Kajian makna kata dalam bahasa
tertentu menurut sistem penggolongan semantik adalah cabang linguistik yang
bertugas semata-mata untuk meneliti makna kata, bagaimana asal mulanya, bahkan bagaimana
perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan makna dalam sejarah
bahasa. Berapa banyak bidang ilmu-ilmu lain yang mempunyai sangkut paut dengan
semantik, oleh sebab itu makna memegang peranan tergantung dalam pemakaian
bahasa sebagai alat untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran, dan maksud
dalam masyarakat. Bidang semantik terbatas pada usaha memperhatikan dan
mengkaji proses transposisi makna kata dalam pemakaian bahasa. Kata Ullman(1972),
“Apabila seseorang memikirkan maksud sesuatu perkataan, sekaligus memikirkan
rujukannya atau sebaliknya.
Hubungan dua hal antara maksud
dengan perkataan itulah lahir makna, oleh yang demikian walaupun rujukan tetap,
akan tetapi makna dan perkataan dapat berbeda”.
Hasil
dari penelitian sejarah, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Kuno yang
berbentuk kesusastraan dan bertulisan Arab (Sastra Persia – Arab).
Terbukti
adanya beberapa prasasti seperti di Palembang, Jambi, P. Bangka yang bertahun
Caka : 604, 605, dan 608 atau (682M, 683 M, dan 686 M) dan begitu juga dengan
piagam-piagam yang terentang dari Kota Kapur, Karag Berahi, Kedukan Bukit
(bertarikh 6800) sampai ke Minye Tujuh di Aceh pada tahun 13800 Masehi (Notosudirjo,
1977 : 11 – 19).
Jelasnya
makna kata adalah sesuatu yang dicari dan hanya diberikan dalam
kamus
tuntas suatu bahasa.
Dalam kajian semantik dari dulu
hingga sekarang, penyelidikan makna kata berdasarkan hubungan antara ujaran,
misalnya ; kata dengan dunia luar, dan
referensi serta denotasi merupakan beberapa diantara hubungan-hubungan
tersebut, (Robin, 1992 : 27). Sebagian dari perubahan yang terjadi di dalam sejarah
semua bahasa ialah perubahan atau fungsi semantik beberapa kata dalam kosa kata
bahasa-bahasa tersebut dan kosa kata itu dianggap sebagai isi leksikal yang berkesinambungan
dalam tahap-tahap perkembangan bahasa tertentu.
Pengertian
Semantik
Untuk
mengetahui pengertian semantik penulis mengemukakan beberapa pendapat para ahli
antara lain :
1.J.
W. M. Verhaar (1996 : 13) berpendapat bahwa, “Semantik adalah cabang linguistik
yang akan membahas arti atau makna”.
2.Abdul
Chaer (1994 : 284) mengatakan,
“Semantik
merupakan bidang studi
linguistik
yang objek penelitiannya makna bahasa”.
3.R.
H. Robins (1992 : 24) berpendapat bahwa, “Makna merupakan atribut bukan saja
dari bahasa melainkan pula dari segenap sistem tanda dan lambang, dan kajian
makna dinamakan Semantik”.
4.Aminuddin
(1988 : 15) mengatakan, “Semantik berasal dari bahasa Yunani mengandung makna
to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis semantik mengandung pengertian
studi tentang makna”.
Dari
defenisi-defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
semantik adalah salah satu cabang studi linguistik yang membahas tentang makna.
JENIS-
JENIS MAKNA
Karena
bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan
bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam dilihat dari
segi atau pandangan yang berbeda. Berbagai
nama jenis makna telah dikemukakan oleh orang dalam berbagai buku linguistik
atau semantik. Abdul Chaer (1994 : 289 –
296) membagi jenis-jenis makna sebagai berikut, “Makna leksikal, gramatikal, kontekstual,
referensial dan non referensial, denotatif, konotatif, konseptual, asiosiatif,
kata, istilah, idiom serta makna peribahasa”.
1.
Makna Leksikal
Makna
leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi
indra kita, maka apa adanya, atau makna yang ada di dalam kamus.
yang
biasa dikendarai, ‘pensil’ bermakna leksikal sejenis alat tulis yang terbuat
dari
kayu
dan arang, dan ‘air’ bermakna leksikalsejenis barang cair yang biasa digunakan
untuk
keperluan sehari-hari.
2.
Makna Gramatikal
Makna
gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi,
komposisi atau kalimatisasi.
Umpamanya,
dalam proses aplikasi prefiks ber- dengan baju melahirkan makna gramatikal
‘mengenakan atau memakai baju’, dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal
‘mengendarai kuda’. Contoh lain, proses komposisi dasar sate dengan dasar ya
ng
melahirkan makna gramatikal ‘asal’, dengan dasar lontong melahirkan makna
gramatikal ‘bercampur’. Sintaksisasi kata-kata adik, menendang, dan bola
menjadi kalimat adik menendang bola melahirkan makna gramatikal ; adik bermakna
‘pelaku’, menendang bermakna ‘aktif’, dan bola bermakna ‘sasaran’.
3.
Makna Kontekstual
Makna
kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada di
dalam
suatu konteks. Misalnya, makna kontek
s
kata kepala pada kalimat-kalimat
berikut
:
a.Rambut
di kepalanenek belum ada yang putih.
b.Sebagai
kepalasekolah dia harus menegur murid itu.
c.Nomor
teleponnya ada pada kepalasurat itu.
Makna
konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan
lingkungan penggunaan bahasa itu. Contohnya :
“Tiga
kali empat berapa?”
Jika
dilontarkan di depan kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran matematika berlangsung.
Tentu dijawab dua belas atau mungkin tiga belas. Namun kalau pertanyaan itu
dilontarkan
kepada
tukang photo, maka pertanyaan itu mungkin akan ditanya dua ratus atau tiga
ratus, mengapabegitu? Sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pas
photo yang be
rukuran
tiga kali empat centimeter.
4.
Makna Referensial
Sebuah
kata disebut bermakna referensial kalau ada referensinya, atau acuannya.
Kata-kata seperti ‘kuda’. disebut bermakna referensial kalau ada referensinya,
atau acuannya. Kata-kata seperti ‘kuda’, ‘merah’, dan ‘gambar’ adalah termasuk
kata-kata yang bermakna referensial.
Kata-kata
seperti, dan, atau dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna
referensial karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.
Berkenaan
dengan acuan ini ada sejumlah kata, yang disebut kata-kata deiktik, yang
acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah dari wujud yang satu kepada wujud ke lain.
Kata-kata yang deiktik ini adalah kata-kata seperti pronomina, misalnya dia,
saya, kamu ; kata-kata yang menyatakan ruang, misalnya di sini,
di sana, dan di situ ; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang, besok
dan nanti ; kata-kata yang disebut kata petunjuk, misalnya ini dan itu.
Contoh
pronomina kata saya pada kalimat berikut yang acuannya tidak sama ;
a.“Tadi
pagi sayabertemu dengan pak Ahmad”, kata Ani kepada Ali.
b.“O,
ya?”, sahut Ali, “Sayajuga bertemu beliau tadi pagi”.
c.“Dimana
kalian bertemu beliau?”, tanya Amir, “Sayasudah lama tidak jumpa dengan beliau.
Pada
kalimat (a) kata sayamengacu kepada Ani, pada kalmat (b) mengacu pada Ali, dan
pada kalimat (c) mengacu pada Amir. Contoh lain, kata di sini pada kalimat (d)
acuannya juga tidak samadengan kata di sini pada (e).
d.“Tadi
saya lihat pak Ahmad duduk di sinisekarang dia kemana?”, tanya pak Rasyid
kepada mahasiswa itu.
e.
“Kami di sinimemang bertindak tegas terhadap para penjahat itu”,kata Gubernur DKI
kepada para wartawandari luar negeri itu.
Kata
di sini pada kalimat (d) acuannya adalah sebuah tempat duduk, tetapi pada
kalimat (e) acuannya adalah satu wilayah DKI Jakarta Raya.
5.
Makna Denotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki
oleh sebuah kata. Umpamanya, kata kurusbermakna denotatif yang mana artinya
‘keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal’. Kata bunga bermakna
denotatif yaitu ‘bunga yang seperti kita di taman bunga’.
Makna
konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang
berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan
kata tersebut. Umpamanya kata kurus pada contoh di atas, berkonotasi netral,
artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi ramping, yaitu
sebenarnya bersinomin dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif, nilai
rasa yang mengenakkan ; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya,
kata kerempeng, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping,
mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak
enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng. Dan juga kata bunga seperti contoh di
atas, jika dikatakan “Si Ida adalah bunga kampung kami”, ternyata makna bunga
tak sama lagi dengan makna semula. Sifat bunga yang indah itu dipindahkan
kepada si Ida yang cantik. Dengan kata lain, orang lain melukiskan kecantikan
si ida yang bak bunga.
7.
Makna Konseptual
Makna
Konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apa pun. Kata kudamemiliki makna konseptual ‘sejenis binatang
berkaki empat yang biasa dikendarai’, dan kata rumah memiliki makna konseptual
‘bangunan tempat tinggal manusia’.
8.
Makna Asosiatif
Makna
Asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar