannya yang tetap. Dengan demikian berarti bahwa pendidikan berfungsi memberikan bekal pengetahuan, terutama ketrampilan-ketrampilan menjelang pekerjaan yang sebenarnya. Di dalam masyarakat modern jenis-jenis pekerjaan begitu kompleks dan rumit sehingga tamatan pendidikan formal tertentu dikhawatirkan belum dapat langsung menyesuaikan diri dan kemampuannya terhadap peker-jaan yang harus dipangkunya. Dalam kondisi inilah sekolah harus mempersiapkan kemampuan-kemampuan peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang mungkin dapat dilakukannya di masyarakat masa akan dating. Untuk itu model pembelajaran dalam rangka persiapan ini harus terkait dengan apa yang sebenarnya diperlukan oleh jenis-jenis pekerjaan di masyarakat. Ini berarti kurikulum muatan local yang didesain secara manta akan sangat membantu pembentukan peserta didik yang akarab dengan jenis pekerjaan di masyarakatnya.

5.Mengembangkan dan Memantapkan Hubungan-hubungan Sosial.
Hubungan-hubungan sosial banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Walaupun anak-anak telah memperoleh pengalaman bergaul dalam lingkungan rumah/keluarga, akan tetapi aspek-aspek hubungan sosial tersebut lebih banyak terbentuk melalui kelompok-kelompok sebaya di sekolah. Di dalam kelompok-kelompok sebaya di sekolah, anak-anak selalu mengadakan interaksi secara kontinyu dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui hubungan interpesonal antar anak, dan yang selalu diawasi oleh guru-guru mereka, anak-anak mengadakan hubungan interpesonal sehingga sifat-sifat anak akan berkembang dari sifat-sifat egois menjadi sifat-sifat menghargai pendapat kawan, sifat kerja sama, saling bantu membantu, rasa tepo seliro dan sebagainya. Berbagai bentuk organisasi siswa, seperti osis, kelompok belajar, kelompok-kelompok hobi (olah raga, kesenian), kelompok Palang Merah Pelajar, Kelompok Lalu Lintas, dan kelompok pramuka, semuanya merupakan wadah tempat dimana aspek-aspek sosial anak dapat dikembangkan.
Tumbuh kembangnya proses-proses sosialisasi di sekolah, sangat tergantung pada kesiapan sekolah merancang secara baik pola-pola interaksi yang dapat dikembangkan di lingkungan sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler. Tatapi kegiatan ekstra kurikuler yang dirancang harus tetap memperhatikan pola budaya masyarakat setempat agar tidak menimbulkan benturan budaya.

6.Membentuk Semangat kebangsaan (patriotisme)
Sekolah dalam kehidupannya sehari-hari mentransmisikan mitos, simbol-simbol kebangsaan, dan mengajarkan penghargaan terhadap para pahlawan bangsa serta peninggalan-peninggalan sejarah, semuanya tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan semangat serta loyalitas kejayaan bangsa. Sekolah mengajarkan sejarah bangsanya. Memajukan peninggalan dan monumen-monumen sejarah, hal itu dimaksudkan untuk menanamkan rasa kebangsaan serta kesediaan membela tanah airnya terhadap serangan musuh.
Dalam konteks ini, maka kebudayaan di suatu daerah yang melekat bagi siswa harus dikaitkan dengan berbagai kebudayaan daerah lainnya. Artinya meskipun sekolah perlu mengembangkan budaya local, tetapi dalam konteks budaya nasional, sehingga tidak terbentuk anak yang hanya mengakui budaya daerahnya secara membabi buta. Apabila hal ini terjadi maka lambat laun akan merupakan benih-benih yang menyebabkan adanya keresahan atau benturan antar suku, antar etnis atau antar budaya tertentu. Oleh karena itu sikap mau mengakui, menghargai dan menghormati perbedaan perlu ditumbuh kembangkan oleh lembaga pendidikan kepada peserta didik.

Sabtu, 27 Oktober 2012

MY BONIE . .. OH MY BONIE?

My Bonie lies over the osean
My Bonie lies over the sea . . . .
Oh my Bonie,   bring back  oh my bonie to me . . . to me!
BRIN GBACK. . . .BRING BACK . .. . .OH BRINGBACK MY BONIE TO ME.. .TO. . .ME

Oh my dear, go back to standard system, okay. ... . Arigato !

Senin, 15 Oktober 2012

Malaikat Tanpa Sayap(TUGAS SISWA KELAS X)


Malaikat Tanpa Sayap
Di kala bintang bersinar riang, sang bulan menemani setiap insan yang tertidur lelap dengan cahaya remang-remangnya. Angin malam bertiup semilir dan mendinginkan suasana yang telah seharian terik dan begitu panas menyengat.
Seorang wanita memancarkan kelembutan di wajahnya. Senyuman selalu dia sematkan di bibirnya. Dan sorot matanya begitu menyejukkan jiwa. Mulutnya nampak bergerak membuat kata demi kata hingga terbentuk suatu cerita. Wanita itu adalah ibuku. Beliau memberikan nama yang begitu indah untukku. Angel, that’s my name.
Sejak kecil hingga aku dewasa, beliau sering bercerita tentang malaikat. Mungkin, bunda sangat suka dengan makhluk yang satu ini.
Malaikat. Makhluk bersayap dan berjubah putih bersih yang melambangkan kesucian dan kemurnian hatinya. Wajahnya bersinar menambah kemilau hatinya. Dia dapat terbang mengelilingi langit biru atau terbang di dekatmu.
Kata bunda, dia tidak pernah makan karena perutnya sudah penuh dengan kebaikan. Kebaikan adalah makanan yang disukai para malaikat. Bunda bilang malaikat itu membantu Tuhan untuk menjagaku siang dan malam. Jadi, aku tidak perlu takut walaupun aku sendirian.
Wow, aku sering takjub mendengar cerita beliau. Aku membayangkan makhluk yang unik ini. Mungkin dia memiliki mahkota bunga di kepalanya seperti para peri. Atau berkacamata mirip profesor yang superpintar. Bisa jadi, telinganya dihiasi dengan anting emas, kalung permata, gelang perak, dan mutiara. Cantik bak model papan atas. Jubahnya yang putih bersih itu pasti di-laundry atau dry clean sehari tiga kali. Begitulah bayangkan seorang malaikat ketika aku masih kecil.
Bunda tak hanya bercerita tentang malaikat itu. Beliau melanjutkan ceritanya tentang malaikat yang lain. Para dermawan, sahabat, orang yang suka membantu, orang yang tidak memikirkan diri sendiri, orang yang mau berkorban, dan orang baik lainnya. Mereka adalah malaikat yang bisa kita lihat di muka bumi. Mereka akan selalu memberikan kehangatan di tengah dinginnya dunia. Bunda menyebut mereka malaikat tanpa sayap. Pesan bunda yang selalu kuingat adalah, "jadilah malaikat tanpa sayap itu."
Waktu aku remaja, bunda sudah jarang bercerita tentang malaikat. Beliau bekerja pagi hingga malam. Aku pun membantu bunda menjual kue kering ke teman sekolahku. Namun, aku tak sanggup mengangkat semua beban yang dipikul bunda. Ketika dini hari, beliau menanak nasi dan lauk-pauk untuk dijual di terminal. Saat matahari baru melihat dunia, bunda sudah di perumahan mewah untuk membantu majikan mencuci baju dan membersihkan rumah. Di kala matahari sanggup membakar tubuh, bunda telah menaiki bus-bus untuk menjajakan jualannya.
Aku sudah berusaha meyakinkan bunda kalau aku tak perlu sekolah, tapi tak berhasil. Justru beliau yang sanggup meyakinkanku untuk terus sekolah. "Kamu harus sekolah yang tinggi biar jadi anak pintar. Nanti, bunda ingin melihatmu diwisuda. Kalau sudah diwisuda, kamu harus membiayai bundamu ini." Aku tahu itu adalah mimpi bunda yang terbesar.
Aku menyalahkan Tuhan atas semua kesusahan kami. Hatiku menjerit dalam setiap doa-doaku. Sering aku menangis melihat bundaku kelelahan, namun dia selalu memelukku untuk menghiburku. Matanya sering terlihat sayu dan tubuhnya semakin kurus karena sakit-sakitan. Tapi, seulas senyum dia tunjukkan padaku sebagai bukti ketegarannya. Untuk itulah aku pun harus kuat menghadapi semuanya.
Kubuka mata menghadapi hal baru. Dengan yang kupakai, aku nampak bersahaja. Make up di wajahku nampak sedikit tebal. Kebaya melekat di badanku. Aku ingat mimpi bunda agar aku bisa kuliah. Kini semuanya terkabul. Aku telah menyelesaikan kuliah satu semester lebih cepat. Indek prestasiku terbilang memuaskan, yakni 3,5! Bundaku pasti sangat bangga. Karena berkat usahanya aku sanggup melakukan ini.
Seminggu yang lalu, bunda terbaring lemah di sebuah rumah sakit kecil di kotaku. Tubuhnya begitu kurus, tapi perutnya buncit seperti orang hamil. Dokter mengatakan kalau bunda terkena komplikasi. Penyebabnya karena terlalu lelah dan makan yang tidak teratur. Aku begitu sedih mendengarnya. Namun bunda masih terlihat tenang. Bahkan, beliau kembali menceritakan malaikat. Katanya, jika bertemu Tuhan, beliau akan meminta-Nya mengirimkan banyak malaikat untukku,
Siang menjelang, nafas bunda tersengal-sengal. Beliau sedang melawan maut, Selama setengah jam beliau bertahan, setelah itu, bunda menutup mata erat-erat sambil memelukku. Aku banya bisa mengiringi kepergain beliau dengan jerit tangis dan doa.
Aku tahu walau bundaku tak ada di sini melihat anak kesayangannya diwisuda, namun beliau pasti melihatku dengan bangga di surga. Aku percaya, saat ini beliau tengah melihatku dengan sayapnya. Kini beliau menjadi malaikatku. Saat beliau hidup pun, bunda telah menjadi malaikat pelindungku, namun tanpa sayap di badannya.

You are the prettiest woman that I ever have
Your heart is more beautiful than the best diamond in the world
You always here for me and never leave me alone
You give your sweet smile when I am sad
You lend your shoulder for me when I cry
You hold me when I am worry
You guide me when I have a fear
You laugh togehteher with me when I am happy
Yes, you are my mother, the best mother in the world and in my life
You are my angel, an angel without wings
One word that I want to say for my dear mother, "I love you mom"

maksudnya:

Anda adalah wanita tercantik yang pernah saya miliki
Jantung Anda lebih indah dari berlian terbaik di dunia
Anda selalu di sini untuk saya dan tidak pernah meninggalkan aku sendiri
Anda memberikan senyum manis Anda ketika saya sedih
Anda meminjamkan bahu Anda untuk saya ketika saya menangis
Anda memegang saya ketika saya khawatir
Anda membimbing saya ketika saya memiliki rasa takut
Anda tertawa togehteher dengan saya ketika saya senang
Ya, Anda adalah ibu saya, ibu terbaik di dunia dan dalam hidup saya
Engkau adalah malaikat saya, malaikat tanpa sayap
Satu kata yang saya ingin mengatakan untuk ibu tercinta, "I love you mom"
Fitria Yunivita
mahasiswi Akademi Sekretari
Widya Mandala Surabaya
TUGAS:
1. BACALAH CERPEN DI ATAS SECARA INTENSIF, KEMUDIAN JELASKAN NILAI-NILAI RELIGI/PESAN KEAGAMAAN YANG DAPAT KAMU GALI!
2. BERI KOMENTAR SECARA KESELURUHAN TENTANG BAGAIMANA PEMANFAATAN KELAS KATA DAN BENTUKAN KATA YANG DIPILIH OLEH PENULIS? BERILAH CONTOHNYA!
3. JAWABAN DAPAT DITULIS DAN DIKIRIM KE: nuven_ridel@yahoo.co.id

Sabtu, 13 Oktober 2012

SEBUAH PERJALANAN(Tugas untuk siswa)




SEBUAH PERJALANAN

Kubuka mataku. Langit masih gelap dan udara pagi ini begitu terasa dingin. Aku segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Susana masih sepi. Senyap. Aku tak mempedulikannya. Segera kubasuh mukaku dan aku segera mandi. Aku dapat merasakan dinginnya air pagi ini.Lalu akupun kembali menuju barak.Aneh. Biasanya orang-orang selalu berebutan untuk mandi .Namun pagi ini mereka masih terlelap bersama mimpi mereka. Kuperiksa kembali tasku .Semua sudah lengkap.
Pagi ini adalah hari terakhir kami berada di tempat ini. Hari ini akan diumumkan hasil seleksi yang telah dilakukan selama satu bulan lamanya. Bagi yang dinyatakan lulus, berhak mengikuti pendidikan di Lembah Tidar. Dan lainnya dengan berat hati harus kembali ke kampung halamannya masing-masing. Akhirnya detik-detik pengumuman datang juga.Seharusnya ada acara reality show yang meliput ekspresi mereka. Cemas, bahagia, senang maupun sedih jadi satu.
…deg. Aku mendengar namaku dipanggil. Itu berarti aku harus meninggalkan mereka. Segera kuangkat tasku .Kusalami beberapa teman-temanku.Tiba-tiba ada yang merangkulku dari belakang. Cecep adalah salah satu dari sekian temanku yang menagis karena kepergianku. Mungkin karena nama depan kami sama maka ada semacam ikatan di antara kami. Sebenarnya aku juga merasa sedih namun aku harus tegar.
Tidak hanya aku yang mengalami nasib ini. Di antaranya adalah Sandhi, Dije, Agil, dan Fajar harus bernasib sama denganku .Aku tak perlu menyesal. Karena semua yang kulakukan adalah hasil yang paling maksimal. Aku telah berusaha sebaik mungkin. Mungkin jalanku tidak berada di sini. Namun ada suatu hal yang tak bisa kulupakan yaitu indahnya kebersamaan.
...ombaeyao….ombaeyao…ombaeyaeyao……malam hari kedinginan……siang hari kepanasan..
sebuah memori yang tersisa di Lembang 29 Juli 2004
dedicated for: Capratar Akmil 2004

TUGAS UNTUK SISWA:
1. Bacalah baik-baik tek di atas dengan memperhatikan isi dan tujuan penulisan!
2. Berilah identitas jenis karangan setiap pagrafnya dan jenis karangan secara keseluruhan:narasi, deskripsi, eksposisis, argumentasi, atau persuasi? Berilah argumen jawabanmu sehingga orang lain/temanmu meyakininya!
Selamat mengerjakan!

Sepi Bukan Untukku (sajak)

Sepi Bukan Untukku (sajak)
May 5, 2004
Tidakkah kau tahu
aku terlalu sunyi
perasaan ini begitu menyeksakan
bertemankan sepi dan hening malam
berjauhan denganmu setiap waktu
bukanlah kehendakku
Tidakkah kau tahu
teriakku memanggilmu
kesepian ini membuat aku
terasa pilu
betapa aku merinduimu
ingin mendengar suaramu
walau sekejap cuma
cukup mengubati laraku
Saat terbenam matahari
hingga terbit fajar
lenaku tak puas
mimpi indahku tak datang
resah dan gelisah membalut hiba
aku tak dapat tidur
seperti mereka yg kedamaian
Sepi itu indah
tapi bukan untukku
kerana senyap sunyi itulah
telah membunuhku...
telah membunuhku...
telah membunuhku...
Hingga hujung waktu
aku tetap menantimu......
Posted at 01:23 pm by bzone80

PUISI BALADA






Rabu, 10 Oktober 2012

Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK XI.1.1

MENYIMAK UNTUK MENYIMPULKAN INFORMASI YANG TIDAK BERSIFAT PERINTAH DALAM KONTEKS BEKERJA
Free Download MP3
A. Kegiatan Menyimak dan Memahami informasi Nonverbal
Menyimak merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dapat menambah atau memperluas pengetahuan. Keterampilan menyimak perlu dilatih secara terus-menerus dan berkesinambungan. Proses pelatihan menyimak menuntut adanya kesiapan mental dan kesehatan fisik serta motivasi atau kemauan secara sadar untuk mengikuti seluruh isi simakan. Pada dasarnya menyimak adalah kegiatan menyerap informasi yang disampaikan secara lisan dengan tidak sekadar menggunakan indera pendengaran, tetapi juga berupaya menangkap isi atau pesan serta memahami makna informasi yang disampaikan. Hasil simakan dapat diungkapkan kembali dengan bahasa sendiri dengan tidak mengubah pengertian dasar informasi sumber. Proses menyimak menuntut motivasi dan perhatian dari pendengar. Tanpa keinginan dan perhatian, sulit mengharapkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan caranya, menyimak terdiri atas beberapa macam, yakni, seperti berikut : 1. Menyimak Intensif menyimak memahami secara terperinci, teliti, dan mendalami bahan yang disimak. 2. Menyimak Ekstensif menyimak memahami secara sepintas dan umum dalam garis-garis besar atau butir-butir penting tertentu. 3. Menyimak untuk Belajar melalui kegiatan menyimak, seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya, para siswa menyimak ceramah guru bahasa Indonesia, para siswa mendengarkan suara radio, televisi, dan sebagainya. 4. Menyimak untuk Menghibur menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya. Misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, pertunjukan sandiwara, film, dan sebagainya. 5. Menyimak untuk Menilai menyimak mendengarkan, memahami isi simakan, menelaah, mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman serta pengetahuan menyimak. 6. Menyimak Diskriminatif menyimak untuk membedakan bunyi suara. Dalam belajar bahasa Inggris, misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi (i) dan (i:). 7. Menyimak Pemecahan Masalah menyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analisis yang disampaikan oleh si pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analisis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu. Untuk dapat mengungkapkan kembali informasi simakan yang diterima dengan baik dan memadai, kita dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perhatikan judul wacana yang akan dilisankan.
2. Catatlah kata-kata kunci yang dianggap penting berupa frasa atau klausa.
3. Catatlah ide-ide pokok setiap paragraf.
4.Catatlah fakta-fakta atau data berupa angka, persentase, atau perbandingan.
5. Uraikan kembali dalam bentuk ikhtisar berdasarkan data-data yang dicatat. Informasi hasil simakan dapat dikemukakan atau disampaikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Informasi verbal berwujud uraian, ulasan, atau penjelasan dan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Informasi ini dianggap lebih mudah dicerna dan dipahami. Contoh informasi verbal: Sulistya mengatakan UN lebih banyak menimbulkan penderitaan bagi sekolah swasta dan pinggiran. Bagaimana mungkin sekolah pinggiran yang sarana, prasarana, kualitas SDM, dan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM)-nya sangat terbatas disamakan dengan sekolah yang SPM-nya lengkap dan pada umumnya didominasi sekolah negeri perkotaan. UN yang diselenggarakan setiap tahun hanya akan menambah persoalan dan pemborosan APBN, jika hasil ujian periode sebelumnya tidak ditindaklanjuti dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada sekolah yang angka kelulusannya rendah. Informasi berbentuk nonverbal cenderung bersifat visual, berupa bentuk atau gambar serta garis-garis yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan cenderung perlu pengamatan lebih khusus. Contohnya: grafik, denah, bagan, diagram, atau matriks. Berikut ini pengertian dan contoh bentuk informasi nonverbal. 1. Grafik Grafik adalah gambaran pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada dengan garis atau gambar. Grafik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu grafik batang, grafik garis, dan grafik lingkaran. a. Grafik batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau balok dan dipakai untuk menekankan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa aspek. Contoh Grafik Batang : Grafik Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Nurul Islam Tahun 2007 Grafik Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Nurul Islam Tahun 2007 b. Grafik garis adalah lukisan naik turunnya data berupa garis yang dihubungkan dari titik-titik data secara berurutan. Grafik ini dipakai untuk menggambarkan perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu. Contoh grafik garis: Grafik Pengunjung Perpustakaan SMK Nuris Tahun 2007 c. Grafik lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya. Contoh grafik lingkaran: Persentase Penganut Agama di SMK Kartini Persentase Penganut Agama di SMK Kartini 2. Diagram Diagram adalah (gambaran buram, sketsa) untuk memperlihatkan atau menerangkan sesuatu. Bentuk-bentuk diagram antara lain adalah diagram arus (bagan alur), diagram balok, diagram gambar, diagram garis, diagram lingkaran, diagram cabar, dan diagram pohon. Contoh diagram: Total Nilai Transaksi di BEJ (dalam Triliyun) 3. Tabel Tabel adalah daftar yang berisi ikhtisar dan sejumlah data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Contoh: Data Tentang Kesegaran Jasmani Manusia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin 4. Bagan Bagan adalah gambaran secara analisis atau terurai tentang proses yang terjadi di alam, teknologi, dan masyarakat manusia. Bagan digunakan untuk membantu memperjelas proses kerja. Contoh bagan: Bagan Budidaya Belut 5. Peta Peta adalah gambar atau lukisan pada kertas yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung-gunung, dan sebagainya atau representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat, batas, sifat permukaan, dan sebagainya. Contoh : 6. denah Denah adalah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan, peta, atau gambar rancangan bangunan. Contoh: 7. Matriks Matriks adalah tabel yang disusun dalam lajur dan jajaran sehingga butir-butir uraian yang diisikan dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Contoh:
B. Pengalihan informasi Verbal menjadi Nonverbal
/small>
Informasi yang kita simak perlu ditelaah isinya berdasarkan kepentingan atau maksud yang terkandung di dalamnya. Bentuk-bentuk pengungkapan informasi baik yang verbal maupun nonverbal masingmasing selalu membutuhkan penyampaian informasi. Adakalanya suatu informasi lebih tepat disampaikan dengan penyajian verbal karena lebih memerlukan banyak penjelasan daripada bentuk visual. Namun, ada informasi yang lebih mudah dicerna karena disajikan dalam bentuk nonverbal. Tapi pada dasarnya semua itu bergantung pada kebutuhan. Proses mengubah isi informasi verbal menjadi nonverbal memang agak sulit. Namun, bila bahan simakan dapat ditelaah, hal itu bukan hal yang tidak dapat dilakukan. Itulah sebabnya, kita perlu berlatih dengan saksama. Cara pertama, simaklah isi informasi dengan penuh perhatian. Kedua, setelah disimak, cobalah perhatikan: Apa isinya, bagaimana uraiannya, dan dapatkah divisualisasikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengalihkan atau mengubah informasi verbal ke informasi nonverbal, adalah sebagai berikut. 1. Perhatikan dengan saksama isi informasi verbal yang ingin diubah. 2. Perhatikan data-data berupa lambang, satuan atau angka-angka serta perbandingannya untuk menentukan bentuk visual yang efektif, apakah grafik, tabel, diagram dan yang lainnya. 3. Catatlah hal-hal pokok atau inti dari informasi yang disimak. 4. Buatlah bentuk nonverbal yang tepat untuk mengungkapkan informasi tersebut. 5. Gambar, bagan, atau grafik dibuat dengan baik, benar, tepat, dan seimbang dengan isi. 6. Tentukan warna, lambang, atau bentuk untuk menggambarkan atau membedakan data-datanya. Perhatikan contoh perubahan informasi verbal menjadi informasi nonverbal di bawah ini! Contoh I. Berdasarkan penghitungan suara sementara putaran pertama pemilu Presiden 2004, Yudhoyono-Yusuf Kalla menempati urutan pertama dengan perolehan suara sebanyak 35.687.602 atau 33,60% dari total perolehan suara. Megawati-Hasyim menempati urutan kedua dengan perolehan jumlah suara sebanyak 27.910.706 atau 26,27% dari total perolehan suara. Urutan ketiga ditempati oleh Wiranto-Salahuddin dengan perolehan suara sebanyak 23.583.501 atau 22,20% dari total perolehan suara. Urutan keempat ditempati Amien Rais-Siswono dengan perolehan jumlah suara sebanyak 15.800.979 atau 14,08% dari total perolehan suara sedangkan duet Hamzah-Agum menempati urutan terakhir. Total perolehan suara yang telah terkumpul sampai 19 Juli 2004, pukul 21.00 adalah 106.228.247 orang. Inti dari informasi verbal di atas, adalah sebagai berikut. 1. Informasi tentang penghitungan suara pemilu Presiden 2004. 2. Penghitungan suara sementara putaran pertama pemilu Presiden 2004 Yudhoyono-Kalla menempati urutan pertama pemilu dengan perolehan suara sebanyak 35.687.602 atau 33,60%. 3. Megawati-Hasyim menempati urutan kedua dengan perolehan suara 27.910.706 atau 22,20%. 4. Wiranto-Salahuddin berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 23.583.501 atau 22,20%. 5. Amien-Siswono memperoleh jumlah suara 15.800.979 atau 14,80%. 6. Hamzah-Agum menempati urutan terakhir dengan jumlah perolehan suara 3.253.014 atau 3,06%. 7. Total perolehan suara yang terkumpul sampai 19 Juli 2004 pukul 21.00 adalah 106.228.247 orang. Bentuk informasi nonverbalnya berupa diagram seperti berikut. Contoh II. Vika, siswi Kelas 1 SMK, bercita-cita menjadi animator profesional. Untuk itu, dia memilih sekolah di SMK jurusan Grafika. Selain sekolah dan magang yang telah ditetapkan sebagai program sekolah, untuk menunjang cita-citanya tersebut, dia mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris. “Calon animator profesional“ tersebut telah merencanakan setamat pendidikan nanti, jika kondisi sangat memungkinkan, dia akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Jurusan yang akan diambilnya adalah desain grafis. Jika keuangan keluarganya tidak memungkinkannya untuk kuliah, dia akan kursus desain grafis saja. Akan tetapi, jika kedua keinginannya tersebut tidak dapat terpenuhi, dia akan mengikuti balai latihan kerja (BLK) terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia kerja. Dengan mengikuti BLK, Vika yakin akan mudah mendapat pekerjaan karena peserta pelatihan di BLK akan disalurkan kerja sesuai dengan bidang keahliannya masingmasing. Bila ikut pelatihan di BLK pun tidak memungkinkan karena kondisi keuangan keluarganya, terpaksa dia langsung bekerja di mana saja dalam bidang apa saja. Tekadnya, yang penting dia dapat menabung untuk dapat meraih cita-citanya kelak. Inti dari informasi di atas seperti berikut : 1. Vika bercita-cita menjadi animator profesional, 2 Vika memilih sekolah di SMK jurusan Grafik, 3. Tamat SMK, Vika berencana melanjutkan ke perguruan tinggi jika ada biaya, 4. Jika biaya tidak memungkinkan, Vika mengikuti latihan balai kerja (BLK). Bentuk Informasi Nonverbal yang cocok dari informasi di atas adalah bagan, yaitu:


C. Menyampaikan Pendapat melalui simpulan secara deduktif dan induktif
Dan sebagainya.
Penyimpulan secara deduktif ialah cara mengambil simpulan dari pernyataan yang bersifat umum diikuti oleh uraian atau pernyataanpernyataan yang bersifat khusus. Perhatikan contoh berikut. 1. Negara adalah institusi mapan, tetapi dinamis sehingga mampu mengantisipasi segala perubahan yang terjadi. Negara mewadahi seluruh kepentingan masyarakat. Ia menyediakan kerangka umum yang bersifat abstrak sehingga terbuka untuk ditafsirkan. Sementara pemerintah adalah pranata kontemporer, sebagai penyelenggara negara dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh konstitusi negara. 2. Hasil perolehan suara sementara dari penyelenggaraan pemilu pemilihan presiden tahun 2004 cukup signifikan. Peringkat pertama diraih oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dengan persentase suara terbanyak, yaitu 33,60 persen. Peringkat kedua diraih oleh pasangan Megawati dan Hasyim Muzadi dengan persentase suara 22,20 persen. Disusul peringkat ketiga yaitu pasangan Wiranto dan Salahudin. Selanjutnya peringkat keempat ialah pasangan Amin Rais dan Siswono. Terakhir adalah pasangan Hamzah Haz dan Agum Gumelar. Penyimpulan secara induktif ialah cara mengambil simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta yang bersifat khusus menuju ke suatu simpulan yang bersifat umum. Perhatikan contoh berikut. 1. Penyair akan membuat sebuah puisi dengan cara menuangkan imajinasinya, barulah tercermin sebuah puisi. Pengarang novel akan merangkai ceritanya dengan pengembangan imajinasi. Demikian juga seniman akan menggoreskan lukisan di dasar kain dengan imajinasinya ke arah yang sebenarnya. Memang benar imajinasi itu diperlukan yang mencipta suatu karya. 2. Plagiat ialah pengambilan atau penerjemahan sesuatu hasil begitu saja dengan tidak menyebutkan pengarang asli melainkan menurunkan nama sendiri sebagai pengarang. Plagiat tidak diperkenankan dalam dunia sastra. Banyak karya sastra yang beredar merupakan karya plagiat. Dalam dunia karya sastra memang terdapat larangan keras untuk pengarang plagiat.Menyampaikan simpulan dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Penyampaian harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Simpulan yang disampaikan dapat diperoleh dari informasi lisan maupun tulisan baik informasi lisan yang bersifat verbal maupun informasi tulisan yang berbentuk nonverbal. Simpulan dapat disertakan dengan opini atau pendapat. Opini adalah pandangan berdasarkan ideologi atau sikap seseorang dalam memberikan suatu wawasan terhadap objek atau peristiwa. Opini dapat juga disebut pendapat seseorang. Antonim dari opini adalah fakta. Fakta bersifat objektif, merupakan kenyataan bersifat konkret dan dapat dibuktikan kebenarannya. Perhatikan tabel berikut. Pendapat/Opini Fakta 1. Pemkab. dan PT. Jasa Marga berusaha menuntaskan kesepakatan pembangunan fisik jalan tol. 1. Harga tanah yang dibebaskan ditetapkan Rp 80.000,- hingga Rp 400.000 per meter persegi 2. Jalan tol Gempol–Pasuruan diharapkan mampu mendorong akselerasi pertumbuhan perekonomian kawasan. .2. Di Gedung Grahadi Surabaya dilangsungkan penandatanganan kesepakatan bersama. Simpulan yang di dalamnya terdapat opini dapat dilihat pada contoh di bawah ini. Contoh 1. Vika bercita-cita menjadi animator profesional. Ia pun masuk ke SMK Grafika. Di samping itu, ia juga mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris. Untuk mencapai keinginannya itu, ia berencana setelah lulus sekolah akan kuliah pada jurusan desain grafis. Jika tak mampu kuliah, ia berencana kursus desain grafis atau mengikuti balai latihan kerja (BLK). Bila tak memungkinkan, ia akan bekerja apa saja untuk mengumpulkan uang biaya kuliah. Sungguh begitu kuatnya keinginan Vika dalam mengapai citacitanya sehingga segala kemungkinan jalan yang terbaik akan dia tempuh. Contoh 2. Niat Vika setelah lulus sekolah akan meneruskan kuliah ke jurusan desain grafis. Jika tak bisa ia mau mencoba kursus desain grafis atau masuk balai latihan kerja. Namun, jika pun tak bisa, ia kemungkinan akan bekerja dulu dalam rangka mengumpulkan uang untuk biaya kuliah pada jurusan yang sama. Saat ini pun ia masuk SMK jurusan Grafika. Semua itu dilakukan atas dasar dorongan yang kuat untuk mencapai cita-citanya. Ia bercita-cita menjadi animator profesional. Contoh pertama ialah simpulan yang diuraikan secara deduktif dengan penambahan opini atau pendapat di bagian akhir paragraf. Contoh kedua ialah simpulan yang diuraikan secara induktif dengan penambahan kalimat opini sebelum kalimat terakhir yang merupakan simpulan umum. TUGAS MANDIRI: Mintalah salah seorang siswa membacakan wacana yang terdapat di awal bab, sedangkan siswa lainnya menyimak. Setelah menyimak lakukan hal berikut. 1. Catatlah pokok-pokok informasi. 2. Dari pokok informasi yang dicatat, buatlah informasi berbentuk nonverbal ! 3. Susunlah sebuah simpulannya secara deduktif atau induktif yang disertakan opini Anda.


Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK Kelas X.1.5


MELAFALKAM KATA DENGAN ARTIKULASI YANG TEPAT(BAB V)
A.Bunyi dan Alat Ucap Manusia
Artikulasi dapat diartikan dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ilmu yang mempelajari alat ucap manusia dan tata bunyi yang dihasilkannya disebut fonologi. Alat ucap manusia menghasilkan lambanglambang bunyi yang bermacam-macam. Setiap bunyi yang dihasilkannya memiliki ciri tersendiri yang dapat dijelaskan proses pengucapannya. Setiap lambang bunyi tersebut disimbolkan dengan bentuk huruf dalam bahasa tulis dan fonem untuk bahasa lisan.
Lambang-lambang bunyi tersebut dapat dihasilkan oleh adanya arus ujaran yang masuk ke rongga mulut dan memengaruhi pergerakan pita suara serta getaran di sekitarnya yang kemudian menimbulkan efek-efek bunyi. Jika arus yang keluar tidak mendapatkan hambatan atau rintangan, akan menimbulkan bunyian yang dikelompokkan menjadi kelompok vokal, yaitu a, i, u, e, o (berjumlah lima huruf), tetapi diucapkan dengan enam fonem /a/, /i/, /u/, /e/,/・/, /o/. Bentuk ucapan e ada yang lemah /./ dan e lebar atau /・/, bentuk gabungannya disebut dengan diftong. Diftong adalah gabungan dua vokal yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh diftong ialah: au, ai, oi yang dibaca (aw), (ay), (oy).Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai. (pantay)
3. Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.
Proses bunyi ujar yang dihasilkan oleh karena arus ujaran yang keluar mendapat hambatan disebut konsonan. Proses itu terdiri atas hal-hal berikut.
1. Bilabial, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua bibir; seperti b, p, m.
2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar. Contoh : h.
3. Velar, apabila bunyi ujar yang dihasilkan oleh lidah bagian belakang (artikulator) dan langit-langit lembut (titik artikulasi), seperti k, g, ng, kh, q.
4. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas (titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti f, v, w.
5. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung lidah (artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikulator), seperti t, d, n.
6. Spiral, bila bunyi ujar yang dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah. Contoh : s, z, sy.
7. Uvular, bila bunyi getar lain yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator dengan lidah bagian belakang sebagai titik artikulasinya. Contoh : r – tidak jelas.
8. Apikal, bila bunyi getar yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-langit
lembut atau lengkung kaki gigi dengan sistem getar menimbulkan bunyi ujar. Contoh : r – jelas.
Di samping bentuk gabungan vokal yang menimbulkan bunyi luncuran, pada konsonan terdapat bunyi atau fonem yang memiliki bentuk pengucapan yang lebih dari satu. Namun, perbedaan pelafalannya tak emengaruhi arti. Misalnya, pada fonem /p/ pada kata panen merupakan lafal terbuka dan biasanya penempatannya di awal kata, sedangkan lafal rtutup pada kata atap terdapat pada akhir kata ini disebut dengan alofon. Demikian pula pada fonem /b/ akan dibaca [b] jika di awal kata, namun dilafalkan /p/ bila berada di akhir kata.
Contoh:
- [lembab] dilafalkan [lembap>]
- [jawab] dilafalkan [jawap>]
- [adab] dilafalkan [ adap>]
Tapi diucapkan /b/ kembali bila diberi akhiran –an
Contoh:
- [lembap>] - [kelembaban]
- [jawap>] - [jawaban]
- [adap>] - [peradaban]
Gejala pelafalan ini juga terjadi pada fonem /d/ yang dilafalkan /t>/ bila berada di akhir kata, tapi kembali dibaca /d/ jika diberikan akhiran yang ada vokalnya. Misalnya, kata [abad] dibaca [abat>], tapi kembali /d/ pada [abadi]. Yang perlu dicermati sebenarnya adalah bila perbedaan lafal tersebut memengaruhi arti. Dalam bahasa Indonesia, perbedaan ucapan pada satu bentuk kata atau tulisan yang sama, tapi diucapkan berbeda dan menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf.
Contoh:
fonem /e/ pada kata apel [ap.l] dan fonem /ェ/ pada kata apel [apェl].Kata [ap.l] bermakna jenis buah dan kata [apェl] bermakna upacara bendera.
seret [ s.ret ] = berarti tersendat-sendat; tidak lancar
seret [ sェret ] = berarti menaik suatu benda menyusur tanah
serang [ sェrang ] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Barat
serang [ s.rang ] = berarti penyerbuan atau serbu
Pengucapan atau pelafalan harus sesuai dengan bentuk hurufnya. Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD) telah diatur bentuk pengucapan atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia (lihat lagi pelajaran Bab 1). Dengan demikian, membaca singkatan yang hanya terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang sering diucapkan tak baku.Di bawah ini diperinci pengucapan yang baku dan tidak baku pada sejumlah bentuk singkatan atau akronim termasuk pengucapan singkatan yang berasal dari bahasa asing.diucapkan berbeda dan menimbulkan arti yang berbeda dikenal dengan bentuk homograf.
Contoh:
fonem /e/ pada kata apel [ap l] dan fonem / / pada kata apel [ap l]. Kata [ap l] bermakna jenis buah dan kata [ap l] bermakna upacara bendera.seret [ s ret ] = berarti tersendat-sendat; tidak lancarseret [ s ret ] = berarti menaik suatu benda menyusur tanahserang [ s rang ] = berarti nama tempat / wilayah di Jawa Baratserang [ s rang ] = berarti penyerbuan atau serbuPengucapan atau pelafalan harus sesuai dengan bentuk hurufnya. Dalam Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD) telah diatur bentuk pengucapan atau pelafalan setiap huruf atau abjad dalam bahasa Indonesia (lihat lagi pelajaran Bab 1). Dengan demikian membaca singkatan yang hanya terdiri atas beberapa huruf yang berdiri sendiri, harus tepat artikulasi atau pelafalannya. Begitu juga dengan bentuk akronim serta beberapa kata yang sering diucapkan tak baku
.Di bawah ini diperinci pengucapan yang baku dan tidak baku pada sejumlah bentuk singkatan atau akronim termasuk pengucapan singkatan yang berasal dari bahasa asing.
Contoh:
Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia, tetapi singkatan itu dilafalkan seperti aslinya.
Contoh :

B.Melafalkan Kata Secara Baku dan Membedakannya dari Lafal Daerah
Dalam bahasa Indonesia, penulisan secara baku telah diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Untuk penggunaan secara lisan yang berkaitan dengan bagaimana sebuah kata diucapkan atau dilafalkan secara benar hanya berpedoman pada pengucapan sesuai dengan huruf yang membentuk kata tersebut.
Kata di dalam bahasa Indonesia selain berasal dari bahasa Melayu, banyak juga yang berasal dari bahasa daerah. Kata-kata yang berasal dari bahasa daerah tentunya telah diadaptasi menjadi kata baku bahasa Indonesia. Kata yang telah baku harus diucapkan berdasarkan lafal bakunya. Ukuran ucapan baku dilihat dari pelafalan bunyi terhadap fonem pembentuk katanya dan tidak terpengaruh oleh unsur bahasa daerah. Meskipun ucapan itu sering dan lazim diucapkan terutama dalam situasi nonformal.

Contoh lafal baku dan tidak baku yang terpengaruh bahasa daerah atau logat tertentu:


C. Pelafalan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang di Indonesiakan. Proses penyerapannya terjadi karena proses adaptasi dan asimilasi. Proses adaptasi bila sebuah kata secara utuh diserap tanpa adanya perubahan dan pelafalan, contoh: coffe break, money politics, money changer, super power, reshuffle. Proses asimilasi ialah bila sebuah kata asing diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan perubahan sesuai pengucapan dan bentuk penulisan Indonesianya.
Contoh :

Pelafalan yang benar ialah pelafalan yang mengikuti kata serapan bahasa Indonesia bukan bentuk asingnya. Di samping itu, unsur serapan bahasa Indonesia juga dipengaruhi adanya imbuhan asing, antara lain :
Dalam percakapan atau dialog, pengucapan harus jelas dan tepat gar pendengar dapat merespons dengan baik perkataan yang diucapkan. Artinya, ucapan selain harus dengan intonasi yang tepat juga harus dengan lafal atau artikulasi yang jelas. Pengucapan dengan artikulasi yang tepat atau jelas terutama pada kata-kata yang bunyinya hampir sama jika diucapkan. Bila tidak diucapkan dengan tepat dan jelas, dapat terjadi salah pengertian atau salah paham. Kata-kata yang hampir sama bunyinya jika diucapkan seperti kata di bawah ini:
TUGAS KELOMPOK:
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4-5 orang, lalu carilah naskah drama pendek.Kemudian lakukan hal-hal berikut:
1. Ucapkanlah dialog-dialog drama tersebut dengan intonasi dan lafal yang jelas serta tepat. Jika perlu, diperagakan di depan kelas.
2. Kelompok lain mengamati dan memberi komentar.
3. Diskusikan bersama kelompok kata-kata yang dilafalkan dengan lafal daerah atau logat sehari-hari. Daftarkan dan jelaskan asal lafal daerah yang digunakan.

Rangkuman Materi Bahasa Indonesia SMK Kelas X.1.2


MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI INFORMASI LISAN DALAM KONTEKS BERMASYARAKAT(Bab 2)
A. Memahami Sumber Informasi
Segala sesuatu yang memberikan tambahan pengetahuan serta wawasan seseorang dapat disebut informasi. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat berbentuk media tulis cetak, seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia, surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet, atau didapat langsung dari narasumber yang bersangkutan dengan melalui percakapan, wawancara, diskusi, seminar, dan lain-lain. Narasumber tentunya orang-orang yang dianggap ahli di bidangnya, seperti tokoh agama, para guru, dan ilmuwan. Sesuatu disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria di bawah ini.:
1. Berisi informasi bersifat objektif, masuk akal, dan faktual
2. Mudah didapat dan dikenal oleh umum
3. Keberadaannya resmi atau diakui
4. Dapat berupa media cetak atau elektronik
5. Dapat ditelaah, dikaji, dan dijadikan ilmu
6. Dapat berbentuk arsip, dokumentasi, dan peninggalan sejarah yang memang telah diteliti kebenarannya Dapat berupa narasumber, yaitu dari orang yang diakui ahli dalam bidangnya, informasinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan Sesuatu tidak dapat disebut sumber informasi jika memenuhi kriteria berikut:
1. Sarananya belum dikenal secara umum,
2. Berisi hal-hal yang tak masuk akal dan tak dapat dibuktikan kebenarannya,
3. Masih berisi asumsi, opini, yang perlu dikaji lagi secara ilmiah,
4. Sumber informasi tidak akurat dan tidak tetap, selalu berubah-ubah Banyak sumber informasi yang dapat kita pilih. Memilih sumber informasi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kemudahan dalam mendapatkannya, kualitas isinya, dan bentuk penyampaiannya. Untuk sumber informasi yang berbentuk media cetak, tentunya cara memperoleh atau menggalinya ialah dengan membaca. Kegemaran membaca membantu memperolah informasi sebanyak-banyaknya dari sumber informasi cetak atau tertulis. Jika membaca tidak menjadi kegemaran, kemungkinan mendapatkan informasi dapat dengan memanfaatkan media elektronik. Informasi yang disajikan berbetuk audio-visual, selain dapat dilihat juga dapat didengar. Bentuk media elektronik saat ini dibuat dengan aneka ragam bentuk serta model yang dapat digunakan dan dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Sumber informasi juga dapat dijadikan sarana penunjang proses belajar- mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sarana berisi alat dan sumber belajar. Di bawah ini diuraikan bentuk dan jenis-jenis sumber informasi.

Dalam kegiatan menyimak, sumber informasi yang digunakan sebagai bahan simakan adalah yang berbentuk rekaman atau uraian lisan. Melalui informasi yang didengarnya, siswa melakukan penyimakan.
B. Jenis Sifat Informasi
Dari segi sifat dan uraiannya, informasi dapat dibedakan menjadi informasi bersifat faktual, informasi bersifat opini atau konsep, dan informasi bersifat pemerian/perincian.
1. Informasi bersifat faktual ialah informasi yang berisi fakta-fakta, peristiwa nyata dan dapat dibuktikan. Informasi faktual terdiri atas fakta umum dan fakta khusus.
a. Fakta umum, yaitu informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya.
Contoh:
Ayah baru pulang dari luar negeri dan sekarang mereka sedang menjemputnya di bandara.
Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
Terjadi perampokan di sebuah rumah. Perampok berhasil menggasak barang-barang pemilik rumah.
b. Fakta khusus, yaitu informasi yang berisi kejadian atau peristiwa yang dijelaskan secara terperinci atau detail.
Contoh:
Ayah baru pulang dari Amsterdam dan Ibu, adik serta Paman sedang menjemputnya di Bandara Soekarno-Hatta.Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Gunung Sahari Senen, serta warung di pinggiran proyek Senen terkena razia. Terjadi perampokan di sebuah rumah gedung di Jalan Sukapura, Tanjung Priok Jakarta Utara. Perampok berhasil menggasak 30 gram perhiasan, 1 unit komputer serta uang 150 juta rupiah.


2. Informasi bersifat Opini atau Konsep
Contoh opini:
Banyak remaja sekarang yang bersifat permisif, mengganggap semua serbaboleh tanpa mempertimbangkan norma-norma yang berlaku. Sebagian besar lulusan UN tahun ini mendapatkan nilai yang memuaskan, hal itu dikatakan Kepala Sekolah SMK At-Takwa dalam pidato sambutan pada acara perpisahan siswa kelas 3.
Contoh konsep:
Sebelum seminar atau diskusi dimulai, biasanya para peserta diskusi diberikan sebuah makalah. Makalah adalah tulisan yang berisikan prasaran, pendapat yang berisi uraian atau pembahasan pokok persoalan yang akan dibicarakan dalam rapat, diskusi, dan sejenisnya. Makalah juga sering diartikan jenis tugas pada mata kuliah tertentu yang berisi hasil kajian pustaka atau tulisan tentang suatu hal.
3. Informasi bersifat pemerian
Dalam menjelaskan sesuatu yang bersifat uraian khusus, penulis biasanya menjabarkan penjelasan khusus tersebut menyamping atau horizontal atau berbentuk satuan ke bawah secara vertikal. Uraian khusus yang berupa penyebutan berbentuk kata atau frasa umumnya ditulis secara horizontal atau melebar dari kiri ke kanan. Namun ada juga perincian yang berupa unsur-unsur atau bagian yang berbentuk kalimat. Contoh rincian berbentuk kalimat ditulis berbentuk satuan-satuan secara vertikal. Proses untuk mempelajari unsur-unsur suatu bahasa meliputi:
(1) Pengenalan lambang-lambang bunyi,
(2) Pengenalan lafal dan tanda baca,
(3) Pemahaman kosakata bersifat kekrabatan, dan
(4)., Pemahaman terhadap bentuk kata, frasa, kata tugas, klausa, dan perubahan makna. Contoh perincian berbentuk kata yang ditulis secara horizontal. Masingmasing unsurnya dipisahkan oleh tanda koma (,) - Untuk keperluan lomba lukis, Reihan harus menyiapkan alat tulis, karton, cat air, dan kuas.
C.Ragam Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat aneka ragam bahasa yang timbul akibat pengaruh dari berbagai hal yang berhubungan dengan penutur bahasa dan sarana atau media yang digunakan.
1. Hal yang berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
a. Latar belakang daerah penutur.
Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di mana menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung, Bogor menjadi mBogor.
b.Latar belakang pendidikan penutur.
Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
c. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur.
Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan.Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerah atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnya memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.Contoh:
1. Kalau soal itu, saya nggak tau persis. (informal/semiformal)
2. Emangnya kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3. Kalau soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4. Emangnya situ nggak ngantor, Mas. (nonformal)
d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan yang dibicarakan di lingkungan kelompok penutur.
Banyak persoalan yang dapat menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat membicarakan topik tertentu, seseorang akan menggunakan kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan topik pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan untuk membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang lainnya, misalnya pembicaraan yang berhubungan dengan agama tentu menggunakan istilah yang berhubungan dengan agama, begitu pula dengan bidang lainnya, misalnya bidang hukum, kedokteran, dan ekonomi. Masing-masing memiliki ciri khas kata atau ragam bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan ungkapan atau gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras bahasa. Di bawah ini, beberapa contoh ragam yang merupakan laras bahasa
Wacana tentang teknologi komunikasi:
Banyak situs internet baik di luar maupun di dalam negeri yang menyediakan fasilitas ruang obrolan (chatting room) ini. Salah satu yang cukup populer di Indonesia adalah milik detik.com. Agar percakapan aman dari umum, chatter dapat membuat web pribadi. Pembuatannya dapat gratis melalui fasilitas NBCi.com.

Wacana yang berhubungan dengan persoalan kesehatan:
Penyakit chikungunya diakibatkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini membuat penderita mengalami demam tinggi selama lima hari. Setelah mengalami masa inkubasi selama tiga hari hingga dua belas hari, penderita akan jatuh sakit. Selain demam, penderita juga akan mengalami rasa ngilu pada otot, mual hingga muntah.
Wacana surat kabar:
Lima siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Taruna, Purwakarta, tewas akibat truk yang mereka tumpangi terguling di kawasan Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (9/5) sekitar pukul 13.30. Para siswa tersebut menumpang truk usai berekreasi ke Waduk Cirata setelah merampungkan ujian.
Wacana bergaya sastra:
Grace mengambil payung dari bawah jok tempat duduk dan beranjak keluar. Dari arah lapangan, murid-murid dengan baju olahraga enggan berteduh. Pakaian mereka sudah sangat kuyup, tetapi semangat mereka untuk bermain basket masih menyala dalam hujan. Beberapa anak yang tidak bermain bersorak–sorai dan bertepuk tangan sembari menyipratkan air yang berkubang di tanah dengan kaki mereka.
2. Berdasarkan sarana atau media yang digunakan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam lisan dan tulisan. Perbedaan ragam lisan dan tulisan:
Ragam lisan Ragam tulisan
1. Menghendaki adanya teman/mitra bicara.
2. Unsur gramatikal seperti subjek, predikat, objek tidak tampak. Yang tampak adalah gerakan, mimik, dan ekspresi. 1. Tidak harus ada teman bicara di hadapan
2. Fungsi gramatikal dinyatakan secara eksplisit.
3. Terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. 3. Tidak terikat situasi, ruang, dan waktu.
4. Makna dipengaruhi oleh tekanan atau nada suara. 4. Makna ditentukan oleh pemakaian tanda baca.


D. Memahami Penanda Uraian Proses dan Hasil

D. Memahami Penanda Uraian Proses dan Hasil
Dalam karangan berbentuk eksposisi, sering ditemui uraian cara atau proses yang diakhiri dengan hasil yang didapatkan. Uraian proses biasanya menggunakan kata-kata hubung lalu, kemudian, berikutnya, selanjutnya, dan sebagainya yang menunjukkan adanya urutan waktu atau berlangsungnya suatu pekerjaan. Secara gramatikal, uraian proses ditandai oleh penggunaan bentukan kata dasar (nomina, verba, atau adjektiva) dengan imbuhan pe–an. Untuk uraian hasil ditandai oleh akhiran –an yang dilekatkan pada kata dasar verba.
Contoh penanda proses:
Pengevakuasian korban gempa di Kepulauan Nias berlangsung dua hari.
Pegevakuasian = pe–an + evakuasi (verba) proses mengevakuasi
Pemutihan kepemilikan KTP di Kelurahan Manggarai merupakan kebijakan Lurah yang baru.
Pemutihan = pe–an + putih (adjektiva) proses memutihkan/membuat secara kolektif
Bunga akan muncul setelah pemupukan yang intensif.
Pemupukan = pe–an + pupuk (nomina) proses memupuk/ memberi pupuk.
Contoh penanda hasil:
Mereka digrebek oleh polisi saat menghitung hasil rampokan di sebuah pematang sawah.
Rampokan = rampok (verba) + -an hasil merampok
Ia menjual lukisannya hingga mencapai kisaran lima juta rupiah.
Lukisan = lukis (verba) + -an hasil melukis
Pantauan penghitungan sementara pemilihan kepala daerah di Bekasi dimenangkan oleh pasangan Saadudin dan Ramli.
Pantauan = pantau (verba) + -an hasil memantau