Dalam proses berkomunikasi sehari-hari
dengan orang lain tentu perlu
menggunakan kalimat dengan makna yang tepat. Di samping itu, perlu pula memperhatikan pilihan kata
atau diksi agar gasasan atau ide yang disampaikan
kepada orang lain dapat terpahami secara efektif. Bagaimana supaya proses komunikasi tersebut dapat berjalan efektif, antara
lain perlu memiliki pemahaman yang
berkaitan dengan sintaksis dan semantik bahasa Indonesia, seperti jenis-jenis frase, klausa, kalimat, diksi, jenis-jensi
makna, dan jenis perubahan makna. Dengan memahami bagian-bagian sintaksis dan semantik bahasa Indonesia tersebut,
tentu dapat menciptakan komunikasi
yang saling terpahami dengan jelas dan tepat.
A. Pengertian
Sintaksis
Istilah sintaksis bersal dari bahasa
Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa,
dan frase (Ramlan, 2001). Tidak berbeda dengan pendapat tersebut, Tarigan
(1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa
yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frase.
B. Frase
Bahasa Indonesia
1.
Pengertian
Frase
Frase
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gabungan dua kata atau lebih yang
bersifat nonpredikatif. Frase adalah satuan konstruksi yang terdiri atas dua
kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138).
Frase
juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222).
Menurut
Prof. M. Ramlan, frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau
lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya
sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek,
predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa frase adalah kelompok kata yang mendukung suatu fungsi
(subjek, predikat, pelengkap, objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam
kalimat.
2.
Jenis-jenis
Frase
Ramlan
(1981) Membagi frase berdasarkan kesetaran distribusi unsur-unsurnya atas dua
jenis, yakini frase endosentrik dan frase eksosentrik.
1) Frase endosentrik
Frase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara
dalam kalimat. Frase endosentrik terbagi atas tiga jenis:
a) Frase endosentrik koordinatif yakni frase yang
unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau. Misalnya :
- rumah pekarangan
- kakek nenek
- suami istri
b) Frase endosentrik atributif, yakni
frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tidak dapat disisipkan dengan
kata penghubung dan, atau. Misalnya:
-
buku baru
-
sedang belajar
-
belum mengajar
c) Frase endosentrik apositif, yakni frase yang unsurnya bisa
saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata dan dan atau. Misalnya:
- Almin, anak Pak
Darto sedang membaca
- Anak Pak Darto
sedang belajar
- Ahmad sedang
belajar
2) Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya:
- Di pasar
- Ke sekolah
- Dari kampung
Frase
ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas:
frase nominal, frase verbal, frase ajektival, frase, pronomina, frase numeralia. (Depdikbud, 1988).
1) Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih
dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Misalnya:
- Kapal lauat itu sudah
belabuh
- Bapak saya belum
pergi.
- Ibu saya sedang
mencuci
2) Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari dari
nominal atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa. Misalnya:
- Kakek membeli tiga
buah layang-layang.
- Amiruddin makan beberapa
butir telur itik.
- Syarifuddin menjual tigapuluh
kodi kayu besi
3) Frase ajektival adalah satuan gramatik yang terdiri
atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu
tidak membentuk klausa. Misalnya:
- Ibu bapakku sangat
gembira
- Baju itu sangat
indah
- Mobil ferozamu baru
sekali
4) Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang
intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya :
- Saya sendiri akan
pergi ke pasar
- Kami sekalian akan
bekunjung ke Tator
- Kamu semua akan
pergi studi wisata di Tator
5) Frase numeralia adalah dua kata atau lebih yang
hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya
pada numeralia. Misalnya:
- Tiga buah rumah sedang
terbakar
- Lima ekor ayam sedang
terbang
- Sepuluh bungkus kue akan dibeli
C. Klausa
Bahasa Indonesia
1.
Pengertian
Klausa
Kridalaksana
(1982:85) mengemukakan bahwa “klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya
tediri dari subjek dan predikat dan mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat.”
Pengertian
yang sama dikemukakan oleh Ramlan
(1981:62) sebagai berikut “Klausa
dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas dari P, baik disertai S, O, PEL, dan KET atau
tidak. Dengan ringkas klausa ialah
(S) P (O), (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya
boleh ada, boleh juga tidak ada.”
Berdasarkan
pengertian di atas, klausa adalah satuan gramatik yang unsur-usurnya minimal terdiri atas Subjek-Predikat dan maksimal
unsurnya terdiri atas
Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap-Keterangan.
Misalnya:
- Saya makan.
- Saya sedang makan nasi.
- Saya sedang makan nasi kemarin.
- Saya sedang memasakkan nasi kakakku.
2. Jenis-jenis Klausa
Klausa
dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat terdiri atas klausa:
nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan. ( Ramlan,1981).
1) Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya
terdiri dari kata atau frase golongan nomina. Misalnya :
- Ia guru IPA
- Yang dibeli
pedagang itu kayu
2) Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa
kategori verbal, dan klausa vebal terbagi atas empat jenis, yakni:
a) Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari
kata golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Misalnya:
- Rumahnya sangat
luas
- Motornya sangat
mahal
- Rumahnya indah
sekali
b) Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari
kata golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya. Misalnya :
- Burung merpati sedang
terbang di angkasa
- Adikku sedang
bermain-main di lapangan
- Pesawat Lion Air belum
mendarat di Lanud Hasanuddin
c) Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari
kata golongan verbal yang transitif sebagai unsur intinya. Misalnya :
- Ibuku sedang
mencuci piring
- Pamanku sedang
mengajarkan IPS
- Guru-guruku sedang
mengikuti pelatihan PIPS
d) Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari
kata verbal yang tergolong kata kerja reflektif. Misalnya :
- Mereka sedang mendinginkan
diri.
- Anak-anak itu sedang
menyelamatkan diri.
- Kakek Adi telah mengobati peenyakitnya.
e) Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari
kata golongan verbal yang termasuk kata keja resiprok. Misalnya :
- Mereka saling
melempar batu karang.
- Mereka tolong
menolong di sungai
- Anak-anak itu ejek-mengejek di sekolah
3)
Klausa bilangan adalah klausa yang
predikatnya dari kata atau frase golongan bilangan. Misalnya :
-
Kaki meja itu empat buah
-
Mobil itu delapan rodanya.
-
Rumah panggung itu duapuluh tiangnya
4)
Klausa depan adalah klausa
yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali kata depan sebagai
penanda. Misalnya :
-
Baju dinas itu untuk pegawai pemda.
-
Mobil itu dari Amerika.
- Makanan lezat itu buat adik-adikmu.
D. Kalimat
1. Pengertian
Kalimat
Keraf (1984:156) mendefinisikan
kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh
kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
Pengertian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1982:72)
bahwa “kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa.
Selain pendapat tersebut, dalam Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian
terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela
oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang
memustahilkan adanya
perpaduan atau asimilasi bunyi.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2.
Jenis-jenis
Kalimat
Dari segi bentuk, kalimat dapat
dikelompokkan atas dua jenis: (a) kalimat tunggal dan (b) kalimat majemuk.
a)
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri
atas satu klausa. Contoh :
- Dia pergi.
- Dia melempar mangga.
- Ahmad pergi ke pasar kemarin sore.
Jenis kalimat tunggal terdiri atas
empat macam, yakni kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat ajektival dan
kalimat preposisional (Depdikbud, 1988). Kelima jenis kalimat tunggal tersebut
adalah sebagai berikut :
Ø Kalimat nominal yakni kalimat
tunggal yang predikatnya dari kata benda. Misalnya:
- Ibuku petani sawah
- Ayahku pegawai kantor pajak.
- Kakakku tukang kayu.
Ø Kalimat verbal yakni kalimat tunggal yang predikatnya
dibentuk dari kata kerja/ verbal. Kalimat verbal terdiri atas lima macam yakni
kalimat verbal intransitif, ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, dan
pasif
· Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang
prediktnya tidak memerlukan objek, misalya :
- Pak desa belum pergi ke kantor
- Ibunya sedang berenang di kolam
- Adik-adikku telah belajat matematika.
· Kalimat ekatransitif, yakni kalimat tunggal yag
predikatnya hanya memerlukan objek tanpa diikuti pelengkap. Misalnya :
- Saya makan nasi goreng
- Ibu mencuci pakaian
· Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang
predikatnya memerlukan objek dan pelengkap, misalnya :
- Ali membelikan adiknya baju tadi malam
- Nurhani memasakkan nasi suaminya kemarin.
-
Suwarni mendengakan neneknya bicara di
kamar
· Kalimat semitransitif adalah kalimat tunggal yang
predikatnya dari semitransitif, misalnya :
- Alimuddin
kehilangan uang milyaran kemarin
- Rumah Pak Desa kemasukan pencuri.
- Ibu
Aminah kedatangan tamu dari
Jakarta
· Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata
kerja berawalan di- , misalnya
-
Rumah itu dibeli oleh Pak
Alimin Syahid.
- Motor itu dijual oleh Toko Mandala.
- Persoalan itu telah diselesaikan oleh Camat
Makassar
Ø Kalimat ajektival yakni kalimat
tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival, misalnya:
- Buku bahasa Inggrisku sangat tebal,
- Rumahku besar sekali
- Keluarga itu sangat sopan dan bijaksana
Ø Kalimat preposisional yakni kalimat
tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi, misalnya:
- Tempat tinggalnya di Makasar
- Beras ciliwung itu dari Sidrap
- Wesel pos ini untuk Miranda
Di samping itu, Menurt (Keraf, 1982)
kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas empat
macam, yakni:
1) Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang
digunakan bila kita ingin mengutarakan
suatu peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain.
Misalnya:
- Ali pergi ke Jakarta kemarin.
- Jalan itu sangat licin.
- Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.
2) Kalimat tanya.
Kalimat tanya, kalimat yang
maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan
sesuatu, yang di dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri:
(1) mengunakan intonasi tanya, dan
atau
(2) menggunakan kata tanya, dan atau
(3) menggunakan partikel -kah.
Misalnya, seperti berikut.
Ibu datang?
Kapan Ibu datang?
Akankah ibu datang?
Jenis kata tanya yang biasa
digunakan dalam kalimat tanya dapat dikelompokkan
menurut sifatnya, sebagai berikut :
· Untuk menanyakan
benda/hal: apa, untuk apa, tentang
apa. Misalnya :
- Apa yang kamu cari di sini?
- Untuk apa kamu bekerja siang dan malam?
- Tentang apa yang masih belum jelas bagimu?
· Untuk menanyakan
manusia: siapa, dengan siapa, untuk
siapa. Misalnya :
- Siapa yang kaucari kemarin sore?
- Dengan siapa Anda pergi ke Jakarta?
- Untuk siapa Anda bekerja keras selama ini?
· Untuk menanyakan
jumlah: berapa, berapa banyak. Misalnya
:
- Berapa buku yang Anda perlukan bulandepan?
- Berapa banyak uang yang akan kaupinjam
sekarang?
· Untuk menanyakan
pilihan: mana, yang mana, Misalnya:
- Mana yang kausenangi, membeli baju atau
celana?
- Yang mana kau pilih , belajar di Unhas atau
di UNM?
· Untuk menanyakan
tempat: di mana, ke mana, dari mana.
Misalnya :
- Di
mana engkau akan tiggal bulan depan?
- Ke
mana Dia akan pergi merantau?
-
Dari mana Amin pergi baru sekarang kelihatan?
· Untuk menanyakan
temporal: bila, kapan, bilamana,
apabila. Misalnya :
- Bila dia selesai studinya di UGM?
- Kapan Kamarudin menjadi dosen IPS di UNJ?
- Bilamana Hamid menyelesaikan pembangunan
rumahnya?
· Untuk menanyakan
kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat
apa. Misalnya:
- Mengapa Anda tidak mau menjadi guru?
- Apa sebabanya Anda jarang pergi ke kampung
halamannya?
- Akibat apa yang ditimbulkan jika malas
belajar di masa muda?
Kalimat tanya terdiri atas tiga
macam :
(1) Kalimat tanya biasa: kalimat
yang benar-benar menanyakan sesuatu.
(2) Kalimat tanya retoris: kalimat
yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi tidak perlu dijawab.
Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk menarik
perhatian pendengar.
(3) kalimat yang senilai perintah:
bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh, misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”
3) Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang
maksudnya menyuruh orang lain melakukan
sesuatu. Misalnya :
- Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
- Pergilah ke sekolah!
- Carilah pekerjaan apa saja, yang penting halal.
Kalimat perintah mempunyai beberapa
jenis:
· Suruhan
Misalnya
:
- Pergi dari sini!
- Makan obat dahulubaru ke sekolah!
· Permintaan.
Misalnya
:
- Tolong bawa surat ini ke kantor pos!
- Bisakah Anda buatkan lukisan pemandangan!
- Mohon buatkan meja kayu!
· Memperkenankan
Misalnya
:
- Masuklah ke dalam kalau Anda perlu!
- Silakan keluarlah jika ada yang mau dibeli!
- Disilakan berangkat dahulu!
· Ajakan
Misalnya:
- Marilah kita istirahat sejenak!
- Mari kita bekerja sama-sama!
- Ayo kita makan sama-sama!
· Larangan
Misalnya
:
- Jangan pergi hari ini!
- Tidak boleh pergi pada tengah malam!
- Jangan pergi ke pasar
· Bujukan
Misalnya
:
- Tidurlah ibu menjagamu, sayang!
- Makan bersama neneklah, nanti saya yang jaga
di luar!
· Harapan
Misalnya:
- Mudah-mudahan Anda selamat sampai di tujuan!
- Semoga Anda sehat wal’afiat!
- Semoga Anda sukses selalu!
4) Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang
mengungkapkan perasaan kagum. Karena
rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang
predikatnya adjektiva (Depdikbud, 1988).
Contoh :
- Alangkah bebasnya pergaulan mereka!
- Bukan main bodohnya anak itu!
- Sungguh cerdas anak itu!
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
di dalamnya terdapat lebih dari satu
pola kalimat, misalnya: SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat
(diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan). Contoh:
- Saya minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk setara)
- Kami sedang makan ketika paman datang kemarin. (majemuk bertingkat)
- Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian,
yang dimeriahkan oleh para artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida.
(majemuk
campuran)
Kalimat
majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni kalimat majemuk
setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terbagi atas
empat jenis: yakni kalimat majemuk
setara penambahan, kalimat majemuk setara pemilihan, kalimat majemuk setara perlawanan, dan
kalimat majemuk setara sebab.
· Kalimat majemuk
setara penambahan ádalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata
penghubung: dan, lagi pula, serta. Misalnya:
- Adi belajar IPS dan Erni belajar IPA.
- Tuti sangat pintar mejahit lagi pula sangat
baik budi
- Muhaimin pergi ke pasar serta pergi ke kebun
pada hari ini
· Kalimat majemuk
setara pemilihan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata
pengubung atau, baik... maupun. Misalnya:
- Engkau mau pergi ke Jakarta atau mau pergi
ke Semarang?
- Pemerintah perlu meningkatkan mutu
pendidikan, baik mutu pendidikan dasar-menengah maupun mutu pendidikan tinggi.
· Kalimat majemuk
setara perlawanan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung:
tetapi, namun, padahal. Misalnya:
- Dia mau belajar tetapi diberi hadiah dulu.
- Meskipun sakit jantung, Ali tetap bekerja di
bengkel.
- Dia kelihatan sehat padahal memiliki
penyakit kronis.
· Kalimat majemuk
setara sebab-akibat adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata
penghubung: sebab, karena, behubung,
akibat. Misalnya:
- Saya tidak pergi karena sakit.
- Kamaruddin tidak masuk bekerja sebab pergi
ke kampungnya.
- Hutan di hulu sungai Saddang sudah rusak
total, akibatnya sering banjir di hilir.
2) Kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat yang terdiri atas dua pola
kalimat atau lebih, satu sebagai induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai
anak kalimat (menerangkan). Atau, kalimat tunggal yang bagian-bagiannya
diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat
baru, selain pola pola yang sudah ada. Misalnya:
- Rumah kami kosong waktu pencuri masuk.
- Pak tani yang rajin itu memberantas hama padi.
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan
kalimat yang terdiri atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola
bawahan, atau sekurangkurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola
bawahan (Keraf, 1981). Misalnya:
- Universitas Negeri makassar telah melaksanakan seminar nasional tentang peningkatan mutu pendidikan, yang
dihadiri Menteri Pendidikan Nasional,
Gubernur Sulawesi Selatan, pejabat tinggi lainnya, serta pencinta pendidikan di kota Makassar dan
sekitarnya.
E. Pengertian
Semantik
Semantik sebagai istilah di dalam
ilmu bahasa mempunyai pengertian tertentu. Menurut Aminuddin (1998), Semantik
yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signift atau memaknai. Sebagai
istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan
anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian
dari linguistik.
Semantik dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Yunani sema (kata
benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah seamino yang berarti menandai atau
melambangkan. Yang dimaksud tanda atau lambang di sini adalah tanda-tanda
linguistik yang terdiri atas (1) komponen yang menggantikan, yang berwujud
bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komopnen pertama.
Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau
dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut
sebagai referent/acuan/hal yang ditunjuk.
Mengenai semantik Verhaar (1999:
385) mengemukakan bahwa semantik adalah
cabang linguistik yang meneliti arti atau makna yang terbagi lagi menjadi
semantik gramatikal dan semantik leksikal. Istilah semantik dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics,
yang asalnya dari bahasa Yunani, asal kata sema (nomina) yang berarti ‘tanda’; atau samaino (verba) yang berarti ‘menandai’ atau ‘berarti’. Istilah
semantik digunakan para ahli bahasa untuk menyebut salah satu cabang ilmu
bahasa yang bergerak pada tataran makna atau ilmu bahasa yang mempelajari
makna.
Kridalaksana (1993: 193-194) memberikan
pengertian semantik sebagai (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan
makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; (2) sistem dan
penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
Sementara itu, Keraf (1982) mengemukakan bahwa semantik adalah bagian dari
tatabahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan
perkembangan dari arti suatu kata. Sedangkan Harimurti (1982) mengemukakan
bahwanya, semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang membahas makna suatu
ungkapan atau kata atau cabang ilmu bahasa yang mengkaji antara lambang dan
referennya, misalnya kata kata kursi bereferen
dengan “sebuah benda yang fungsinya dipakai duduk dengan kaki terdiri atas
empat”.
Berdasarkan pengertian di atas,
semantik pada dasarnya merupakan salah satu cabang lingustik yang mengkaji
terjadinya berbagai kemungkinan makna suatu kata dan pengembangannya seiring
dengan terjadinya perubahan dalam masyarakat bahasa.
F. Pengertian
Diksi
Diksi
ialah pilihan kata yang tepat untuk mengungkapakan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. (KBBI,1997:233.). Diksi
menyangkut kecermatan dan ketelitian
memilih sejumlah kata yang relatif sinonim dalam konteks tertentu sehingga dapat memberikan kesan yang khusus, estetis,
dan tepat. Misalnya penggunaan kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas,
mangkat, pulang ke rahmatullah, mampus, tutup usia, tutup mata.
Kaitannya
dengan diksi atau pilihan kata, perlu dipahami dengan baik tentang perbedaan
antara :
a. Kata baku dan nonbaku
Kata baku ialah kata yang sesuai kaidah tatabahasa dan
nonbaku ialah kata yang tidak sejalan standar kaidah bahasa yang tepat,
misalnya
BAKU TIDAK
BAKU
Rapi rapih
Imbau himbau
Andal handal
Teknik tehnik
b. Kata abstrak dan konkret
Kata
abstrak adalah kata yang tidak mempunyai rujukan/objek yang jelas secara
inderawi, sedang kata konkret ialah kata yang rujukannya berupa objek yang
dapat diserap pancaindera, atau nyata, misalnya:
Abstrak : kesehatan, keadilan, dan kecintaan, dan sebaganya.
Konkret: berdiskusi, buku, pesawat terbang, dan sebagainya
c. Sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf
Pengertian
kelima istilah yang ada di atas menurut Keraf (1980) dan Tarigan (1986) adalah
sebagai berikut:
· Sinonim terbagi atas sin ‘sama’
dan onim ‘nama’. Berdasar arti
harfiah tersebut sinonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda namun
maknanya relatif mirip atau sama. Misalnya:
− cerdas,
− pintar,
− cakap,
− pandai.
· Antonim terdiri atas anti ‘lawan’
dan onim ‘nama’ . Berdasar dari
arti harfiah antonim adalah kata yang tulisan dan ucapannya sama sedang
maknanya berlawanan. Misalnya:
− besar >< kecil.
− tinggi >< rendah,
· Homograf terdiri atas homo ‘sama’
dan onim ‘nama’. Berdasar dari
arti harfiah tersebut, homograf ialah kata yang sama tulisan tetapi berbeda
ucapan dan maknanya. Misalnya:
− mental (terpelanting) dengan mental (jiwa)
− dekan (ulat) dengan dekan (pimpinan fakultas)
− tabel (keranda mayat) dengan tabel (kolom)
· Homofon terdiri atas homo ‘sama’
dan fon ‘bunyi. Berdasar pada
arti harfiah tersebut, homofon adalah kata yang relatif sama bunyinya tetapi
tulisan dan maknanya berbeda. Misalnya:
- bang (Andi) dengan bank (BRI).
· Homonim terdiri atas homo ‘sama’
dan onim ‘nama’ . Berdasarkan
arti harfiah tersebut homonim adalah kata yang tulisan dan ucapan sama tetapi
maknanya berbeda. Misalnya:
- bisa (dapat) dengan bisa (racun)
G. Jenis-jenis
Makna
Mansoer
Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan
istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata
maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan
bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini
Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian
makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu
tanda linguistik.
Dalam
Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
1. maksud pembicara;
2.
pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia;
3.
hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau
antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4.
cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Sebuah
kata mempunyai makna kognitif (denotatif, deskriptif), makna konotatif dan
makna emotif. Kata dengan makna kognitif ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
kata kognitif ini dipakai dalam bidang teknik. Kata konotatif dalam bahasa
Indonesia cenderung bermakna negatif, sedangkan kata emotif memiliki makna
positif. Berikut akan dibahas mengenai jenis-jenis makna berdasarkan berbagai
sumber yang telah dikemukakan oleh para ahli bahasa.
1. Makna sempit
Makna
sempit (narrowed meaning)
adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya
lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi (Djajasudarma, 1993). Selanjutnya, Djajasudarma
(1993: 7-8) menjelaskan bahwa kata-kata bermakna luas di dalam bahasa Indonesia
disebut juga makna umum (generik) digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau
ide yang umum. Gagasan atau ide yang umum bila dibubuhi rincian gagasan atau
ide, maka maknanya akan menyempit (memiliki makna sempit), seperti pada contoh
berikut:
- Pakaian dengan
pakaian wanita
- Saudara dengan
saudara kandung
saudara tiri
saudara sepupu
2. Makna luas
Makna
luas (widened meaning atau extended meaning)
adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan
(Djajasudarma, 1993: 8). Kata-kata yang berkonsep memiliki makna luas dapat
muncul dari makna yang sempit, seperti pada contoh bahasa Indonesia berikut:
-
Pakaian
dalam dengan pakaian
-
Kursi
roda dengan kursi
3.
Makna
denotatif
Makna denotatif adalah makna yang
menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna
denotatif adalah makna lugas, makna apa adanya. Makna denotatif tidak hanya
dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula pada
bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus (Djajasudarma, 1993:9). Jadi, makna kognitif adalah makna sebenarnya, bukan
makna kiasan atau perumpamaan.
4.
Makna
Konotatif
Makna konotatif adalah makna kata
yang mengandung nilai rasa (positif atau negatif) misalnya kata pembantu, asisten dan babu.
Kata pembantu bermakna denotasi tetapi asisten dan babu bermakna konotasi
positif dan negatif.
Tarigan (1986) membagi konotasi atas
dua bagian, yakni konotasi individual dan konotasi kolektif. Konotasi kolektif
dibagi atas:
a)
Konotasi
baik terdiri atas konotasi tinggi dan konotasi ramah. Misalnya:
-
konotasi tinggi: ikhtiar, imajinasi
cakrawala.
-
konotasi ramah: akur, besuk, cicil.
b)
Konotasi
tidak baik. Misalnya:
-
konotasi berbahaya : longsor, hantu
-
konotasi tidak pantas : kencing,
sundal
-
konotasi tidak enak misalnya: mata
duitan, mata keranjang
-
konotasi kasar misalnya: buta huruf ,
bodoh
-
konotasi keras misalnya: bobrok,
kacau-balau
c)
Konotasi
netral atau biasa
-
konotasi bentukan sekolah misalnya: agak
lumayan, pegawai negeri
-
konotasi kanak-kanak, misalnya: bobo,
mami, papi
5.
Makna
referensial
Makna referensial (referential meaning) adalah makna
unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar bahasa (objek
atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisi komponen; juga disebut
denotasi; lawan dari konotasi (Kridalaksana, 1993: 133).
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna
referensial kalau ada referentnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang
bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya,
kata-kata seperti dan, atau,
dan karena adalah termasuk
kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena kata-kata itu tidak mempunyai
referent.
6.
Makna
konstruksi
Kridalaksana (1993), makna
konstruksi (construction meaning)
adalah makna yang terdapat dalam konstruksi, misalnya, ‘milik’ yang dalam bahasa
Indonesia diungkapkan dengan urutan kata.
Contoh-contoh yang diberikan
Djajasudarma (1993) mengenai makna konstruksi ini antara lain:
1. Itu buku saya
2. Saya baca buku saya
3. Perempuan itu ibu saya
4. Rumahnya jauh dari sini
5. Di mana rumahmu?
7.
Makna
leksikal dan gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata
secara lepas tanpa ikatan dengan kata yang lainnya atau kata yang belum
mengalami afiksasi, atau perulangan, misalnya makan, satu, mata, sedang makna gramatikal adalah makna baru
yang timbul akibat terjadinya peristiwa gramatikal (pengimbuhan, reduplikasi,
atau pemajemukan), misalnya makanan,
satu-satu, matahari.
H. Perubahan
Makna
Kata
tertentu biasanya mengalami perubahan makna tertentu karena adanya perkembangan kondisi masyarakat dalam situasi tertentu.
Keraf (1982) mengemukakan perubahan
makna terdiri atas enam jenis. Keenam jenis
perubahan makna tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Meluas ialah kata yang
maknanya menjadi luas pemakaiannya.
Contoh:
− ikan dahulu hanya menunjuk jenis
binatang yang hidup di air tetapi sekarang meluas menjadi lauk pauk.
− Ibu dahulu hanya menunjukkan ibu
kandung tetapi sekarang juga digunakan untuk semua perempuan dewasa
− Bapak dahulu hanya menunjukkan ayah
kandung tetapi sekarang juga digunakan untuk semua pria yang sudah dewasa
2)
Menyempit ialah kata yang
maknanya semakin dan pengalami proses penyempitan penggunaannya.
Contoh:
− berlayar dahulu hanya digunakan dalam
konteks perahu yang menggunakan layar, tetapi sekarang juga digunakan untuk kapal
besi yang menggunakan mesin atau motor.
− Sarjana dahulu hanya digunakan untuk
semua orang cedekiawan tetapi sekarang hanya untuk lulusan universitas
3)
Amelioratif berasal dari
bahasa Latin melior ‘semakin
baik’. Dari kata tesebut dapat dikatakan bawah ameliorative ialah makna suatu kata yang semakin positif atau
baik.
Contoh:
- kata gendut dan gemuk. Gemuk mengalami peninggian makna dibanding gendut.
4)
Peyoratif berasal dari
bahasa Latin peyor ‘jelek’.
Maka peyoratif dapat dikatakan sebagai makna suatu kata yang mengalami
penurunan nilai atau semakin jelek. Misalnya:
− buta dianggap lebih jelek
dibandingkan tunanetra.
− gelandangan dianggap lebih jelek
dibandingkan tunawisma
5)
Sinestasia ialah perubahan
makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Misalnya:
−
kata “manis” (pengecap) tetapi
dapat pula dipakai pada kalimat “Perkataannya sangat manis’ (pendengaran)
6)
Asosiasi ialah perubahan
makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna yang lama dengan makna
yang baru, misalnya kursi dapat
pula dipakai dengan makna “jabatan”.
Dalan tulisan sederhana ini dapat
diambil kesimpulan bahwa Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frase. Sedangkan semantik bahasa Indonesia
merupakan bagian dari tatabahasa yang mengkaji
makna suatu kata dan perubahan atau pengembangan makna kata yang mungkin terjadi. Bagian-bagian yang dibahas dalam bidang
semantik meliputi diksi, jenis
makna, dan perubahan makna.
Pemahaman satuan sintaksis dan
semantik bahasa Indonesia bagi guru,
selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan
kemampuan berbahasa siswa. Sehingga, materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar
bahasa Indonesia yang baik SD, karena
dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam
membimbing anak didiknya sehingga semakin
mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar