WELCOME

SELAMAT BERKUNJUNG DI GURU BAHASA INDONESIA SMKN 10 MALANG SEMOGA DAPAT BERMANFAAT"

Kamis, 27 Juni 2013

KAREKTERISTIK PEMBELAJARAN UNTUK MEMASUKI ABAD PENGETAHUAN



1.    Abad XX [yang baru berlalu] dapat disebut sebagai abad industrial, sedang Abad XXI [yang baru datang menjelang] dapat disebut sebagai abad pengetahuan. Kita sedang memasuki dan berada dalam abad pengetahuan. Dalam abad pengetahuan segala sesuatu lebih bertumpu atau berbasis pengetahuan, tanpa tumpuan atau basis pengetahuan sesuatu akan tergeser, terpinggirkan, bahkan tergusur. Kita telah menyaksikan dengan jelas beberapa gejala: perekonomian bertumpu pengetahuan, teknologi bertumpu pengetahuan, pekerjaan bertumpu pengetahuan [termasuk pekerja berpengetahuan], dan kegiatan-kegiatan lain juga bertumpu pengetahuan. Karena itu, Peter Druckes dalam New Realities memaklumkan kehadiran masyarakat berpengetahuan, melanjutkan [atau malah menggantikan?] dominasi masyarakat informasi dan industrial, masyarakat pertanian [pra-industrial], dan masyarakat pra-pertanian. Dalam masyarakat berpengetahuan, manusia-manusia tanpa pengetahuan niscaya akan tergeser dan terpinggirkan, bahkan kalah karena mereka tidak akan mampu memasuki dan berkiprah pada berbagai aktivitas utama kehidupan manusia [ekonomi, pekerjaan, dan lain-lain] yang notabene berbasis pengetahuan. Dalam pada itu, manusia-manusia berpengetahuan akan unggul dan berjaya karena mereka niscaya mampu memasuki dan eksis dalam berbagai aktivitas utama kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan telah menjadi modal dasar keunggulan dalam abad pengetahuan sekarang.

2.    Oleh karena itu, tegas Thomas A. Stewart dalam Intellectual Capital (1997), betapa penting, utama, dan sentralnya keberadaan dan peranan modal pengetahuan atau intelektual dalam abad pengetahuan. Dengan modal pengetahuan [intelektual] yang bermutu dan unggul, seseorang [atau sekelompok masyarakat] niscaya mampu eksis, unggul, berjaya, dan berkiprah secara berarti dalam suatu bidang kehidupan mutakhir selain mereka juga mampu berkembang dengan baik. Sebaliknya, dengan modal pengetahuan yang terbatas, “pas-pasan”, apalagi usang, seseorang [atau sekelompok masyarakat] niscaya akan terancam, terpinggirkan, malah tergusur dari bidang kehidupan mutakhir. Hal ini mengimplikasikan, manusia berpengetahuan atau yang mempunyai modal pengetahuan akan menjadi manusia bermutu dan unggul, sedang manusia yang tidak memiliki modal pengetahuan akan menjadi manusia “terbelakang” dan serba kalah. Lebih lanjut, hal ini menunjukkan betapa penting dan sentralnya modal manusia bagi pertumbuhan, perkembangan, dan pembangunan manusia dan masyarakat. Tidak mengherankan, dalam buku The Quality of Growth yang ditulis atas nama Bank Dunia dan dipublikasikan oleh Bank Dunia (2000), modal manusia telah dianggap sebagai aset paling utama kualitas pertumbuhan dan pembangunan yang akan mendatangkan kesejahteraan. Dikatakan dalam buku itu bahwa “Secara umum, aset yang penting bagi pertumbuhan dan pembangunan adalah modal manusia, modal fisik, dan modal alam” (xxxiv). Jadi, modal manusia khususnya modal pengetahuan yang bermutu merupakan aset [paling] utama untuk memasuki atau berselancar-ria dalam abad pengetahuan. Bahkan modal manusia dan pengetahuan juga menjadi investasi paling berharga dalam abad pengetahuan, jauh melebihi investasi uang dan tanah.

3.    Sehubungan dengan itu, pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan modal pengetahuan menjadi tugas, imperatif, dan tantangan bagi semua individu, masyarakat, dan bangsa jika ingin selamat memasuki dan mampu berkiprah dalam abad pengetahuan. Individu yang mampu mengembangkan dan meningkatkan mutu modal pengetahuannya pasti akan mampu bermain dan berjaya dalam kehidupan abad pengetahuan. Masyarakat dan bangsa yang mampu mengembangkan dan meningkatkan mutu modal manusia dan pengetahuan mereka niscaya akan menjadi masyarakat dan bangsa unggul dan berperanan dalam abad pengetahuan. Sebab itu, tidak mengherankan, individu-individu, masyarakat-masyarakat, dan bangsa-bangsa di dunia [termasuk ke dalamnya lembaga atau organisasi masyarakat dan bangsa] sibuk dan disibukkan oleh kegiatan-kegiatan pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan modal pengetahuan.

4.    Dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan modal pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran telah dipandang oleh pelbagai kalangan sebagai wahana, wadah, dan jalur yang sangat utama dan vital sehingga mempunyai kedudukan, fungsi, dan peranannya sangat penting, strategis, bahkan taktis. Pada galibnya, individu, masyarakat, dan bangsa yang terobsesi untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu modal manusia dan modal pengetahuan menempatkan dan memperlakukan pendidikan dan pembelajaran sedemikian penting dalam kehidupan di samping memprioritaskan pemenuhannya. Dapat dikatakan, hal ini juga telah menjadi obsesi dan program berbagai pemerintah negara di dunia terutama negara Barat dan sebagian negara berkembang. Tidak kurang, berbagai pemerintah negara di dunia Barat telah menjadikan pendidikan dan pembelajaran sebagai prioritas utama untuk dipenuhi. Ratu Elizabeth II dari Inggris, misalnya, dalam Pidato Ratu Inggris di Depan Parlemen pada 14 Mei 1997 dengan tegas menyatakan: “Prioritas utama pemerintah sekarang adalah pendidikan. Pemerintah berusaha keras meningkatkan standar pendidikan di sekolah dan perdosenan tinggi, serta berupaya menggalakkan program belajar terus-menerus di tempat kerja”. Sekarang pun pemerintahan Partai Buruh di bawah pimpinan Perdana Menteri Tony Blair dengan gencar mengampanyekan program utama politiknya. Pemerintahan Blair dengan lantang menyatakan bahwa tiga prioritas utama pemerintah Inggris saat ini adalah: Pendidikan, Pendidikan, dan Pendidikan. Ini sesuai dengan isi deklarasi pemerintahan Bill Clinton dari Amerika Serikat yang juga memfokuskan program politiknya pada sistem pendidikan. Program politik berfokus pembenahan sistem pendidikan ini juga dilanjutkan oleh George W. Bush [meskipun berasal dari Partai Republik] seperti tertuang dalam cetak-biru [blue-print] program pendidikan pemerintahan Bush. Sebagaimana dikemukakan dalam buku Japan Education in Crisis, pemerintah negara Jepang sekarang juga sedang sibuk menangani dan membenahi pendidikan dan pembelajaran karena merasa pendidikan Jepang berada dalam krisis. Negara jiran kita – Malaysia dan Brunei Darussalam, apalagi Singapura – juga memberi prioritas utama kepada pendidikan dan pembelajaran sebagaimana tersirat dalam alokasi anggaran pendidikan dan kesungguhan membenahi berbagai aspek pendidikan dan pembelajaran. Jika kita hendak dan berkomitmen tinggi untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu model manusia dan pengetahuan, maka mau tak mau kita harus memprioritaskan dan mengutamakan pendidikan dan pembelajaran. Walhasil dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pembelajaran telah diakui dan diyakini sebagai pintu utama atau “jalan tol” untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu modal manusia dan modal pengetahuan.

5.    Agar pendidikan dan pembelajaran benar-benar mampu dan berfungsi sebagai pintu utama pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan pengetahuan yang dibutuhkan pada Abad XXI yang notabene abad pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran yang ada dan dipakai sekarang harus dibenahi, bahkan diredesain agar cocok-sesuai [compatible] dengan abad pengetahuan. Pembenahan atau redesain pendidikan dan pembelajaran diperlukan karena pendidikan dan pembelajaran kita sekarang merupakan peninggalan atau model pendidikan dan pembelajaran abad industrial, padahal abad pengetahuan sekarang membutuhkan model pendidikan dan pembelajaran. Seperti apakah model pendidikan dan pembelajaran abad industrial? Seperti apa pula model pendidikan dan pembelajaran abad pengetahuan yang dibutuhkan? Trilling dan Hood dalam Learning, Technology, and Education Reform in the Knowledge Age (1999) mencoba mendeskripsikan karakteristik keduanya sebagai berikut.

Pendidikan dan Pembelajaran Abad Industrial versus Abad Pengetahuan

Menurut Trilling dan Hood

ABAD INDUSTRIAL
ABAD PENGETAHUAN
Teacher-as-Director
Teacher-as-Facilitator, Guide, Consultant
Teacher-as-Knowledge Source
Teacher-as-Co-learner
Curriculum-directed Learning
Student-directed Learning
Time-slotted, Rigidly Scheduled Learning
Open, Flexible, On-demand Learning
Primarily Fact-based
Primarily Project-& Problem-based
Theoretical, Abstract
Real-world, concrete
Principles & Survey
Actions & Reflections
Drill & Practice
Inquiry & Design
Rules & Procedures
Discovery & Invention
Competitive
Collaborative
Classroom-focused
Community-focused
Prescribed Results
Open-ended Results
Conform to Norm
Creative Diversity
Computers-as-Subject of Study

Computers-as-Tool for all Learning

Static Media Presentations
Dynamic Multimedia Interactions
Classroom-bounded Communication
Worldwide-unbounded Communication
Test-assessed by Norms
Performance-assessed by Expert, Mentors, Peers & Self

Sementara itu, Thomas, Mergendoller, dan Michaelson dalam tulisan Project-Based Learning: A Handbook for Midle and High School Teachers (1999) mendeskripsikan ciri-ciri pembelajaran yang dibutuhkan sekarang sebagai berikut.

Perbedaan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Mutakhir menurut Thomas, Mergendoller, dan Michaelson

ASPEK PENDIDIKAN
PENEKANAN TRADISIONAL
PENEKANAN MUTAKHIR
Fokus kurikulum
Cakupan isi
Kedalaan pemahaman

Pengetahuan tentang fakta-fakta
Penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip

Belajar keterampilan “building-block” dalam isolasi
Pengembangan keterampilan pemecahan masalah kompleks
Lingkup dan Urutan
Mengikuti urutan kurikulum secara ketat
Mengikuti minat pembelajar

Berjalan dari blok ke blok atau unit ke unit
Unit-unit besar terbentuk dari problem Dan isu yang kompleks

Memusat, fokus berbasis disiplin
Meluas, fokus interdisipliner
Peranan dosen
Penceramah dan direktur pembelajaran
Penyedia sumber belajar dan partisipan di dalam kegiatan belajar

Ahli
Pembimbing/partner
Fokus pengukuran
Produk
Proses dan produk

Skor tes
Pencapaian yang nyata

Membandingkan dengan yang lain
Unjuk kerja standard dan kemajuan dari waktu ke waktu

Reproduksi informasi
Demonstrasi pemahaman
Bahan-bahan Pembelajaran
Teks, ceramah, Dan presentasi
Langsung sumber-sumber asli: bahan-bahan tersectak, interviu, dokumen, dll.

Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan dosen
Data dan bahan dikembangkan oleh pembelajar
Penggunaan teknologi
Penyokong, periferal
Utama, integral

Dijalankan dosen
Diarahkan pembelajar

Kegunaan untuk perluasan presentasi dosen
Kegunaan untuk memperluas presentasi pembelajar atau penguatan kemampuan pembelajar
Konteks kelas
Pembelajar bekerja sendiri
Pembelajar bekerja dalam kelompok

Pembelajar kompetisi satu dengan lainnya
Pembelajar kolaboratif satu dengan lainnya

Pembelajar menerima informasi dari dosen
Pembelajar mengkonstruksi, berkontribusi, dan melakukan sintesis informasi
Peranan pembelajar
Menjalankan perintah dosen
Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri

Pengingat dan pengulang fakta
Pengkaji, integrator, dan penyaji ide

Pembelajar menerima dan menyelesaikan tugas-tugas laporan pendek
Pembelajar menentukan tugas mereka sendiri Dan bekerja secara independen dalam waktu yang besar
Tujuan jangka pendek
Pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi
Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang kompleks
Tujuan jangka panjang
Luas pengetahuan
Dalam pengetahuan

Lulusan yang memiliki pengetahuan yang berhasil pada tes standard pencapaian belajar
Lulusan yang berwatak dan terampil mengembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang hanyat.

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa banyak aspek [baik aspek makro maupun aspek mikro] pendidikan dan pembelajaran kita yang memang harus dirombak atau dibenahi agar pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan modal pengetahuan dapat dilaksanakan secara tepat-sasaran dan sesuai dengan kebutuhan abad pengetahuan. Meminjam kata-kata Dryden dan Vos dalam buku The Learning Revolution (1997;2001) dan Tilaar dalam Pendidikan Abad XXI Menunjang Knowledge Based Economy (2001), memang revolusi pendidikan dan pembelajaran perlu dilaksanakan. Atau meminjam istilah banyak kalangan pendidikan Indonesia [sebutlah pemerintah khususnya Bappenas dalam buku Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (2001), Mochtar Buchori dalam Pendidikan Antisipatoris (2001), dan Paul Suparno dkk. dalam buku Reformasi Pendidikan (2002), reformasi pendidikan dan pembelajaran perlu dilakukan supaya pendidikan dan pembelajaran dapat secara fungsional dan signifikan serta optimal menjadi wahana, wadah, dan jalur pengembangan dan peningkatan modal manusia dan modal pengetahuan yang sangat dibutuhkan dalam abad pengetahuan sekarang.

Tidak ada komentar: