Prinsip dan Prosedur Berbahasa Secara Lisan Secara Produktif Hakikat Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan
keterampilan yang bersifat produkif dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
kepada orang lain.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah
sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur
kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara
memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan.
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara merupakan
keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan
kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini,
kelengkapan peralatan vokal seseorang (selaput suara, lidah, bibir, hidung, dan
telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengizinkannya dapat
mereproduksikan suatu ragam yang lugas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada,
kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan
diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan
problem kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah.
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) dengan memanfaatkan sejumlah alat
komunikasi manusia untuk menyampaikan
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik secara
luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi
kontrol sosial.
1. Fungsi Keterampilan Berbicara
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi
juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang
memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh
keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan
dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan
profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan
tersebut memudahkan peserta didik berkomunikasi dan
mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Kegiatan pembelajaran berbicara terbagi atas tiga, yaitu;
a. Tingkat pemula, tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara
tingkat pemula meliputi:
melafalkan bunyi-bunyi bahasa,
menyampaikan informasi, menyatakan setuju atau tidak setuju,
menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil
simakan/bacaan, menyatakan ungkapan rasa hormat, dan bermain
peran.
b. Tingkat menengah, tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara
tingkat menengah dapat
dirumuskan: menyampaikan informasi,
berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri,
menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, melakukan
wawancara, bermain peran, menyampaikan gagasan dalam diskusi
atau pidato.
c. Tingkat tinggi, tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara tingkat
tingg dapat dirumuskan: menyampaikan informasi, berpartisipasi
dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan
kembali hasil simakan atau hasil bacaan, berpartisipasi dalam
wawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan.
2. Prinsip Prosedur
Berbicara
a. Berbicara sebagai
Keterampilan Deskrit
Kata ‘deskrit’ diadaptasi dari bahasa Inggris ‘discrete’ yang artinya
terpisah atau tersendiri. Bila pengertian ini dikaitkan dengan
keterampilan berbahasa, maka kita dapat mengartikannya
20 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
keterampilan berbicara sebagai keterampilan tersendiri yang tidak
terintegrasi dengan keterampilan berbahasa yang lain (membaca,
menyimak, dan menulis).
Konsep dasar berbicara menurut Logan (1972: 104-105) merupakan
sarana berkomunikasi yang
mencakup sembilan hal, yakni: (1)
berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal; (2)
berbicara adalah proses individu berkomunikasi, (3) berbicara adalah
ekspresi kreatif, (4) berbicara
adalah tingkah laku, (5) berbicara
adalah tingkah laku yang dipelajari,(6) berbicara dipengaruhi
kekayaan pengalaman, (7)
berbicara sarana memperluas cakrawala
(8) kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, (9) berbicara
adalah pancaran pribadi.
b. Prinsip dan Prosedur
Berbicara Secara Terintegratif
Keterampilan Berbicara sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa
Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu
menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut
berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan
menulis, dan berbicara dengan membaca.
1) Hubungan Berbicara dengan
Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda
namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak
didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan
menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi
lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-
jawab, interview, dan sebagainya.
2) Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi.
Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan
dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat
reseptif melalui sarana bahasa
tulis dan berfungsi sebagai
penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan
membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak
informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi
yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi
yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3) Hubungan Berbicara dengan
Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-
ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai
informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara
disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian
informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh
melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan
menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara
menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan
kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara.
c. Prinsip dan Prosedur
Berbicara Sesuai Konteks
Keterampilan Berbicara Sesuai Konteks Akademis, Formal,
Vokasional
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai
maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, maka sebaiknya
pembicara memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mengevaluasi
efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan,
baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk
(1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima
golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3)
menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Menurut Hartono berdasarkan lawan bicara, keterampilan berbicara
dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: (a) satu lawan satu,
(b) satu lawan banyak, (c) banyak lawan satu,dan (d) banyak lawan
banyak.
Keterampilan berbicara berdasarkan maksud atau tujuan berbicara,
dapat dikelompokkan menjadi sembilan bentuk, yaitu: (a) memberi
perintah atau instruksi, (b) memberi nasehat, (c) memberi saran, (d)
berpidato, (e) mengajar atau member ceramah, (f) berapat, (g)
berunding, (h) pertemuan, (i) menginterview.
Berdasarkan tingkat keformalannya, keterampilan berbicara dapat
dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu: (a) berbicara formal, (b)
berbicara semi formal dan (c) berbicara informal.
Berdasarkan ragam bahasa terdiri atas : (a) Akademisi: penggunaan
bahasa oleh praktisi akademis, misalnya: dosen, ilmuwan, (b)
Formal
penggunaan bahasa oleh situasi formal, misalnya : sekolah, acara
resmi, (c) Vokasional: penggunaan bahasa pada jurusan atau bidang
tertentu, misalnya: apoteker, notaries.
3. Jenis-Jenis Keterampilan
Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan
berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato
menjelaskan, pidato menghibur, ceramah.
a. Diskusi
Diskusi adalah suatu pertukaran pikiran, gagasan, pendapat
antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari
kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. Diskusi
yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Dalam
diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut
ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup
diskusi, membangkitkan minat
anggota untuk menyampaikan
gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta
mengemukakan kesimpulan hasil diskusi.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 23
b. Wawancara
Wawancara merup[akan salah satu keterampilan berbicara yang
digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita.
Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung (tatap muka)
atau secara tak langsung (melalui telepon, internet, atau surat).
Ada dua tahapan dalam melakukan
wawancara, yaiu tahap
persiapan (penentuan topik pembicaraan,rumusan pertanyaan,
dan penentuan narasumber) dan tahap palaksanaan wawancara.
c. Pidato
Pidato adalah sebuah kegiatan
berbicara di depan umum atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan
gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh
seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang
suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan.
Pidato biasanya digunakan oleh seorang
pemimpin untuk
memimpin dan berorasi di depan banyak
orang atau khalayak
ramai.
F. Rangkuman
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa,
berbicara
merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan ke-
pada orang lain.
Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan
Anda berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada
orang lain.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keterampilan berbicara secara
langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c)
pilihan
kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f)
isi
pembicaraan; (g) cara memulai
dan mengakhiri pembicaraan; dan (h)
penampilan.
Keterampilan diskrit artinya terpisah atau tersendiri. Sementara
berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu menyimak,
membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara
berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara
dengan membaca.
Keterampilan berbahasa berdasarkan ragam bahasa meliputi :
akademisi,
formal, dan vokasional. Selain itu jenis-jenis keterampilan berbicara
dalam pengajaran bahasa, antara
lain: diskusi, percakapan, pidato
menjelaskan, pidato menghibur, dan
ceramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar