Menulis Prosa Indonesia
Pembelajaran sastra di sekolah merupakan satu kesatuan
yang terintegrasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dengan mempelajari sastra,
seperti yang dikatakan oleh Horatius ’dulce et utile’.
Ungkapan yang berarti menyenangkan dan bermanfaat ini,
berkaitan dengan segala aspek hiburan yang diberikan dan
segala pengalaman hidup yang ditawarkan oleh sastra.
yang terintegrasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dengan mempelajari sastra,
seperti yang dikatakan oleh Horatius ’dulce et utile’.
Ungkapan yang berarti menyenangkan dan bermanfaat ini,
berkaitan dengan segala aspek hiburan yang diberikan dan
segala pengalaman hidup yang ditawarkan oleh sastra.
Agar pembelajaran sastra dapat diterima dengan baik,
pengajar sastra dituntut harus: (1) menyenangi sastra,
(2) menguasai materi sastra, (3) memahami hakikat dan
tujuan pembelajaran sastra, (4) memiliki kemampuan
mengapresiasi sastra, dan (5) menguasai metode pengajaran
dan penilaian sastra.
pengajar sastra dituntut harus: (1) menyenangi sastra,
(2) menguasai materi sastra, (3) memahami hakikat dan
tujuan pembelajaran sastra, (4) memiliki kemampuan
mengapresiasi sastra, dan (5) menguasai metode pengajaran
dan penilaian sastra.
Karena itu menulis prosa Indonesia diesuaikan dengan
tujuan apresiasi maka kompetensi yang ingin dicapai yaitu
dapat menulis prosa secara reseptif dan produktif agar
memeroleh pengetahuan dan keterampilan tentang
menulis prosa. Dengan demikian akan mendapatkan
pengetahuan dasar tentang sastra khsususnya apresiasi
prosa, bagaimana menikmati prosa, bahkan kesadaran
yang lebih baik terhadap diri sendiri, orang lain, serta
kehidupan sebagai upaya pembentukan watak atau
karakter yang baik.
tujuan apresiasi maka kompetensi yang ingin dicapai yaitu
dapat menulis prosa secara reseptif dan produktif agar
memeroleh pengetahuan dan keterampilan tentang
menulis prosa. Dengan demikian akan mendapatkan
pengetahuan dasar tentang sastra khsususnya apresiasi
prosa, bagaimana menikmati prosa, bahkan kesadaran
yang lebih baik terhadap diri sendiri, orang lain, serta
kehidupan sebagai upaya pembentukan watak atau
karakter yang baik.
1. Apa Itu Prosa ?
Prosa adalah salah satu jenis tulisan yang dibedakan
dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya
lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa"
yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar,
majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis
media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian,
yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah
prosa bahasa Indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat, sedangkan prosa baru adalah karangan bebas yang
terkontaminasi budaya Barat serta tidak terikat oleh
aturan-aturan apa pun.
dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya
lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa"
yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar,
majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis
media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian,
yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah
prosa bahasa Indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat, sedangkan prosa baru adalah karangan bebas yang
terkontaminasi budaya Barat serta tidak terikat oleh
aturan-aturan apa pun.
2. Jenis Prosa
Jenis prosa Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Prosa Naratif
yaitu karangan berisi penceritaan suatu peristiwa ataukejadian
dengan tujuan pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang
diceritakan dalam karangan.
dengan tujuan pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang
diceritakan dalam karangan.
b. Prosa Deskriptif
yaitu karangan berisi penggambaran suatu objek secara detail
sehingga pembaca seolah-olah melihat dan merasakan sendiri
objek yang digambarkan dalam karangan.
sehingga pembaca seolah-olah melihat dan merasakan sendiri
objek yang digambarkan dalam karangan.
c. Prosa Eksposisi
yaitu karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau
informasi sejelas-jelasnya agar pembaca memahami isi
pengetahuan atau informasi dengan benar.
informasi sejelas-jelasnya agar pembaca memahami isi
pengetahuan atau informasi dengan benar.
d. Prosa Argumentasi
yaitu karangan berisi ide atau gagasan yang dilengkapi
data-data kesaksian yang bertujuan memengaruhi pembaca
untuk enyatakan persetujuannya terhadap gagasan
dalam karangan.
data-data kesaksian yang bertujuan memengaruhi pembaca
untuk enyatakan persetujuannya terhadap gagasan
dalam karangan.
3. Unsur-Unsur Prosa
Layaknya seperti karya sastra yang lain prosa juga memiliki
unsur-unsur pembangun yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Berikut ini akan dibahas mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik
dalam prosa. Unsur intrinsik prosa terdiri atas :
unsur-unsur pembangun yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Berikut ini akan dibahas mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik
dalam prosa. Unsur intrinsik prosa terdiri atas :
3.1 Tema
yaitu pokok masalah atau persoalan sebagai dasar karangan,
yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang.
Tema prosa fiksi terutama novel terdiri atas tema utama dan
beberapa temabawahan. Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek)
hanya memiliki tema utama saja.
yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang.
Tema prosa fiksi terutama novel terdiri atas tema utama dan
beberapa temabawahan. Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek)
hanya memiliki tema utama saja.
3.2 Alur/Plot
Yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang dilukiskan pengarang
dalam suatu cerita rekaan yang terjalin satu dengan lainnya.
Alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu alur umum
dengan tahapan sebagai berikut :
dalam suatu cerita rekaan yang terjalin satu dengan lainnya.
Alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu alur umum
dengan tahapan sebagai berikut :
(1) Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)
Eksposisi adalah proses pemaparan dan pengenalan informasi
penting kepada pembaca. Melalui eksposisi seorang pengarang
mulai melukiskan atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan
alam maupun tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut serta
informasi-informasi yang akan disampaikan pengarang kepada
pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.
penting kepada pembaca. Melalui eksposisi seorang pengarang
mulai melukiskan atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan
alam maupun tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut serta
informasi-informasi yang akan disampaikan pengarang kepada
pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.
(2) Komplikasi (Pemunculan Masalah)
Komplikasi adalah permasalahan yang muncul dan terjadi di
antara para tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat,
maupun tokoh dengan suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.
antara para tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat,
maupun tokoh dengan suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.
(3) Klimaks (Puncak Ketegangan)
Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai
puncaknya (meruncing) dalam pengembangan peristiwa/cerita.
puncaknya (meruncing) dalam pengembangan peristiwa/cerita.
4) Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)
Antiklimaks adalah suatu hal yang ditandai dengan menurunnya
tingkat permasalahan yang terjadi pada tokoh dalam pengembangan
peristiwa/cerita.
tingkat permasalahan yang terjadi pada tokoh dalam pengembangan
peristiwa/cerita.
(5) Resolusi (Penyelesaian)
Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan penyelesaian
permasalahan atara tokoh dalam pengembangan cerita.
permasalahan atara tokoh dalam pengembangan cerita.
Berdasarkan tahapan alur dalam sebuah karangan/cerita,
alur dapat dibedakan menjadi alur lurus, arus sorot balik,
dan alur campuran.
alur dapat dibedakan menjadi alur lurus, arus sorot balik,
dan alur campuran.
(6) Alur Lurus (Alur Maju/Alur Agresif)
merupakan rangkaian cerita yang dikisahkan dari awal hingga
akhir tanpa mengulang kejadian yang telah lampau.
akhir tanpa mengulang kejadian yang telah lampau.
(7) Alur Sorot Balik (Alur Mundur/Alur Regresif/Flash Back)
merupakan rangkaian cerita yang mengisahkan kembali tokoh
di masa lampau.
di masa lampau.
Alur Campuran merupakan gabungan antara alur maju dan
alur sorot balik.
alur sorot balik.
Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam
pengembangan peristiwa/cerita, alur dapat dibedakan
menjadi alur rapat dan alur renggang.
pengembangan peristiwa/cerita, alur dapat dibedakan
menjadi alur rapat dan alur renggang.
Alur Rapat adalah alur yang terbentuk bila alur pembantu
mendukung alur pokoknya, sedangkan alur renggang adalah
alur yang terbentuk bila alur pokok tidak didukung oleh alur pembantu.
mendukung alur pokoknya, sedangkan alur renggang adalah
alur yang terbentuk bila alur pokok tidak didukung oleh alur pembantu.
Berdasarkan kuantitasnya alur juga dapat dibedakan
menjadi Alur Tunggal dan alur ganda. Alur tunggal yaitu
alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita dan memiliki
satu jalan cerita saja. Alur ini umumnya terdapat di dalam
cerpen. Alur Ganda yaitu alur yang terjadi pada sebuah
cerita dan memiliki jalan cerita lebih dari satu. Alur ini
umumnya terdapat pada novel.
menjadi Alur Tunggal dan alur ganda. Alur tunggal yaitu
alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita dan memiliki
satu jalan cerita saja. Alur ini umumnya terdapat di dalam
cerpen. Alur Ganda yaitu alur yang terjadi pada sebuah
cerita dan memiliki jalan cerita lebih dari satu. Alur ini
umumnya terdapat pada novel.
3.3 Tokoh
yaitu pelaku di dalam cerita yang berperan dalam setiap
insiden permasalahan. Tokoh dalam cerita dapat dibedakan
sebagai berikut :
insiden permasalahan. Tokoh dalam cerita dapat dibedakan
sebagai berikut :
(1) Tokoh Protagonis (tokoh utama/tokoh sentral)
yaitu tokoh dalam cerita yang umumnya bersifat baik dan
pembawa amanat cerita yang ditulis pengarang.
pembawa amanat cerita yang ditulis pengarang.
(2) Tokoh Antagonis (tokoh kontra)
yaitu tokoh lawan/tokoh penentang tokoh utama/protagonis,
umumnya memiliki sifat jahat.
umumnya memiliki sifat jahat.
(3) Tokoh Tritagonis (tokoh komplementer/ tokoh pelerai)
yaitu tokoh sampingan yang berperan sebagai tokoh pelerai
antara tokoh protagonis dan antagonis.
antara tokoh protagonis dan antagonis.
3.4 Penokohan
yaitu perwatakan atau karakteristik tokoh cerita. Untuk melihat
atau mengamati penggambaran watak atau karakteristik tokoh
cerita dapat dilakukan dengan metode analitik, dramatik, dan
kontekstual.
atau mengamati penggambaran watak atau karakteristik tokoh
cerita dapat dilakukan dengan metode analitik, dramatik, dan
kontekstual.
(1) Metode analitik adalah cara penggambaran watak/karakter
tokoh cerita secara langsung (eksplisit) misalnya penyayang,
penyabar, keras kepala, baik hati, pemarah, dan sebagainya.
tokoh cerita secara langsung (eksplisit) misalnya penyayang,
penyabar, keras kepala, baik hati, pemarah, dan sebagainya.
(2) Metode dramatik adalah cara penggambaran watak/karakter
tokoh cerita melalui percakapan tokoh dan perbuatan/tindakan
yang dilakukan tokoh, misalnya dialog tokoh, jalan pikiran tokoh,
perasaan tokoh, perbuatan tokoh, sikap tokoh, gambaran fisik,
dan sebagainya.
tokoh cerita melalui percakapan tokoh dan perbuatan/tindakan
yang dilakukan tokoh, misalnya dialog tokoh, jalan pikiran tokoh,
perasaan tokoh, perbuatan tokoh, sikap tokoh, gambaran fisik,
dan sebagainya.
(3) Metode kontekstual adalah cara penggambaran watak t
okoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya.
Lebih jelasnya, karakter tokoh dapat dilihat dan dipahami
dengan memberikan suatu lingkungan yang mengelilingi
tokoh, misalnya: kamar tokoh, rumah tokoh, tempat kerja
atau tempat tokoh berada. Watak tokoh terdiri atas sifat,
sikap, dan kepribadian tokoh. Penokohan dapat dilakukan
melalui dimensi fisik, psikis, dan sosial.
okoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya.
Lebih jelasnya, karakter tokoh dapat dilihat dan dipahami
dengan memberikan suatu lingkungan yang mengelilingi
tokoh, misalnya: kamar tokoh, rumah tokoh, tempat kerja
atau tempat tokoh berada. Watak tokoh terdiri atas sifat,
sikap, dan kepribadian tokoh. Penokohan dapat dilakukan
melalui dimensi fisik, psikis, dan sosial.
3.5 Latar (Setting)
yaitu gambaran lingkungan yang ditentukan oleh tempat/
lokasiperistiwa, misalnya di rumah sakit, daerah wisata,
daerah transmigran dan sebagainya. waktu kejadian seperti
tahun kejadian, musim hujan, masa perang, saat upacara,
masa panen, periode sejarah, dan sebagainya, dan suasana
kejadian di dalam cerita. Misalnya rasa aman, suasana damai,
kondisi gawat, suasana gembira, berduka atau berkabung,
kacau, galau, dan sebagainya
lokasiperistiwa, misalnya di rumah sakit, daerah wisata,
daerah transmigran dan sebagainya. waktu kejadian seperti
tahun kejadian, musim hujan, masa perang, saat upacara,
masa panen, periode sejarah, dan sebagainya, dan suasana
kejadian di dalam cerita. Misalnya rasa aman, suasana damai,
kondisi gawat, suasana gembira, berduka atau berkabung,
kacau, galau, dan sebagainya
3.6 Sudut Pandang (Point of View)
yaitu status atau kedudukan si pengarang dalam cerita.
Ada empat macam sudut pandang, antara lain :
1) Pengarang sebagai orang pertama. Pengarang dalam
hal ini adalah pelaku utama (tokoh akuan);
hal ini adalah pelaku utama (tokoh akuan);
2) Pengarang sebagai orang pertama pelaku sampingan;
3) Pengarang berada di luar cerita sebagai orang ketiga;
4) Kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan
kadang-kadang di luar cerita.
kadang-kadang di luar cerita.
3.7 Gaya Bahasa
yaitu cara yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan
maksud dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata,
atau kalimat. Gaya bahasa atau majas ibarat kendaraan bagi
seorang pengarang yang akan membawanya ke mana arah
tujuan yang ingin dicapainya. Gaya bahasa atau majas
merupakan faktor dominan dalam karya prosa fiksi.
maksud dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata,
atau kalimat. Gaya bahasa atau majas ibarat kendaraan bagi
seorang pengarang yang akan membawanya ke mana arah
tujuan yang ingin dicapainya. Gaya bahasa atau majas
merupakan faktor dominan dalam karya prosa fiksi.
3.8 . Amanat
yaitu pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui
cerita yang itulisnya. Pengarang menyampaikan amanatnya
secara eksplisit dan implisit Amanat eksplisit adalah amanat
pengarang yang disampaikan tertulis dalam arangan/ cerita
sehingga pembaca dapat dengan mudah menemukan amanat,
sedangkan amanat implicit adalah amanat yang disampaikan
pengarang secara tersirat (tersembunyi) dalam cerita.
pembaca agak sulit menemukan amanat implisit dalam
cerita. pembaca harus membaca keseluruhan isi cerita tersebut.
Unsur ekstrinsik prosa yakni unsur-unsur yang berasal dari
luar karya sastra, unsur-unsur ekstrinsik ini meliputi: nilai-nilai
dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi); latar belakang
kehidupan pengarang; dan situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.
cerita yang itulisnya. Pengarang menyampaikan amanatnya
secara eksplisit dan implisit Amanat eksplisit adalah amanat
pengarang yang disampaikan tertulis dalam arangan/ cerita
sehingga pembaca dapat dengan mudah menemukan amanat,
sedangkan amanat implicit adalah amanat yang disampaikan
pengarang secara tersirat (tersembunyi) dalam cerita.
pembaca agak sulit menemukan amanat implisit dalam
cerita. pembaca harus membaca keseluruhan isi cerita tersebut.
Unsur ekstrinsik prosa yakni unsur-unsur yang berasal dari
luar karya sastra, unsur-unsur ekstrinsik ini meliputi: nilai-nilai
dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi); latar belakang
kehidupan pengarang; dan situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.
4. Jenis Prosa
Berdasarkan jenisnya, prosa dapat dikelompokan menjadi prosa
lama dan prosa baru. Prosa lama merupakan karya sastra yang
belum mendapat pengaruh dari kebudayaan barat. Pada awalnya
prosa lama berbentuk lisan karena pada masa itu belum ditemukan
alat tulis-menulis. Namun, sekarang prosa lama juga dapat
ditemukan dalam bentuk tulisan seperti hikayat, sejarah,
kisah, dan dongeng. Adapun pengertian bentuk-bentuk prosa
lama tersebut adalah:
lama dan prosa baru. Prosa lama merupakan karya sastra yang
belum mendapat pengaruh dari kebudayaan barat. Pada awalnya
prosa lama berbentuk lisan karena pada masa itu belum ditemukan
alat tulis-menulis. Namun, sekarang prosa lama juga dapat
ditemukan dalam bentuk tulisan seperti hikayat, sejarah,
kisah, dan dongeng. Adapun pengertian bentuk-bentuk prosa
lama tersebut adalah:
1. Hikayat
merupakan cerita yang berisi tentang kehidupan para dewi, dewa,
pangeran, raja, dan lain-lain. Cerita-cerita yang ada di dalam hikayat
bersifat fiksi dan tidak masuk akal. Contohnya adalah Hikayat
Hang Jebat, Hikayat Nabi Sulaiman, Hikayat Raja Bijak, dan l
ain-lain. Sejarah (Tambo) adalah salah satu bentuk prosa lama
yang bercerita tentang peristiwa-peristiwa tertentu.
pangeran, raja, dan lain-lain. Cerita-cerita yang ada di dalam hikayat
bersifat fiksi dan tidak masuk akal. Contohnya adalah Hikayat
Hang Jebat, Hikayat Nabi Sulaiman, Hikayat Raja Bijak, dan l
ain-lain. Sejarah (Tambo) adalah salah satu bentuk prosa lama
yang bercerita tentang peristiwa-peristiwa tertentu.
2. Sejarah
SEJARAH sastra lama berbeda dengan sejarah yang ditulis pada
masa kini. Kebanyakan sastra lama sejarah disampaikan dengan
menambahkan penyedap atau bumbu-bumbu cerita sehingga
terdengar lebih menarik, sedangkan sejarah yang ditulis pada
masa kini sama persis dengan kejadian sebenarnya dan dapat
dibuktikan dengan fakta. Contoh bentuk prosa lama sejarah
adalah Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Sri Lanang
pada tahun 1612.
masa kini. Kebanyakan sastra lama sejarah disampaikan dengan
menambahkan penyedap atau bumbu-bumbu cerita sehingga
terdengar lebih menarik, sedangkan sejarah yang ditulis pada
masa kini sama persis dengan kejadian sebenarnya dan dapat
dibuktikan dengan fakta. Contoh bentuk prosa lama sejarah
adalah Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Sri Lanang
pada tahun 1612.
3. Kisah
adalah prosa lama yang berbentuk cerita-cerita pendek.
Biasanya kisah bercerita tantang sebuah perjalanan, pengalaman
atau petualangan orang-orang dahulu. Salah satu contoh prosa
lama kisah adalah Kisah Raja Abdullah menuju Kota Mekah.
Biasanya kisah bercerita tantang sebuah perjalanan, pengalaman
atau petualangan orang-orang dahulu. Salah satu contoh prosa
lama kisah adalah Kisah Raja Abdullah menuju Kota Mekah.
4. Dongeng
Salah satu bentuk prosa lama yang sangat populer. Bentuk prosa
lama ini bercerita tentang khayalan-khayalan masyrakat pada
zaman dahulu. Ragam dan bentuk dongeng pun berbeda-beda
sesuai dengan isinya. Bentuk-bentuk dongeng antara lain:
lama ini bercerita tentang khayalan-khayalan masyrakat pada
zaman dahulu. Ragam dan bentuk dongeng pun berbeda-beda
sesuai dengan isinya. Bentuk-bentuk dongeng antara lain:
1) Myth (Mitos)
Mite atau Myth adalah dongeng yang bercerita tentang kepercayan
terhadap alam gaib atau benda-benda magis. Contoh: Ratu
Pantai Selatan, Batu Menangis, asal-usul kuntilanak, dan lain-lain.
terhadap alam gaib atau benda-benda magis. Contoh: Ratu
Pantai Selatan, Batu Menangis, asal-usul kuntilanak, dan lain-lain.
2) Legenda
Bentuk dongeng ini bercerita tentang riwayat atau asal-usul
terjadinya sesuatu. Contohnya adalah Legenda Tangkuban Perahu,
Legenda Pulau Jawa, dan lain-lain.
terjadinya sesuatu. Contohnya adalah Legenda Tangkuban Perahu,
Legenda Pulau Jawa, dan lain-lain.
3) Fabel
Fabel merupakah bagian dari jenis cerita rakyat. Cerita rakyat
dikenal sebagai cerita yang mengandung unsur fantasi dan
berkembang secaraleluhur di masyarakat. Fabel sering disebut
sebagai cerita binatang karena pelaku utamanya terdiri atas
para binatang. Fabel ditulis dengan pesan tertentu, dengan
tujuan memberi pelajaran hidup kepada pembaca melalui
perilaku binatang yang menjadi tokoh cerita. Dalam fabel
tidak tertutup kemungkinan adanya tokoh manusia serta
benda-benda lain yang dapat berlaku seperti manusia.
Fabel bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Di Indonesia
binatang yang sering menjadi tokohutama fabel terutama kancil.
dikenal sebagai cerita yang mengandung unsur fantasi dan
berkembang secaraleluhur di masyarakat. Fabel sering disebut
sebagai cerita binatang karena pelaku utamanya terdiri atas
para binatang. Fabel ditulis dengan pesan tertentu, dengan
tujuan memberi pelajaran hidup kepada pembaca melalui
perilaku binatang yang menjadi tokoh cerita. Dalam fabel
tidak tertutup kemungkinan adanya tokoh manusia serta
benda-benda lain yang dapat berlaku seperti manusia.
Fabel bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Di Indonesia
binatang yang sering menjadi tokohutama fabel terutama kancil.
Selain bersifat menghibur, cerita rakyat juga merupakan sarana
untuk mengetahui: (1) asal-usul nenek moyang, (2) jasa atau
teladan pendahulu kita, (3) hubungan kekerabatan atau silsilah,
(4)asal mula suatu tempat, (5) adat-istiadat, dan (6) sejarah
benda pusaka (Pusat Bahasa, 2003:26). Pada umumnya
para pengarang cerita rakyat tidak diketahui namanya atau
bersifat anonim. Menurut jenisnya, cerita rakyat dapat dibagi
menjadi: mite, legenda, dan fabel.
untuk mengetahui: (1) asal-usul nenek moyang, (2) jasa atau
teladan pendahulu kita, (3) hubungan kekerabatan atau silsilah,
(4)asal mula suatu tempat, (5) adat-istiadat, dan (6) sejarah
benda pusaka (Pusat Bahasa, 2003:26). Pada umumnya
para pengarang cerita rakyat tidak diketahui namanya atau
bersifat anonim. Menurut jenisnya, cerita rakyat dapat dibagi
menjadi: mite, legenda, dan fabel.
4) Sage
Bentuk dongeng ini menceritakan tentang kisah-kisah kepahlawanan,
keberanian, maupun kisah kesaktian seseorang. Contohnya Ciung
Winara, Patih Gadjah Mada, Calon Arang, dan lain-lain.
keberanian, maupun kisah kesaktian seseorang. Contohnya Ciung
Winara, Patih Gadjah Mada, Calon Arang, dan lain-lain.
5) Jenaka atau Pandir
Dongeng jenaka atau pandir menceritakan tentang orang-orang
bodoh yang bernasib sial. Dongeng ini biasanya bersifat humor
dan menghibur pendengarnya dengan kelucuan-kelucuan yang
ada di dalam cerita. Contoh: Dongeng Abunawas, Dongeng Si
Pandir, dan lain-lain.
bodoh yang bernasib sial. Dongeng ini biasanya bersifat humor
dan menghibur pendengarnya dengan kelucuan-kelucuan yang
ada di dalam cerita. Contoh: Dongeng Abunawas, Dongeng Si
Pandir, dan lain-lain.
6) Mite
Mite berhubungan dengan kepercayaan masyarakat tentang
dewa-dewi dan kejadian gaib atau misteri. Contoh mite yang
terkenal yaitu cerita tentang Nyai Loro Kidul.
dewa-dewi dan kejadian gaib atau misteri. Contoh mite yang
terkenal yaitu cerita tentang Nyai Loro Kidul.
7) Legenda
merupakan cerita yang berhubungan dengan seorang tokoh,
peristiwa sejarah, tempat, atau kejadian alam. Legenda berisi
perpaduan antara kenyataan faktual dengan mitos atau khayalan.
Contoh legenda antara lain yaitu kisah Tangkuban Perahu.
peristiwa sejarah, tempat, atau kejadian alam. Legenda berisi
perpaduan antara kenyataan faktual dengan mitos atau khayalan.
Contoh legenda antara lain yaitu kisah Tangkuban Perahu.
Prosa Baru
Prosa Baru adalah bentuk prosa yang muncul setelah mendapat pengaruh
dari budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini muncul setelah
prosa lama dianggap telah kuno. Bentuk-bentuk prosa baru antara lain:
dari budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini muncul setelah
prosa lama dianggap telah kuno. Bentuk-bentuk prosa baru antara lain:
1. Roman
Roman adalah prosa baru yang menceritakan tentang kehidupan
seseorang, dimulai dari lahir hingga kematiannya. Prosa ini menyajikan
suatu aspek kehidupan masyarakat secara utuh dan menyeluruh serta
memiliki banyak alur yang bercabang-cabang. Salah satu contoh roman
adalah Layar Terkembang karya Sultan Takdir Ali Syahbana.
seseorang, dimulai dari lahir hingga kematiannya. Prosa ini menyajikan
suatu aspek kehidupan masyarakat secara utuh dan menyeluruh serta
memiliki banyak alur yang bercabang-cabang. Salah satu contoh roman
adalah Layar Terkembang karya Sultan Takdir Ali Syahbana.
2. Novel
Bentuk prosa baru ini menceritakan sebuah cerita atau kisah yang
panjang. Novel menceritakan sebagian kehidupan seseorang sebagai
tokoh utama yang engandung beberapa konflik. Konflik-konflik tersebutlah
yang mengubah kehidupan pelaku utamanya. Contohnya adalah Novel
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Ave Maria, dan lain-lain.
panjang. Novel menceritakan sebagian kehidupan seseorang sebagai
tokoh utama yang engandung beberapa konflik. Konflik-konflik tersebutlah
yang mengubah kehidupan pelaku utamanya. Contohnya adalah Novel
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Ave Maria, dan lain-lain.
3. Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk prosa baru yang cukup populer.
Prosa baru ini menceritakan sebuah pengalaman atau sebgaian kecil
kisah pelaku utamanya. Perbedaan cerpen dengan novel adalah konflik.
Pada cerpen hanya satu konflik dan tidak meyebabkan perubahan sikap
pada tokoh utama, sedangkan pada novel banyak ditemukan konflik.
Contoh cerpen antara lain Robohnya Surau Kami karya A.A Navis,
Keluarga Gerilya karya Pramoedya Ananta, dan lain-lain. Cerpen
dipelopori oleh Nathaniel Hawthorne dan Edgar Allan Poe, dan
mulai berkembang di Amerika Serikat pada abad ke-19. Di Indonesia
M. Kasim dianggap sebagai pelopor cerpen dengan terbitnya cerpen
Teman Duduk pada tahun 50-an. Ayip Rosidi menyingkat kata ‘cerita
pendek’ menjadi cerpen, dan istilah itu populer hingga saat ini.
Menurut Eddy (1991:46) ciri utama sebuah cerpen meliputi:
(1) hanya mengungkap satu masalah tunggal atau satu ide pusat,
(2) menunjukkan adanya kebulatan cerita, serta (3) memusatkan
perhatian pada satu tokoh utama dan pada satu situasi tertentu.
Karena waktu penceritaannya yang pendek, maka cerpen hanya
berisi satu episode kehidupan manusia. Sebagai karya imajinatif,
hal yang diceritakan belum tentu pernah terjadi tetapi mungkin
saja dapat terjadi, karena cerpen dibuat berdasarkan kenyataan
kehidupan. Selain itu, kekuatan cerpen terletak pada penggunaan
bahasanya yang sederhana namun sugestif. Membaca cerpen
berarti mencoba memahami manusia dan memperoleh nilai-nilai
kehidupan, bukan sekadar mengetahui jalan cerita.
Oleh sebab itu, unsur perwatakan tokoh lebih dominan
dibandingkan dengan unsur cerita.
kisah pelaku utamanya. Perbedaan cerpen dengan novel adalah konflik.
Pada cerpen hanya satu konflik dan tidak meyebabkan perubahan sikap
pada tokoh utama, sedangkan pada novel banyak ditemukan konflik.
Contoh cerpen antara lain Robohnya Surau Kami karya A.A Navis,
Keluarga Gerilya karya Pramoedya Ananta, dan lain-lain. Cerpen
dipelopori oleh Nathaniel Hawthorne dan Edgar Allan Poe, dan
mulai berkembang di Amerika Serikat pada abad ke-19. Di Indonesia
M. Kasim dianggap sebagai pelopor cerpen dengan terbitnya cerpen
Teman Duduk pada tahun 50-an. Ayip Rosidi menyingkat kata ‘cerita
pendek’ menjadi cerpen, dan istilah itu populer hingga saat ini.
Menurut Eddy (1991:46) ciri utama sebuah cerpen meliputi:
(1) hanya mengungkap satu masalah tunggal atau satu ide pusat,
(2) menunjukkan adanya kebulatan cerita, serta (3) memusatkan
perhatian pada satu tokoh utama dan pada satu situasi tertentu.
Karena waktu penceritaannya yang pendek, maka cerpen hanya
berisi satu episode kehidupan manusia. Sebagai karya imajinatif,
hal yang diceritakan belum tentu pernah terjadi tetapi mungkin
saja dapat terjadi, karena cerpen dibuat berdasarkan kenyataan
kehidupan. Selain itu, kekuatan cerpen terletak pada penggunaan
bahasanya yang sederhana namun sugestif. Membaca cerpen
berarti mencoba memahami manusia dan memperoleh nilai-nilai
kehidupan, bukan sekadar mengetahui jalan cerita.
Oleh sebab itu, unsur perwatakan tokoh lebih dominan
dibandingkan dengan unsur cerita.
4. Riwayat
Riwayat menceritakan sebuah kisah yang berisi tentang pengalaman-
pengalam hidup seseorang yang diangkat dari kisah nyata orang tersebut
dari lahir hingga meninggal. Biasanya yang diceritakan adalah tokoh-tokoh
terkenal dan menginspirasi orang banyak. Ada beberapa jenis riwayat
yaitu biografi dan otobiografi. Biografi merupakan kisah tokoh yang
ditulis oleh orang lain, sedangkan otobiografi kisah yang ditulis oleh
orang yang bersangkutan.
pengalam hidup seseorang yang diangkat dari kisah nyata orang tersebut
dari lahir hingga meninggal. Biasanya yang diceritakan adalah tokoh-tokoh
terkenal dan menginspirasi orang banyak. Ada beberapa jenis riwayat
yaitu biografi dan otobiografi. Biografi merupakan kisah tokoh yang
ditulis oleh orang lain, sedangkan otobiografi kisah yang ditulis oleh
orang yang bersangkutan.
5. Kritik
Kritik berbentuk sebuah uraian pertimbangan seseorang terhadap suatu
hasil kerja atau karya orang lain. Kritik berisi alasan-alasan tertentu dan
bersifat objektif atau menghakimi.
hasil kerja atau karya orang lain. Kritik berisi alasan-alasan tertentu dan
bersifat objektif atau menghakimi.
6. Resensi
Resensi adalah prosa baru yang isinya membicarakan atau
mengulas suatu karya baik yang berbentuk buku, film, lagu maupun
jenis karya seni lainnya. Resensi bertujuan untuk memberikan
penilaian terhadap suatu karya baik dari segi tema, tokoh, alur dan
unsur-unsur lainnya agar menjadi pertimbangan bagi pembaca
untuk menikmati atau tidak karya tersebut.
7. Esai
Bentuk prosa baru yang terakhir adalah Esai. Prosa ini berisi
tulisan-tulisan yang berisi pendapat pribadi penulisnya terhadap
sesuatu yang sedang menjadi bahan pembicaraan hangat di
masyarakat.
Jenis prosa fiksi yang banyak dikenal orang yaitu cerita pendek
(cerpen) dan novel. Dahulu orang membedakan antara novel
dengan roman. Pada modul ini pembahasan dibatasi hanya paca
cerpen dan fabel yang merupakan bagian dari cerita rakyat.
(cerpen) dan novel. Dahulu orang membedakan antara novel
dengan roman. Pada modul ini pembahasan dibatasi hanya paca
cerpen dan fabel yang merupakan bagian dari cerita rakyat.
1. Mengarang Prosa Indonesia
Kegiatan menulis cerpen dilakukan mulai tahap yang sederhana, misalnya
menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerpen yang pernah dibaca,
atau menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
Memang sulit menentukan patokan pendeknya sebuah cerita pendek.
Namun yang jelas, sebuah cerpen harus memenuhi komposisi:
perkenalan, pertikaian, danpenyelesaian.
menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerpen yang pernah dibaca,
atau menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
Memang sulit menentukan patokan pendeknya sebuah cerita pendek.
Namun yang jelas, sebuah cerpen harus memenuhi komposisi:
perkenalan, pertikaian, danpenyelesaian.
Sebelum menulis cerpen, hendaknya menentukan terlebih dahulu
tujuan menulis cerpen. Apabila sudah dapat menemukan tujuannya,
maka segala pengembangan imajinasi dan kreasi Anda akan terfokus
pada pencapaian tujuan tersebut. Langkah selanjutnya ialah menentukan
objek penulisan, yang dapat diambil dari kabar, pengamatan, atau
pengalaman diri sendiri, serta pengalaman orang lain.
tujuan menulis cerpen. Apabila sudah dapat menemukan tujuannya,
maka segala pengembangan imajinasi dan kreasi Anda akan terfokus
pada pencapaian tujuan tersebut. Langkah selanjutnya ialah menentukan
objek penulisan, yang dapat diambil dari kabar, pengamatan, atau
pengalaman diri sendiri, serta pengalaman orang lain.
Mengarang cerpen jangan sibuk memikirkan judul lebih dulu,
meskipun diakui judul berperan penting sebagai faktor pertama
pembangkit minat orang untuk membaca cerpen tersebut.
Oleh sebab itu, memilih judul harus perhatikan hal-hal berikut ini.
pembangkit minat orang untuk membaca cerpen tersebut.
Oleh sebab itu, memilih judul harus perhatikan hal-hal berikut ini.
a. Pilih judul yang singkat dan menarik
b. Hindari judul-judul yang klise, yang sudah ada, atau banyak dipakai orang
c. Pilih judul yang ‘menggelitik’ atau bahkan provokatif tapi tetap santun
Mengapresiasi Prosa
Kata apresiasi secara harfiah berarti ‘penghargaan’ terhadap suatu
objek, hal, kejadian, atau pun peristiwa. Untuk dapat memberi
penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal
sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak
dengan seadil-adilnya terhadap sesuatu itu,
objek, hal, kejadian, atau pun peristiwa. Untuk dapat memberi
penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal
sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak
dengan seadil-adilnya terhadap sesuatu itu,
sebelum kita dapat memberi pertimbangan bagaimana penghargaan
yang akan diberikan terhadap sesuatu itu. Kalau yang dimaksud
dengan sesuatu itu adalah karya sastra, lebih tepat iagi karya sastra
prosa, maka apreciasi berati memberi penghargaan dengan sebaik-b
aiknya dan seohjektif mungkinterhadap karya sastra prosa itu.
Penghargaan yang seobjektif mungkin, artinya penghargaan itu
dilakukan setelah karya sastra kita baca, kita telaah unsur-unsur
pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi
kita terhadap karya sastra itu.
yang akan diberikan terhadap sesuatu itu. Kalau yang dimaksud
dengan sesuatu itu adalah karya sastra, lebih tepat iagi karya sastra
prosa, maka apreciasi berati memberi penghargaan dengan sebaik-b
aiknya dan seohjektif mungkinterhadap karya sastra prosa itu.
Penghargaan yang seobjektif mungkin, artinya penghargaan itu
dilakukan setelah karya sastra kita baca, kita telaah unsur-unsur
pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi
kita terhadap karya sastra itu.
Seperti sudah dibicarakan, prosa atau prosa fiksi adalah sebuah bentuk
karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh
jumlah kata dan unsur musikalitas. Bahasa yang tidak terikat itu digunakan
untuk menyampaikan tema atau pokok persoalan dengan sebuah amanat
yang ingin disampaikan berkenaan dengan tema tersebut. Oleh karena itu,
dalamapresiasi dengan tujuan membenkan penghargaan terhadap
karya prosa itu, kita haruslah bisa “membongkar” dan menerangjelaskan
hal-hal yang berkenaan dengan ukuran keindahan dan “kelebihan”
karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat
diharapkan bersifat tepat dan objektif. Suatu apresiasi sastra,
menurut Maidar Arsjad dkk dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan.
Tahap-tahap tersebut adalah.
karya sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh
jumlah kata dan unsur musikalitas. Bahasa yang tidak terikat itu digunakan
untuk menyampaikan tema atau pokok persoalan dengan sebuah amanat
yang ingin disampaikan berkenaan dengan tema tersebut. Oleh karena itu,
dalamapresiasi dengan tujuan membenkan penghargaan terhadap
karya prosa itu, kita haruslah bisa “membongkar” dan menerangjelaskan
hal-hal yang berkenaan dengan ukuran keindahan dan “kelebihan”
karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat
diharapkan bersifat tepat dan objektif. Suatu apresiasi sastra,
menurut Maidar Arsjad dkk dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan.
Tahap-tahap tersebut adalah.
1. Tahap penikmatan atau menyenangi.
Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah membaca karya sastra
(puisi atau novel}, menghadiri acara deklamasi, dan sebagainya.
2. Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat
kebaikan, nilai, atau manfaat suatu karya sastra, dan merasakan
pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan sebagainya.
kebaikan, nilai, atau manfaat suatu karya sastra, dan merasakan
pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan sebagainya.
3. Tahap pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti
dan menganalisis unsure intrinsik dan unsur ektrinsik suatu
karya sastra, serta berusaha menyimpulkannya.
4. Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis
lebih lanjut akan suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya
beserta argumentasinya; membuat tafsiran dan menyusun pendapat
berdasarkan analisis yang telah dibuat.
lebih lanjut akan suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya
beserta argumentasinya; membuat tafsiran dan menyusun pendapat
berdasarkan analisis yang telah dibuat.
5. Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah melahirkan
ide baru, mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil
operasional dalam mencapai material, moral, dan struktural untuk
kepentingan sosial, politik, danbudaya.
ide baru, mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil
operasional dalam mencapai material, moral, dan struktural untuk
kepentingan sosial, politik, danbudaya.
Teknik Menulis Prosa
Bagi sebagian orang menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan,
terlebih pula menulis prosa. Sebagai keterampilan berbahasa menulis
membutuhkan dasar untuk menjadi sebuah bacaan yang menarik bagi
pembacanya. Sebagai guru bahasa menulis merupakan satu keterampilan
yang perlu diberikan kepada anak didik yang diharapkan mampu
memanfaatkannya sebagai kecakapan hidup (life skill).
Walaupun tidak diharapkan menjadi satrawan tetapi menulis dapat
menjadi penunjang tambahan bagi kehidupan mereka. Pengalaman
juga menjadi salah satu modal bagi seorang penulis.
terlebih pula menulis prosa. Sebagai keterampilan berbahasa menulis
membutuhkan dasar untuk menjadi sebuah bacaan yang menarik bagi
pembacanya. Sebagai guru bahasa menulis merupakan satu keterampilan
yang perlu diberikan kepada anak didik yang diharapkan mampu
memanfaatkannya sebagai kecakapan hidup (life skill).
Walaupun tidak diharapkan menjadi satrawan tetapi menulis dapat
menjadi penunjang tambahan bagi kehidupan mereka. Pengalaman
juga menjadi salah satu modal bagi seorang penulis.
Pengalaman merupakan salah satu alternatif selain imajinasi untuk
mengembangkan sebuah tulisan. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan, di antaranya sebagai berikut:
1. Teknik Reportase (deskripsi) merupakan teknik ulasan dari peristiwa
yang dilihat baik peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa
pengalaman. Objek tempat dan konflik menjadi dasar untuk
mengembangkannya menjadi sebuah tulisan prosa.
yang dilihat baik peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa
pengalaman. Objek tempat dan konflik menjadi dasar untuk
mengembangkannya menjadi sebuah tulisan prosa.
2. Teknik Evita merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan
siswa secara langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan
ditulis. Langkah pertama memunculkan seorang tokoh bernama
Evita yang dalam hal ini dijadikan sebagai objek konflik, langkah
kedua siswa menjadi tokoh lain yang terlibat peristiwa dengan
langsung mendialogkan dengan tokoh lain.Selanjutnya siswa diminta
untuk mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka
dialogkan menjadi sebuah prosa. Terserah siswa akan
siswa secara langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan
ditulis. Langkah pertama memunculkan seorang tokoh bernama
Evita yang dalam hal ini dijadikan sebagai objek konflik, langkah
kedua siswa menjadi tokoh lain yang terlibat peristiwa dengan
langsung mendialogkan dengan tokoh lain.Selanjutnya siswa diminta
untuk mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka
dialogkan menjadi sebuah prosa. Terserah siswa akan
memulai dari peristiwa mana yang penting dasar cerita mereka
sesuai dengan konflik yang mereka dialogkan.
sesuai dengan konflik yang mereka dialogkan.
3. Teknik Kenangan Lama merupakan teknik menulis prosa dengan
melibatkan memori (kenangan) yang paling berkesan dalam diri
siswa. kemampuan menggali sesuatu yang pernah dialami dan
keterampilan meramu konflik menjadi sebuah alur yang runtut
merupakan satu modal besar bagi siswa.
4. Teknik Dia yang Malang merupakan teknik menulis prosa dengan
menceritakan teman, sahabat, atau orang lain yang mengalami peristiwa
tragis atau mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu
bagian yang menarik untuk masuk ke inti cerita.
tragis atau mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu
bagian yang menarik untuk masuk ke inti cerita.
Maksudnya sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali dengan
peritiwa pertemuan dengan tokoh yang malang kemudian dia menceritakan,
setelah itu akhiri dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang
sama saat pertemuan pertama.Jadi ending cerita berlatar sama dengan
latar pertemuan. Demikian empat teknik yang sangat mudah dilaksanakan
sebagaidasar sebelum menulis. Jadi menulis prosa itu mudah.
Selamat mencoba.
peritiwa pertemuan dengan tokoh yang malang kemudian dia menceritakan,
setelah itu akhiri dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang
sama saat pertemuan pertama.Jadi ending cerita berlatar sama dengan
latar pertemuan. Demikian empat teknik yang sangat mudah dilaksanakan
sebagaidasar sebelum menulis. Jadi menulis prosa itu mudah.
Selamat mencoba.
Selain teknik di atas, menulis prosa juga dapat dilakukan berdasarkan
jenisnya, yaitu:
1. Prosa Deskripsi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis prosa deskripsi
sebagai berikut.
a. Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
b. Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam
penulisan tersebut;
c. Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan
oleh penulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan
dengan tujuan penulisan;
oleh penulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan
dengan tujuan penulisan;
d. Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
Deskripsi menyajikan gambaran tentang suatu hal, suatu masalah
atau suatu benda. Dengan kata lain karangan yang bercorak deskriptif
isinya melukiskan suatu hal, suatu masalah, suatu peristiwa atau suatu benda.
isinya melukiskan suatu hal, suatu masalah, suatu peristiwa atau suatu benda.
Deskripsi sering kita jumpai sebagai bagian dari suatu narasi, bila
pengarang melukiskan wajah seorang pelaku, sosok seorang tokoh,
bila pengarang menggambarkan kamar atau rumah tinggal para
pelaku cerita, melukiskan keindahan pantai senja hari dan lainnya.
Tetapi dapat saja deskripsi berupa karangan yang utuh yang membahas
suatu tema. Untuk menyusun karangan deskripsi sebenarnya langkah-
langkah yang kita tempuh sama saja dengan corak karangan yang lain
seperti argumentasi, eksposisi dan persuasi.
pengarang melukiskan wajah seorang pelaku, sosok seorang tokoh,
bila pengarang menggambarkan kamar atau rumah tinggal para
pelaku cerita, melukiskan keindahan pantai senja hari dan lainnya.
Tetapi dapat saja deskripsi berupa karangan yang utuh yang membahas
suatu tema. Untuk menyusun karangan deskripsi sebenarnya langkah-
langkah yang kita tempuh sama saja dengan corak karangan yang lain
seperti argumentasi, eksposisi dan persuasi.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
A. Merumuskan tujuan
Tujuan penting sekali untuk kita rumuskan lebih dahulu, karena tujuan
penulisan karangan merupakan pedoman dalam menyusun karangan
selanjutnya. Tujuan juga menjadi pedoman dalam mencari data-data
yang diperlukan untuk melukiskan masalah yang akan kita bahas dan
kembangkan. Sebagai contoh kita dapat merumuskan tujuan, misalnya
penulisan karangan merupakan pedoman dalam menyusun karangan
selanjutnya. Tujuan juga menjadi pedoman dalam mencari data-data
yang diperlukan untuk melukiskan masalah yang akan kita bahas dan
kembangkan. Sebagai contoh kita dapat merumuskan tujuan, misalnya
Memberi gambaran kepada pembaca khususnya para pelajar akan
perlunya menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan sekitarnya.
perlunya menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan sekitarnya.
B. Mengumpulkan data
Bila topik telah kita ketahui, tujuan telah kita rumuskan, selanjutnya
kita mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam deskripsi kita dapat
mengumpulkan data melalui a) penglihatan : apa yang kita lihat
di sekitar kita.
kita mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam deskripsi kita dapat
mengumpulkan data melalui a) penglihatan : apa yang kita lihat
di sekitar kita.
b) pendengaran : apa yang kita dengar
c) apa yang kita rasakan dan apa yang kita alami Pengalaman pun akan
membantu menambah data. Data yang terkumpul kita inventarisasi,
kita seleksi dan kita susun dalam kerangka karangan.
membantu menambah data. Data yang terkumpul kita inventarisasi,
kita seleksi dan kita susun dalam kerangka karangan.
C. Kerangka karangan
Langkah selanjutnya ialah membuat kerangka karangan. Seperti telah
kita ketahui, kerangka karangan yang terinci dengan baik akan
memudahkan kita menyusun sebuah karangan selanjutnya.
Dengan kerangka yang baik kita dapat menyusun kerangka
secara teratur, sistematis, tidak meloncat-loncat, terhindar dari
pengolahan pokok pikiran sampai dua kali atau lebih dalam satu
kita ketahui, kerangka karangan yang terinci dengan baik akan
memudahkan kita menyusun sebuah karangan selanjutnya.
Dengan kerangka yang baik kita dapat menyusun kerangka
secara teratur, sistematis, tidak meloncat-loncat, terhindar dari
pengolahan pokok pikiran sampai dua kali atau lebih dalam satu
karangan.
2. Prosa Eksposisi
Langkah-langkah dalam menulis prosa eksposisi:
a. Menentukan topik yang akan disajikan;
b. Menentukan tujuan eksposisi;
c. Membuat kerangka yang lengkap dan sistematis. Isi kerangka karangan
eksposisi ini harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis;
eksposisi ini harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis;
d. Mengembangkan eksposisi sesuai dengan kerangka karangan .
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam
mengembangkan eksposisi dapat memaknai pola sebagai berikut:
a. Definisikan, apa itu?
b. Klasifikasikanlah, ceritakan apa itu?
c. Ilustrasikanlah dengan contoh, gambar, grafik dan sebagainya.
d. Bandingkanlah atau pertentangkanlah dengan hal lain, apakah
kesamaan atau perbedaannya?
e. Analisislah, apa sebab dan akibatnya secara fungsional?
3. Prosa Argumentasi
Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan prosa argumentasi
sebagai berikut.
a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai
b. Mengumpulkan bahan, yakni kumpulan fakta dan kesaksian
c. Menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan cara menghubung-
hubungkan data harus hati-hati, penulis harus bekerja dengan penalaran
yang sehat. Penalaran dalam mengambil kesimpulan dapat dilakukan
secara induksi atau deduksi. Penalaran secara induksi maksudnya
penalaran itudimulai dengan mengemukakan bukti-bukti nyata, kemudian
diakhiri dengan suatu kesimpulan, sedangkan kalau secara deduksi,
penalaran, baru kemudian diikuti dengan bukti-bukti nyata.
hubungkan data harus hati-hati, penulis harus bekerja dengan penalaran
yang sehat. Penalaran dalam mengambil kesimpulan dapat dilakukan
secara induksi atau deduksi. Penalaran secara induksi maksudnya
penalaran itudimulai dengan mengemukakan bukti-bukti nyata, kemudian
diakhiri dengan suatu kesimpulan, sedangkan kalau secara deduksi,
penalaran, baru kemudian diikuti dengan bukti-bukti nyata.
d. Penutup. Pada bagian ini penulis mengajak, mendorong dan
meyakinkan pembaca agar mau menerima dan mengakui kebenaran
argumentasi dari penulis. Sehingga pembaca mau dan mampu
melaksanakan pendapat, gagasan atau saran dari penulis.
meyakinkan pembaca agar mau menerima dan mengakui kebenaran
argumentasi dari penulis. Sehingga pembaca mau dan mampu
melaksanakan pendapat, gagasan atau saran dari penulis.
4. Prosa Narasi
Adapun langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.
b. Menetapkan atau memilih tema dan menyusun topik-topik atau
pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tujuan.
pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tujuan.
c. Mengelompokkan pokok-pokok pikiran menjadi tiga bagian, yaitu
untuk bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.
d. Mengembangkan tiap-tiap bagian, yakni pada bagian awal penulis
menuturkan pokok-pokok pikiran yang membawa dan menarik pembaca
ke dalam narasi; pada bagian tengah penulis menuturkan informasi
yang berkenaan dengan titik konflik itu terjadi. Pada bagian ini konflik
didramatisasi sebagai informasi bagi pembaca untuk memahami narasi.
Kemudian, pada bagian akhir adalah sebagai pembayangan yang akan
terjadi atau sebagai bagian penjelasa konflik tersebut.
ke dalam narasi; pada bagian tengah penulis menuturkan informasi
yang berkenaan dengan titik konflik itu terjadi. Pada bagian ini konflik
didramatisasi sebagai informasi bagi pembaca untuk memahami narasi.
Kemudian, pada bagian akhir adalah sebagai pembayangan yang akan
terjadi atau sebagai bagian penjelasa konflik tersebut.
5. Prosa Persuasi
a. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis prosa persuasi,
adalah sebagai berikut:
adalah sebagai berikut:
b. Menentukan tujuan karangan.
c. Menentukan tema karangan.
d. Menyusun pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan.
e. Mengembangkan pokok-pokok pikiran, dengan uraian yang jelas dan
contoh-contoh yang nyata manfaat dari objek yang dijadika objek dalam
tema karangan.
contoh-contoh yang nyata manfaat dari objek yang dijadika objek dalam
tema karangan.
f. Penutup. Disini penulis menyimpulkan hasil pegembangan pokok-pokok
pikiran tadi, terutama hal-hal yang mendorong agar pembaca menjadilebih
terbuka hatinya, sehingga mau mengikuti gagasan penulis
pikiran tadi, terutama hal-hal yang mendorong agar pembaca menjadilebih
terbuka hatinya, sehingga mau mengikuti gagasan penulis
Teknik Pembelajaran Apresiasi Prosa
Pembelajaran apresiasi prosa dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru memilih sebuah novel atau cerita pendek yang sesuai dengan usia
murid, tingkat kelas, dan norma kehidupan. Mengingat waktu yang terbatas
barangkali cukup dipilih sebuah cerpen yang cukup pendek, Guru harus
membacanya dulu, mempelajari semua unsui-unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik yang dijalin dalam cerpen tersebut sebaik-baiknya. Juga
mencoba mencari informasi yang seluas-luasnya yang berhubungan
dengan pengarang dan karya-karya pengarang tersebut.
murid, tingkat kelas, dan norma kehidupan. Mengingat waktu yang terbatas
barangkali cukup dipilih sebuah cerpen yang cukup pendek, Guru harus
membacanya dulu, mempelajari semua unsui-unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik yang dijalin dalam cerpen tersebut sebaik-baiknya. Juga
mencoba mencari informasi yang seluas-luasnya yang berhubungan
dengan pengarang dan karya-karya pengarang tersebut.
2. Guru menyuruh murid membaca cerita pendek tersebut dengan
serius (Andaikata cerita pendek tersebut cukup panjang, barangkali
bisa juga siswa disuruh membaca dulu di rumah schari sebelumnya)
sctclah selesai guru mengajukan pertanyaan,
serius (Andaikata cerita pendek tersebut cukup panjang, barangkali
bisa juga siswa disuruh membaca dulu di rumah schari sebelumnya)
sctclah selesai guru mengajukan pertanyaan,
misalnya:
Bagaimana kesan Anda terhadap cerpen tersebut? hal-hal apa saja
yang anda peroleh setelah membaca prosa tersebut?.
Kalau tidak ada yang menjawab, guru mcmberi pertanyaan penegasan:
Menarikkah cerita tersebut? Jawaban siswa mungkin bermacam-macam
(menarik, tidak menarik, membosankan, tidak tahu, dsb). Dari jawaban
ini guru mengajak siswa untuk menelaahnya lebih jauh lagi.
Menarikkah cerita tersebut? Jawaban siswa mungkin bermacam-macam
(menarik, tidak menarik, membosankan, tidak tahu, dsb). Dari jawaban
ini guru mengajak siswa untuk menelaahnya lebih jauh lagi.
3. Guru membimbing siswa untuk menganalisis lebih jauh lagi mengenai
unsur-unsur cerita tersebut, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Kegiatan ini dilakukan secara klasikal, dengan rnemanfaatkan interaksi
guru-siswa, siswa-guru,dan siswa-siswa secara maksimal. Urutan
penganalisisan dan jenis pertanyaan, pembimbingan dapat dilakukan
sebagai berikut:
unsur-unsur cerita tersebut, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Kegiatan ini dilakukan secara klasikal, dengan rnemanfaatkan interaksi
guru-siswa, siswa-guru,dan siswa-siswa secara maksimal. Urutan
penganalisisan dan jenis pertanyaan, pembimbingan dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. plot (alur) certia tersebut
b. tokoh-tokoh dengan wataknya masing-masing
c. sudut pandang atau pusat cerita teresebut
d. tema dan amanat dari cerita tersebut
e. penggunaan bahasa dan gaya bahasa yang dilakukan
f. unsur-unsur ektrinsik yang menunjang cerita tersebut
4. Setelah analisis selesai dilakukan, setiap siswa diminta menyusun
pendapatnya mengenai cerita tersebut lengkap dengan alasannya.
Satu dua siswa diminta membacakan pendapatnya di muka kelas.
D. Aktivitas Pembelajaran
Untuk mempelajari modul ini, Anda dapat melakukan langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut.
Pendahuluan
1. Peserta mendapatkan penjelasan tujuan pembelajaran, cakupan materi,
dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
2. Peserta bertanya jawab tentang apresiasi sastra secara reseptif.
3. Peserta membentuk kelompok kerja yang beranggotakan 3 – 4 orang.
Inti
1. Peserta berdiskusi tentang konsep apresiasi secara reseptif dan produktif,
yang terkait dengan materi puisi, prosa, dan drama.
2. Melakukan apresiasi secara reseptif dan produktif.
3. Peserta melakukan penilaian terhadap hasil karya individu dan
pementasan kelompok lain.
4. Peserta mendiskusikan hasil penilaian yang dilakukan.
5. Peserta dibimbing instruktur melakukan mengidentifikasi hambatan-
hambatan yang dialami, menganalisis pemecahan masalah yang ditemu
kannya, dan menyimpulkan hasil diskusi.
hambatan yang dialami, menganalisis pemecahan masalah yang ditemu
kannya, dan menyimpulkan hasil diskusi.
Penutup
1. Peserta mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat
memahami bahan ajar.
memahami bahan ajar.
2. Peserta mendengarkan umpan balik dan penguatan dari instruktur
mengenai apresiasi dan kreasi sastra.
mengenai apresiasi dan kreasi sastra.
3. Peserta menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
Rangkuman
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena
variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang
lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Jenis prosa terbagi empat yaitu:
naratif, deskriptif, eksposisi, danargumentasi. Unsur intrinsik dalam
prosa adalah: tema, alur/plot, tokoh , penokohan, latar (setting),
sudut pandang (Point of View), gaya bahasa, dan amanat.
variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang
lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Jenis prosa terbagi empat yaitu:
naratif, deskriptif, eksposisi, danargumentasi. Unsur intrinsik dalam
prosa adalah: tema, alur/plot, tokoh , penokohan, latar (setting),
sudut pandang (Point of View), gaya bahasa, dan amanat.
Tahapan alur dalam prosa adalah; alur lurus, alur sorot balik, dan
alur campuran.
alur campuran.
Jenis prosa ada dua yaitu prosa lama dan baru. Prosa lama terdiri dari:
hikayat, sejarah (tambo), kisah, dan dongeng. Prosa baru terdiri dari; roman,
novel, cerpen, riwayat, kritik, resensi, dan esai.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis prosa deskripsi sebagai berikut.
1. Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
2. Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam penulisan
tersebut;
tersebut;
3. Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan
oleh penulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan
dengan tujuan penulisan;
oleh penulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan
dengan tujuan penulisan;
4. Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
Adapun teknik yang dapat digunakan dalam menulis prosa yaitu teknik
reportase, evita, kenangan lama, dan teknik dia.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Mata
Pelejaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hidayat, Kosasi.1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapan dalam PengajaranBahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Husen, Akhlan, dkk. 1997. Telaah Buku Kurikulum dan Buku Teks. Jakarta:Depdiknas.
Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press.
Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat
Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Lado, Robert. Language Teaching. Amerika: MC Grow Hill. 1964
Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra. (Magelang : Indonesia Tera, 2006) hal :188
Mien, Rukmieni.2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud.
Nasution, S.. 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.
Purwanto, Ngalim.(1990). Psikologi Pendidikan.Bandung: CV Remaja Karya
P. Suparman Natawidjaja, 1982. “Apresiasi sastra dan budaya” .
Rosidi Ajip. Kapankah Kesusteraan Indonesia Lahir?. Jakarta: Gunung Agung.1983
Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:Dipenogoro.
Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup(Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:Usaha Nasional
Widjoko dan Endang Hidayat Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPIPRESS. 2007.
GLOSARIUM
afektif : berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,
penerimaan atau penolakan terhadap sustu objek
amanat : suatu ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang
drama heroik : jenis tragedi berlebihan dalam model Inggris
drama tragedi : sebuah permainan dengan akhir yang menyedihkan
drama : bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal
kehidupan manusia melalui gerak percakapan di atas panggung ataupun
suatu karangan yang disusun dalam bentuk percakapan dan dapat yang
dipentaskan
kehidupan manusia melalui gerak percakapan di atas panggung ataupun
suatu karangan yang disusun dalam bentuk percakapan dan dapat yang
dipentaskan
efek : dampak atau pengaruh
ekspresi : mengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan
atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb)
atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb)
ekspresif : mengungkapkan (gagasan, maksud, perasaan) dengan baik
dan gerak anggota badan sesuai.vokasional : Berkaitan dengan kejuruan
atau bidang tertentu
dan gerak anggota badan sesuai.vokasional : Berkaitan dengan kejuruan
atau bidang tertentu
implisit : termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak dinyatakan
secara jelas atau terang-terangan); tersimpul di dalamnya; terkandung
halus; tersirat
secara jelas atau terang-terangan); tersimpul di dalamnya; terkandung
halus; tersirat
karakter : ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari
seseorang yang dalam hal ini adalah peserta didik
komedi : adalah untuk menghibur
kondisi eksternal : rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
kondisi internal : keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu
konvensi : Kesepakatan
melodrama : hubungan yang rendah dari sebuah tragedi
pembelajaran : adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
pendidik : tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
pendidikan : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
dan proses pembelajaran pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
dan proses pembelajaran pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
penokohan : permasalahan bagaimana cara menampilkan tokoh
point of view : adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca
produktif : bersifat menghasilkan produk dalam hal keterampilan berbahasa,
contohnya keteampilan berbicara dan menulisrangkuman : bentuk tulisan
singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang bebas, tidak
perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara proporsional.
Disebut juga Ikhtisar
contohnya keteampilan berbicara dan menulisrangkuman : bentuk tulisan
singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang bebas, tidak
perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara proporsional.
Disebut juga Ikhtisar
refleksi : sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari l
reseptif : Keterampilan berbahasa yang bersifat menerima,
contohnya keterampilan menyimak dan membaca
ringkasan : Bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut
pandang yang sama seperti karangan aslinya
pandang yang sama seperti karangan aslinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar