, Adanya pengaruh strukturalisme
mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1957, Noam Chomsky, seorang guru besar dalam bahasa-bahasa modern di Institut Teknologi Massachusetts menerbitkan
bukunya yang berjudul Syntactic Structures. Noam Chomsky memberikan pengaruh besar
tentang teori sintaksis pada abad 20.
Bukunya yang terkenal adalah Syntactic Structure (1957), Aspects
of the Theory of Syntax (1965) dan Lectures on Government and
Binding (1981).
Chomsky menentang kebanyakan asumsi
dasar tentang tatanan linguistik; Ia mengemukakan kritikan-kritikan tajam terhadap pendekatan strukturalis mengenai telaah bahasa, kritikan-kritikan
yang mencakup tuduhan-tuduhan umum bahwa keseluruhan teori strukturalis dibangun di atas
asumsi-asumsi yang keliru hingga kepada penolakan metode-metode strukturalis
khusus, seperti teknik pengumpulan data yang taksonomis serta prosedur penemuan
(discovery procedures).
Pada awalnya Chomsky juga termasuk
golongan strukturalis namun karena dia tidak puas dengan teori struktural ia
membangun dan mengembangkan tata bahasa struktur frasa(Phrase-structure
grammar) bersama gurunya, Zellig Harris, Tetapi kemudian, ia tidak
puas dengan teori struktural. Menurutnya teori struktural tidak mampu
memecahkan masalah kebahasaan, utamanya
sintaksis.
Metode linguistik struktural yaitu
metode induktif dianggap tidak mampu menjangkau fakta-fakta sintaksis. Asumsi
struktural tidak mudah menjelaskan fakta bahwa bahasa mempunyai kalimat yang
tidak terbatas jumlahnya.
Selain itu, metode linguistik
struktural tidak mampu menjelaskan hubungan-hubungan internal dalam kalimat,
atau hubungan-hubungan yang dimiliki kalimat-kalimat berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Juga tidak mampu menangani kalimat-kalimat yang ambigu dan
taksa. Karena ambiguitas bukan berasal dari kata-kata tersebut melainkan
berasal dari struktur kalimat.
Sehubungan dengan ketidakmampuan
teori linguistik struktural untuk memecahkan berbagai masalah kebahasaan
tersebut, maka Chomsky memperkenalkan teori tata bahasa generatif
transformasional (TGT). Teori TGT ini terinspirasi oleh paham dari
Panini, Plato, Rene Descartes (1674), Cesar Chesneau, (1729), Denis Diderot
(1751), James Beattie (1788). Teori TGT berlandaskan pada kriteria ilmiah yaitu
keajegan-diri (self-consistency), kesederhanaan-kehematan (economy),
dan ketuntasan (Samsuri dalam Aminuddin, 1990:55) Unsur struktur frase terdiri
dari sebuah aturan struktur frase yang membentuk tradisional dari analisis
struktur konstituen.
Prinsip-prinsip
TGT
Menurut
Chomsky (1965-3-90, teori sintaksis TGT adalah teori tentang kompetensi.
Kompetensi adalah pengetahuan penutur asli mengenai bahasanya, sedang performasi adalah
pemakaian bahasa yang sesungguhnya dalam situasi-situasi nyata. Untuk menelaah
performasi linguistik kita harus mempertimbangkan interaksi beberapa faktor.
1. Kompetensi penutur-pendengar.
Teori
linguistik bersifat mentalistik karena teori ini berurusan
dengan penemuan mental yang mendasari tingkah laku. Singkatnya tata bahasa
berusaha memberikan kompetensi intrinsik penutur-pendengar.
2. Bahasa bersifat kreatif dan inovatif.
Dengan
kreativitas bahasa dimaksudkan kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat
baru, yakni kalimat yang mempunyai persaman dengan kalimat yang umum. Penutur
mampu menghasilkan dan memahami dan menghasilkan kalimat tersebut dan
memberikan pertimbangan apakah kalimat-kalimat tersebut berterima atau tidak.
Sifat inovatif suatu bahasa berarti bahwa kebanyakan baru bukan ulangan dari
ujaran sebelumnya.
3. TGT adalah seperangkat
kaidah yang memberikan pemerian-pemerian
gramatikal kepada kalimat.
Tujuan linguis, yang berusaha untuk
menjelaskan aspek kreatif dari kompetensi gramatikal, yakni memformulasikan
seperangkat kaidah pembentukan kalimat (kaidah sintaksis), kaidah penafsiran
kalimat (kaidah semantis), dan kaidah fonologis (kaidah fonologis). Jadi
mempelajari suatu bahasa berarti menelaah seperangkat kaidah sintaksis, kaidah
semantis, dan kaidah fonologis.
4. Bahasa adalah cermin
fikiran.
Menurut
Chomsky (1972:102) terdapat sejumlah pertanyaan yang menuntun seseorang
melakukan telaah bahasa. Telaah bahasa akan menjelaskan sifat-sifat pikiran
manusia yang mendasar.
Menurut Akmajian dkk. (1984; 5-7),
asumsi-asumsi dasar TGT adalah sebagai berikut :
1. Bahasa manusia pada semua
tingkatan dikuasai oleh kaidah. Setiap bahasa kita ketahui mempunyai kaidah
sistematis yang menguasai pengucapan, pembentukan kata, dan konstruksi
gramatikal. Yang dimaksud dengan kaidah
adalah kaidah deskriptif. Yaitu kaidah yang memberikan bahasa yang sesungguhnya
dari kelompok penutur tertentu. Kaidah deskriptif sebenarnya mengungkapkan
generalisasi dan keteraturan tentang berbagai aspek bahasa.
2. Bahasa manusia yang
beraneka ragam itu membentuk suatu fenomena yang
menyatu. Para linguis mengasumsikan bahwa adalah mungkin menelaah
bahasa manusia pada umumnya dan bahasa tertentu untuk mengungkapkan ciri-ciri
bahasa yang semesta. Secara lahiriah bahasa manusia sangat berbeda-beda, namun
secara batiniah bahasa tersebut memiliki ciri-ciri kesemestaan. Semua bahasa
memiliki tingkat kerumitan yang sama. Tidak ada bahasa yang bersahaja.
3. Tujuan akhir linguistik
bukanlah semata-mata untuk memahami bagaimana bahasa itu terbentuk dan
bagaimana berfungsinya, semakin banyak memahami tentang bahasa manusia, semakin
banyak pula memahami tentang proses pikiran manusia, Karena telaah bahasa pada
hakikatnya adalah telaah pikiran manusia.
Konsep-konsep
Dasar TGT
Konsep-konsep
dasar yang dibahas dalam teori sintaksis struktural juga berlaku bagi teori
sintaksis TGT, sehingga tidak perlu lagi dibahas lagi. Namun ada konsep-konsep
dasar khusus bagi teori sintaksis TGT, antara lain:
1. Kompetensi
Teori
linguistik utamanya berurusan dengan penutur-pendengar yang ideal, dalam suatu
masyarakat yang homogen secara keseluruhan, yang mengetahui bahasa dengan
sempurna dan tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi gramatikal yang tidak
relevan seperti keterbatasan ingatan,
gangguan, perubahan perhatian
dan minat serta kesalahan.
Kompetensi
merujuk kepada kemampuan penutur-pendengar yang ideal untuk mengasosiasikan
bunyi dengan makna sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa (Chomsky, 1972a:116)
Kompetensi
adalah pengetahuan penutur akan bahasanya, sistem kaidah yang dikuasainya dan
yang menentukan hubungan antara bunyi dan makna bagi kebanyakan kalimat.
Tentunya orang yang mengetahui suatu bahas dengan sempurna memiliki sedikit
atau tidak sama sekali pengetahuan yang didasari tentang kaidah-kaidah yang
digunakannya secara terus-menerus dalam berbicara atau menyimak, menulis atau
membaca.
2. Performansi
Performansi
penutur atau pendengar adalah suatu hal yang kompleks yang mencakup banyak
faktor. Satu faktor fundamental yang tercakup dalam performansi penutur
pendengar adalah pengetahuannya akan tata bahasa yang menentukan hubungan
intrinsik antara bunyi dan mana setiap kalimat. Kita merujuk kepada pengetahuan
ini sebagai kompetensi penutur-pendengar.
3. Struktur Batin
dan Struktur Lahir
Istilah
struktur batin digunakan untuk merujuk pada representasi mental yang mendasari
suatu ujaran. Struktur lahir bersesuaian dengan bunyi, yaitu aspek fisik
bahasa; tetapi ketika signal dihasilkan dengan struktur lahirnya, maka di situ
berlangsung analisis mental yang sesuai dengan apa yang disebut dengan struktur
batin.
Struktur
lahir terdiri atas kalimat-kalimat aktual dari bahasa yang bersangkutan, yaitu
kalimat-kalimat yang sesungguhnya dihasilkan oleh para penutur.
4. Kaidah struktur frasa
Kaidah
struktur frasa adalah serangkaian pernyataan yang menjelaskan tentang urutan
unsur-unsur yang mungkin dalam suatu
kalimat atau kelompok
kata.
Brown
dan Miller (1982: 15-16) menyatakan
bahwa ada dua jenis kaidah struktur frasa (KSF) yaitu :
(1)
KSF
bebas konteks (context free phrase structure rule) dan
(2)
KSf sensitif konteks (context
sensitive phrase structure rule).
KSF
bebas konteks mempunyai bentuk X Y
yang menyatakan bahwa apa pun konteks dari X, yaitu lambang apapun yang
terdapat di sebelah kiri dan/atau di sebelah kanan , X tetap ditulis Y, sedangkan KSF sensitive konteks
mempunyai bentuk X Y/-Z,
atau X Y/Z atau
X Y/Z-W.
Bentuk
pertama menyatakan bahwa X menjadi Y jika X langsung muncul di sebelah kanan Z;
bentuk kedua menyatakan bahwa X menjadi Y jika X langsung di sebelah kiri Z.
5. Organisasi TGT
Chomsky
(1965: 15-18) mengemukakan bahwa TGT merupakan sistem kaidah yang dapat
digunakan untuk menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
Sistem
kaidah ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu:
o Komponen sintaksis
o Komponen fonologis
o Komponen semantis
Untuk
menegaskan hubungan antara sintaksis dan semantik. Dalam Syntactic
Structures Chomsky menekankan otonomi sintaksis dengan pertimbangan semantik, ia
menggambarkan bahasa harus mempunyai makna untuk menunjukkan hubungan sintaksis
dan semantik. Yang kedua Chomsky tertarik terhadap aturan bahasa formal dan
kenyataan untuk mengembangkan variasi tata bahasa formal.
CATATAN:
1.
Tokoh: Noam Chomsky 1928
2. Ide tentang Bahasa:
Competence
– performance
Deep
structure – surface structure
Transformational-
generative grammar
o Produktivitas dan
kreativitas bahasa
o Struktur kalimat yang
tak terbatas
o Mengandung keformalan
dan eksplisit
o Bahasa adalah kombinasi
unsur-unsur dasar (fonem, morfem, kata) yang diizinkan dan tepat (well-formed)
o Bahasa dapat dianalisis dengan tiga komponen
yaitu sintaksis, fonologi dan semantik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar