PELAJARAN IV
Kritik dan Humor dalam Layanan Publik
Gambar 4.1 Menahan Gelak Tawa
Sumber: Dokumemtasi Kemdikbud
Kalian telah belajar mengemukakan
pendapat di ruang publik pada pelajaran terdahulu. Pada pelajaran ini kalian
diharapkan mengetahui lebih jauh bahwa ruang publik berisi berbagai kegiatan
layanan publik atau layanan umum untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Layanan publik itu diatur oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik. Dalam undang-undang itu, istilah yang digunakan untuk layanan
publik adalah pelayanan publik. Pada pelajaran ini, kedua istilah itu digunakan
secara bergantian.Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelayanan publik, marilah
kita cermati terlebih dahulu beberapa pengertian berikut ini. Perhatikan bagian
yang dicetak tebal. Kata-kata itu merupakan kata-kata kunci dalam pembicaraan
tentang layanan publik.
(1)
Pelayanan publik merupakan kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
(2)
Penyelenggara pelayanan publik
atau Penyelenggara merupakan setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
(3)
Pelaksana pelayanan publik atau Pelaksana merupakan pejabat, pegawai,
petugas, dan setiap orang yang bekerja
di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau
serangkaian tindakan pelayanan publik.
(4) Masyarakat merupakan seluruh pihak, baik
warga negara atau penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok maupun badan
hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara
langsung maupun tidak langsung.(Diolah dari http://prokum.esdm.go.id/uu/2009/UU%2025%202009.pdf
)
Layanan publik
sering mendapatkan kritik atau menjadi bahan lelucon yang membuat gelak tawa.
Kritik atau lelucon itu dapat disampaikan melalui anekdot. Pada pelajaran ini,
kalian akan diajak untuk menyelami bahasa dalam anekdot yang digunakan untuk
menyampaikan kritik atau lelucon di bidang layanan publik. Bidang-bidang yang
tercakup dalam layanan publik amat luas, antara lain hukum, sosial, politik,
budaya, pendidikan, lingkungan, administrasi, dan transportasi. Akan tetapi,
tidak semua bidang itu akan dibicarakan pada pelajaran ini.
Anekdot ialah
cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai
orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada
pengertian lain bahwa anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus
didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat. Yang menjadi partisipan
atau pelaku di dalamnya pun tidak harus orang penting. Selain itu, teks anekdot
juga dapat berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi
partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan
krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak
nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal. Selama pelajaran ini
berlangsung, kalian diminta untuk melakanakan tugas tambahan membaca buku.
Carilah buku yang berisi kritik dan humor mengenai layanan publik. Bacalah buku
itu dan tuliskanlah hasil baca buku kalian.
Kegiatan 1 Pemodelan Teks Anekdot
Di bawah ini
teks anekdot yang akan kita jadikan pembicaraan berkenaan dengan layanan publik
di bidang hukum, sosial, politik, dan lingkungan. Kalian diharapkan dapat
memahami teks anekdot dan dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk
menyampaikan kritik terhadap persoalan-persoalan pada bidang layanan tersebut.
Untuk itu, kerjakanlah tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan petunjuk.
Tugas 1 Membaca Teks "KUHP dalam
Anekdot"
Bacalah teks
yang berjudul “KUHP dalam Anekdot” berikut ini. Sebelum membacanya, kerjakanlah
beberapa tugas berikut ini sesuai dengan petunjuk. Apabila ada pertanyaan yang
belum terjawab, tinggalkan terlebih dahulu, lalu kembalilah ke pertanyaan
tersebut setelah kalian membaca teksnya!
(1) Teks anekdot mengandung unsur lucu. Betulkah
setiap cerita lucu dapat digolongkan ke dalam anekdot?
(2) Lawak juga mengandung unsur lucu. Apakah teks
anekdot sama dengan teks lawak?
Kalian
diharapkan dapat memahami teks anekdot dan dapat memanfaatkannya sebagai sarana
untuk
menyampaikan
kritik terhadap persoalan-persoalan pada bidang-bidang layanan tersebut.
Layanan publik sering mendapatkan kritik atau menjadi bahan lelucon. Kritik
atau lelucon itu dapat disampaikan melalui anekdot.
(3) Siapakah yang biasanya menjadi tokoh atau
partisipan dalam anekdot? Apakah tokoh atau partisipan yang dimaksud harus
selalu orang yang terkenal?
(4) Di media apa sajakah teks anekdot ditemukan?
Sebutkan jenis medianya dan contoh anekdot yang dimaksud!
(5) Contoh anekdot berikut ini terjadi di bidang
hukum. Di bidang apa sajakah kalian dapat menemukan teks anekdot?
Kuhp Dalam Anekdot
1 Seorang dosen fakultas hukum suatu
universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa
saja.
2 Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya
kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP,
Pak?” Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad.
“Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen.
Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
3 Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak
dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada
Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad,
pertanyaan pak
dosen dijawabnya dengan tegas, “Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah
guru yang terbaik, Pak …!” Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka
berpandang-pandangan. Lalu,
mereka tertawa
terbahak-bahak.
4 Gelak tawa mereda. Kelas kembali berlangsung
normal.
(Diadaptasi
dari http://fuadusfa4.blogspot.com/2010/02/anekdot-hukum.html)
Tugas 2 Mencari Unsur-Unsur Teks
Anekdot
Setelah kalian
membaca teks “KUHP dalam Anekdot”, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
(1) Apakah yang membuat teks tersebut digolongkan
ke dalam teks anekdot?
(2) Ciri-ciri apa sajakah yang menandai teks
anekdot?
(3) Siapakah partisipan yang digambarkan dalam
anekdot itu? 113 Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
(4) Apakah cerita pada anekdot itu betul-betul
terjadi atau hanya rekaan?
(5) Seandainya cerita itu betul-betul terjadi,
beranikah mahasiswa menjawab pertanyaan dosennya dengan tidak serius?
(6) Singkatan KUHP pada anekdot di atas
dipelesetkan. Apakah maksud dan pesan teks yang dikandung?
(7) Diskusikan secara berkelompok siapa
sebenarnya yang dikritik lewat sindiran dalam teks tersebut!
(8) Apakah sindiran itu sampai kepada yang
dituju?
(9) Tunjukkan unsur lucu atau konyol yang
terdapat di dalam teks tersebut.
(10) Jelaskan reaksi yang terjadi pada diri dosen
dan pada diri mahasiswa.
Tugas 3 Membedah Struktur Teks
Anekdot
Kerjakanlah
tugas-tugas berikut ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan!
(1)
Identifikasilah struktur teks anekdot
yang telah kalian baca tersebut.
Bandingkan
hasilnya dengan struktur teks berikut ini yang meliputi
abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda!
Koda Kelas
kembali berlangsung normal (paragraf 4).
Reaksi
Mahasiswa
tercengang dan tertawa, sedangkan dosen menggeleng-gelengkan kepala (paragraf
3).
Krisis
KUHP dipelesetkan
menjadi “Kasih Uang Habis
Perkara”
(paragraf 2).
Orientasi
Suasana kelas biasa-biasa saja (paragraf 1).
Abstraksi
Seorang dosen
memberikan kuliah Hukum
Pidana
(paragraf 1).
(2) Apakah abstraksi itu sama dengan pembukaan?
Berfungsi sebagai apakah abstraksi itu?
(3) Apakah orientasi berfungsi untuk membangun
konteks perkuliahan?
(4) Seandainya krisis dimaknai sebagai saat
terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan, ketidakpuasan atau kejanggalan
tentang apa yang dimaksud?
(5) Setujukah kalian reaksi itu berkenaan dengan
tanggapan yang diberikan oleh mahasiswa atau dosen tentang pelesatan KUHP itu?
(6) Berikan penjelasan seandainya kalian tidak
setuju bahwa koda sama dengan penutup. Pikirkan bahwa penutup menggambarkan
situasi yang seimbang dengan situasi pada orientasi.
Tugas 4 Membaca Teks "Anekdot
Hukum Peradilan"
Bacalah teks
“Anekdot Hukum Peradilan” berikut ini dan kerjakan tugas-tugas yang diminta!
Anekdot Hukum Peradilan
1 Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti
bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajin
dan tekun.
Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi
dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang
dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke
sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut.
2 Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima
karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka
melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar
dihukum dan Sumber:
http://www.golddinarjameela.com/2012/03/ber-muammalah-dengan-timbangan-yang.html
Gambar 4.2
Timbangan sebagai simbol keadilan115 Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik
memberi uang
ganti rugi. Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada
polisi.
3 Permohonan keluarga si Tukang Pedati
dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili. Namun, si
Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan kesalahan kepada
tukang kayu yang
menyediakan
kayu untuk bahan jembatan itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.
4 Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu
bertanya kepada hakim, “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba
dipanggil ke persidangan?” Yang Mulia Hakim menjawab, “Kesalahan kamu
sangat
besar. Kayu
yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga
menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan
mengganti
segala
kerugian si Tukang Pedati.” Si Tukang Kayu membela diri, “Kalau itu
permasalahannya, ya, jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang
menjual kayu yang jelek.” Yang Mulia Hakim berpikir, “Benar juga apa
yang dikatakan
si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa
kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.” Lalu, hakim berkata kepada
pengawalnya, “Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu
kemari untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya!” Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual
Kayu.
5 Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut
ke hadapan hakim. “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke
sidang pengadilan ini?” kata si Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu
sangat
besar karena
kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan
yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang
dagangannya dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, “Kalau itu
permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu
yang jelek kepada si Tukang Kayu
itu.” Benar
juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. “Hai pengawal bawa si Pembantu ke
hadapanku!” Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.
6 Seperti halnya orang yang telah dipanggil
terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun bertanya kepada hakim perihal
kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si Pembantu yang
menyebabkan
tukang pedati
kehilangan kuda dan dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang
yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa memberi alasan yang
memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang
Hakim
memutuskan si Pembantu harus dihukum dan memberi ganti rugi.
Berteriaklah
sang Hakim kepada pengawal, “Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara
dan sita semua uangnya sekarang juga!”
7 Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya
kepada si Pengawal, ”Hai, Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?” Si
Pengawal menjawab, ”Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.”
Sang Hakim
bertanya,
“Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita uang orang?”
Si Pengawal menjawab, “Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu badannya terlalu tinggi
dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak
muat karena
terlalu sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita.” Sang
Hakim marah besar, “Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si
Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan punya uang!”
Kemudian, si
Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan pendek,
kurus, dan punya uang.
8 Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan
punya uang bertanya kepada hakim, “Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba
sehingga harus dipenjara?” Dengan entengnya sang Hakim menjawab,
“Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!!!!”
9 Setelah si Pembantu yang berbadan pendek,
kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim
bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut,
”Saudara-saudara
semua,
bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?” Masyarakat
yang ada serempak menjawab, “Adiiill!!!”
(Diadaptasi dari http://politik.kompasiana.com/2009/11/30/anekdot-peradilan-20551.html)
(1) Teks anekdot itu panjang, tetapi struktur
teksnya sederhana dan sama dengan struktur teks anekdot sebelumnya. Struktur
teks itu adalah abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda.
Untuk
mengidentifikasi struktur teks anekdot tersebut, lengkapilah titik-titik pada
diagram berikut ini dengan hanya menuliskan satu atau dua kalimat pendek.
Sertakan juga nomor paragraf tempat kalimat-kalimat tersebut berasal.
Koda
...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ......
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
|
Reaksi
...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ......
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ...
|
Krisis
...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
|
Orientasi
...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
|
Abstraksi
...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ..... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ...
|
(2)
Partisipan yang terlibat pada anekdot tersebut adalah partisipan
manusia, seperti yang mulia hakim. Partisipan manusia yang lain adalah:
(a) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(b) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(c) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(d) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(e) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(f) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
|
(3) Dalam teks anekdot itu tidak terdapat unsur
lucu, tetapi menggambarkan kekonyolan bahwa orang yang tidak bersalah dihukum
dan dimasukkan ke penjara. Mengapa si Pembantu yang kurus dan pendek dihukum
dan dipenjara, tetapi si Pembantu yang gemuk dan tinggi tidak?
4) Dalam teks anekdot itu terkandung sindiran,
yaitu keputusan yang tidak adil dikatakan adil. Siapa yang disindir?
(5)
Betulkah sindiran itu dapat diungkapkan dengan pengandaian? Salah satu
pengandaian yang ditemukan dalam teks anekdot di atas adalah bahwa peradilan
itu dilaksanakan di suatu negara, bukan di negara kita. Pengandaian yang lain
adalah:
(a) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ...
(b) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ...
... ... ... ... ... ... ... ... . ...
... ...
(c) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ...
... ... ... ... ... ... ... ... . ...
... ...
(d) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
|
(6)
Betulkah sindiran itu dapat diungkapkan dengan lawan kata (antonim)?
Dua contoh lawan kata yang digunakan pada anekdot tersebut adalah adil–tidak
adil dan benar–salah. Maksudnya adalah bahwa sesuatu yang tidak adil
dikatakan sebagai sesuatu yang adil dan sesuatu yang salah dikatakan sebagai
sesuatu yang benar atau sebaliknya. Contoh lawan kata yang lain adalah
sebagai berikut.
(a) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ...... ... ... ...
(b) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . ...
... ... ... ... ... ... ..... ... ... ... ...
(c) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(d) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ...
|
(7) Dalam
anekdot tersebut terkandung konjungsi lalu untuk menyatakan urutan peristiwa.
Konjungsi yang berfungsi sejenis dengan itu adalah sebagai berikut.
(a) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ......
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(b) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
..
(c) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . ... ... ... ...
... ... ... ..... ... ... ... ... ... ... ...
(d) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... . ... ... ...
|
(8)
Dalam anekdot itu terkandung
konjungsi maka untuk menyatakan akibat perbuatan yang dilakukan oleh seorang
tersangka. Konjungsi yang berfungsi sejenis dengan itu adalah:
(a) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(b) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(c) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(d) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
|
(9) Fungsi
konjungsi dapat digantikan oleh kata-kata. Sebagai contoh, konjungsi setelah
dapat diungkapkan dengan sesampainya di hadapan hakim (paragraf 4). Kata-kata
lain seperti itu pada teks anekdot itu adalah:
(a) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(b) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(c) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(d) ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
|
(10) Dari teks anekdot tersebut, dapatkah kalian
menyimpulkan bahwa orang yang tidak dapat berdebat di sidang pengadilan akan
kalah? Tunjukkan buktinya pada teks anekdot tersebut. Apakah keadaan itu
menggambarkan bahwa layanan publik di bidang hukum belum bagus?
Tugas 5 Membuat Dialog Berbentuk Teks
"Anekdot Hukum Peradilan"
Bacalah teks
“Anekdot Hukum Peradilan” tersebut sekali lagi, kemudian kerjakanlah
tugas-tugas berikut ini!
(1) Buatlah dialog berdasarkan teks anekdot
tersebut.
Teruskan
formulasi yang telah dibuat untuk kalian berikut ini.
Keluarga
pemilik pedati: Yang Mulia Hakim, saya tidak terima keluarga saya kehilangan
pedati beserta kuda dan dagangan di dalamnya karena jembatan yang dilalui
roboh. Pembuat jembatan itu itu harus dihukum.
Yang
mulia hakim: … … … … … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
|
Pembuat
jembatan: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … …… … … … … … …
|
Yang
mulia hakim: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
|
Tukang
kayu : … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
…
… … … … … … … … … … … … …… … … … … … … … … … … … … … … …
|
Yang
mulia hakim: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … …… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
|
Pembantu
tinggi dan besar: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … …
|
Yang
mulia hakim: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … …… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
|
Pembantu
tinggi dan besar: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
|
Yang
mulia hakim: … … … … … … … … … … … … … … … … …… … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
|
Pengawal
: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
|
Yang
mulia hakim: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
|
Pembantu
pendek dan kurus: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … …
|
Pengawal
: … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
…
… … … … … … … … … … … … …… … … … … … … … … … … … … … … …
|
Yang mulia
hakim: Saudara-saudara, apakah hukuman penjara
untuk pembantu pendek, kurus, dan punya uang tadi adil?
Masyarakat :
Sangat adil, Yang Mulia Hakim.
(2)
Ceritakan ulang dengan bahasa kalian sendiri isi teks anekdot
tersebut. Teruskan formulasi berikut ini yang telah dibuat untuk kalian. Seorang
kerabat si Tukang Pedati mengadukan seorang pembuat jembatan kepada yang
mulia hakim karena jembatan yang dibuatnya runtuh yang menyebabkan si Tukang
Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan pedati beserta barang dagangannya.
Si Pembuat Jembatan disalahkan karena kayu untuk bahan jembatan itu tidak kuat dan menyebabkan jembatan runtuh.
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ……… …
… … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …… …
… … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …… …
… … … … … … … … … … … …
|
2 komentar:
Wah,,,mantap pak..
komen balik yaa pak
http://xerangalam.blogspot.com
terima kasih pak...semoga panjang umur dan banyak rizki
Posting Komentar