MEMBACA CEPAT UNTUK MEMAHAMI INFORMASI TERTULIS (BAB 3)
A. Membaca Cepat Permulaan
A. Membaca Cepat Permulaan
Perkembangan zaman yang diikuti oleh perkembangan teknologi membuat semua berjalan serbacepat. Teknologi informasi pun berkembang demikian pesat menjadi sarana penyebaran informasi bagaikan tak terikat ruang dan waktu. Segala kejadian di mana pun dapat tersebar demikian cepat dalam hitungan detik. Berbagai sarana baik cetak maupun elektronik berlomba-lomba menyuguhkan aneka informasi yang bermanfaat dengan sajian instan. Segala bentuk informasi tertulis yang tercetak pun tak kalah pesatnya. Puluhan buku setiap harinya dicetak dan terbit. Belum lagi satu ku habis masa promosinya sudah terbit buku-buku baru yang lainnya. Sebagai siswa, Anda tertuntut untuk dengan cepat pula mengetahui informasi yang berkembang. Siswa tidak lagi hanya berpedoman pada apa yang didapat dari sekolah, namun ia secara mandiri juga dapat menggali informasi melalui aktivitas membaca dari berbagai media yang berkembang. Mengimbangi pesatnya arus informasi yang tersebar, daya atau kemampuan menyerap informasi dari membaca juga harus ditingkatkan. Membaca dengan cara lama harus diubah dengan pola baru, yaitu membaca cepat pemahaman atau membaca efektif agar proses penyerapan ilmu atau informasi juga dapat dilakukan dengan cepat. Membaca cepat bukan membaca dengan cepat tanpa ada yang terserap dari isi bacaan karena tujuan membaca adalah memahami isi bacaan yang dibaca. Yang dimaksud membaca cepat pemahaman adalah membaca dengan waktu yang lebih cepat dari membaca normal namun tetap dapat memahami isi bacaan sekurang-kurangnya 60 persen. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan mengubah pola membaca yang salah yang sudah menjadi kebiasaan dengan sistem membaca yang baru. Cara lama yang harus dihilangkan itu meliputi hal-hal berikut. 1. membaca dengan suara nyaring atau melafalkan kata per kata, 2. membaca dengan menunjukkan jari pada bacaan, 3. membaca dengan menggerakkan kepala mengikuti baris bacaan, 4. membaca dengan melihat kembali ke bacaan sebelumnya/regresi, 5. membaca dengan menggerakkan bibir, 6. membaca dengan melafazkan dalam batin atau pikiran kata-kata yang dibaca atau subvokalisasi, Semua cara lama tersebut menjadi penghambat membaca dalam waktu yang cepat. Untuk melatih kecepatan membaca, Anda dapat melakukan pengukuran waktu lamanya membaca. Sebelumnya, Anda menentukan target lamanya membaca untuk panjangnya bacaan atau jumlah kata dalam bacaan. Walaupun ukuran kecepatan yang ideal setiap orang bergantung pada jenis bacaan dan tujuan membaca, tapi untuk tahap awal, Anda dapat mengambil ukuran membaca cepat pemula, yaitu membaca dengan kecepatan 120 – 150 kpm (kata per menit). Caranya seperti brikut: 1. Carilah bacaan ringan yang banyaknya lebih kurang 300 kata. Atau jika bacaan panjang hitunglah setiap kata dalam bacaan hingga jumlah 300 kata (Lihat cara perhitungannya dalam penjelasan selanjutnya). 2. Sebelum membaca, catatlah dulu waktu mulai setepat-tepatnya, 3.Selesai membaca, catatlah waktunya, 4. Hitung berapa menit dan detik lamanya membaca, 5. Jika belum sampai target, ulangilah kembali dari awal pada bacaan yang ain.6. Setelah mencapai target waktu, cobalah menguraikan kembali hal yang sudah dibaca dengan bahasa sendiri untuk mengukur tingkat ingatan dan pemahaman. Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan yang dibaca, hitung jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang dibaca dan kalikan dengan jumlah rata-rata tadi,hasilnya merupakan jumlah kata yang dibaca. Misalnya: Rumus mengukur kecepatan membaca dengan ukuran satuan kata per menit (kpm). Rumus kpm, ialah: Jumlah kata per lima baris 50 kata : 5. Jadi jumlah per baris 10 kata Jumlah baris dalam bacaan yang dibaca 30. Maka, jumlah kata yang dibaca adalah 30 X 10 = 300 kata Bacalah wacana di bawah ini yang berjumlah ..Waktu mulai: pukul ... lebih ... menit ... detik. SENI BERBAHASA, SASTRA, DAN APRESIASI Manusia selain memiliki akal pikiran sebagai alat berpikir, juga memiliki hati sebagai sarana untuk merasakan dan menilai. Dengan hatinya, manusia menyukai segala hal yang menyenangkan. Hal menyenangkan itu dapat berhubungan dengan segala yang indah, baik, atau yang berbau seni. Dengan itu, manusia tidak selalu berpikir tentang benar atau salah, tetapi juga baik dan buruk, indah atau jelek. Kecendrungan pada sisi inilah yang kemudian melahirkan warna yang senantiasa mengiringi gerak kehidupan manusia. Dalam berbagai hal, baik yang berhubungan dengan bidang pekerjaan, ilmu, dan komunikasi melalui bahasa terdapat unsur seni. Proses hubungan sosial manusia secara eksplisit maupun implisit memasukkan unsur seni. Seni dapat berwujud sikap, pola, cara, atau gaya dalam melakukan sesuatu. Maka, tak heran jika dalam segala urusan yang berkaitan dengan kepentingan serta kebutuhan manusia, terdapat pola, gaya, dan cara yang berbeda-beda. Dari semua itu, muncullah berbagai tipe, corak, bentuk, maupun ragam yang membuat kehidupan manusia lebih variatif. Bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana mengungkapkan pikiran serta perasaan manusia juga tak lepas dari unsur seni. Seni bahasa meliputi seni menulis, berbicara, membaca, dan lain-lain. Dalam tata bahasa, terdapat ragam dan gaya bahasa. Pada tataran wacana atau bentuk tulisan, terbentuk kesusastraan atau susastra. Dalam dunia sastra, gaya, corak, warna, dan ragam dalam pengungkapan bahasa secara tertulis maupun lisan sangat kental dan menonjol. Hal itu yang kemudian menjadi ciri khas dari masing-masing bentuk karya sastra seperti prosa, puisi, dan drama. Maka, untuk mengenal, mempelajari, dan memahami bentuk sastra, tidak dapat instan tapi melalui proses. Proses itu disebut dengan apresiasi. Apresiasi adalah usaha pengenalan suatu nilai (hati) terhadap nilai yang lebih tinggi (karya seni). Apresiasi dalam sastra adalah pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra yang menimbulkan kegairahan terhadap sastra itu serta kenikmatan sebagai akibatnya. Waktu selesai pukul: ... lebih ... menit ... detik. Catat kembali waktu saat selesai membaca, lalu hitunglah berdasarkan rumus di atas. Jika hasilnya 150 kpm, berarti kecepatan membaca untuk tahap awal telah tercapai. Namun pencapaian itu belum ideal untuk tahap membaca pemahaman. Maka, mintalah teman Anda menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan isi bacaan sebanyak 10 sampai 20 butir pertanyaan. Apabila semua pertanyaan dapat terjawab benar tanpa melihat bacaan, berarti Anda dianggap cukup berhasil membaca cepat pemahaman tingkat permulaan.
B. Membaca Lanjutan dengan Sistem Membaca Layap dan Membaca Memindai
Bagaimana agar kita dapat membaca sejumlah bahan bacaan yang cukup banyak dan penting bagi kita dengan ketersediaan waktu yang tidak cukup lapang? Atau kita harus menemukan informasi tertentu yang begitu penting dalam ribuan data atau ribuan rangkaian kata-kata dan kalimat. Ada dua teknik membaca cepat yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan waktu dan memberikan hasil yang efektif sesuai tujuan membaca. Dua cara membaca tersebut ialah membaca dengan teknik layap (skimming) dan membaca dengan teknik memindai (scanning). Membaca skimming artinya membaca dengan tujuan hanya mencari ide pokok atau saripati dari bahan bacaan yang dibaca. Jika dalam membaca seseorang hanya membutuhkan fakta-fakta tertentu atau hal-hal penting saja dari sebuah rangkaian informasi atau bacaan dengan mengabaikan unsur detailnya, dapat menggunakan teknik pelayapan (skimming). Jika seseorang membaca dengan tujuan hanya mencari fakta atau data tertentu dan ingin langsung menuju ke hal tertentu tersebut, dapat menggunakan teknik pemindaian (scanning). Teknik ini dipergunakan dalam aktivitas mencari nomor di buku telepon, data statistik, mencari kata dalam kamus atau indeks, dan sebagainya. Dalam teknik membaca pelayapan, pembaca dituntut memfokuskan pandangan hanya pada unsur-unsur penting dalam bacaan. Jadi, tidak semua kata dibaca karena tidak semua yang tercetak atau terurai dalam kata-kata pada suatu bacaan penting bagi pembaca. Dalam hal ini, pembaca harus dengan terampil melebarkan pandangan hanya pada bagian-bagian tertentu yang dianggap penting dengan selalu melompati atau melewati hal-hal yang dianggap tak penting. Begitu pula pada teknik pemindaian pandangan mata hanya akan terfokus pada hal-hal penting barupa data atau fakta yang dicari. Semua ini membutuhkan latihan cara menatap atau menggerakkan mata ketika membaca. Membaca bukan melihat kata per kata tetapi melihat bagian per bagian (fiksasi). Untuk melatih kecepatan mata dalam melakukan lompatan-lompatan atau melatih jangkauan mata secara menyamping (horiziontal) maupun melayap ke bawah (vertikal), dapat dilakukan beberapa latihan seperti di bawah ini. Latihan 1 Carilah nama buah pada kumpulan kata-kata di bawah ini: Waktu 10 detik. Latihan 2 Untuk melatih jangkauan mata secara horizontal atau dari kiri ke kanan, pandangan mata tidak bergerak pada kata per kata melainkan pada kelompok kata. Perhatikan contoh berikut. Pada prinsipnya membaca untuk mendapatkan isi bukan menghafal kata-katanya. Hal yang perlu dilakukan adalah mempercepat peralihan dari fiksasi ke fiksasi dan tidak terlalu lama berhenti dalam satu fiksasi. Percepatlah gerak mata dari satu fiksasi ke fiksasi berikutnya. Mungkin hal di bawah ini dapat dilakukan sebagai latihan. Bacalah rangkaian frasa atau klausa di bawah ini dengan tetap memfokuskan pandangan ke tengah. Bacalah sekaligus sebagai satu frasa/klausa, jangan terpisah-pisah. Jadi baris pertama harus Anda baca rumah sakit mata. Tetaplah perhatian ke tengah, dan bergeraklah ke bawah, ke baris-baris berikutnya. Usahakan kepala tidak ikut bergerak. Latihan 3 Biasanya untuk mencari data atau fakta dengan menggunakan teknik pemindaian, pola gerak mata tidak menyamping tetapi ke bawah seperti membaca kolom. Gerak mata harus terlatih menelusuri rangkaian data kearah bawah dengan cepat tanpa tergoda membaca melebar ke samping. Latihan berikut dapat Anda lakukan. Namun ingat, membaca dengan mengerti isinya. Bacalah kolom yang hanya terdiri atas satu kata ke arah bawahselanjutnya kolom berikutnya, waktu Anda 30 detik. Latihan berikutnya mengenali frasa dengan cepat. Bacalah ke bawah dan setiap kali Anda menemukan frasa di catatanku coret dengan pensil Anda. Lakukanlah secepat-cepatnya.Usahakan dalam tempo kurang dari 30 detik. Bacalah wacana berikut: (sebelumnya catat waktu sebelum membaca) Sarana Komunikasi, Kesadaran Berbahasa,dan Sikap Berbahasa yang Positif Sebagai mahluk sosial, manusia memerlukan manusia yang lain. Artinya, manusia tidak dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan manusia lain. Karena memerlukan orang lain, manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Berawal dari komunikasi lisan melalui alat ucap dan bunyi-bunyian sederhana, hingga terwujud simbol-simbol tulisan, manusia menyatakan pikiran, ide, gagasan, ataupun keinginannya. Sesuai dengan perkembangan peradaban dan teknologi, kini manusia dapat berkomunikasi dengan berbagai cara dan sarana. Sekarang ini, orang dengan cepat dapat berbahasa lisan tanpa berhadapan melalui telepon atau saling berbahasa tulisan melalui fasilitas chating di internet. Sejalan dengan itu, bahasa pun berkembang makin kompleks. Dalam perkembangannya, bahasa mengalami proses pengayaan. Pada tataran tata bahasa, terjadi penambahan kosakata, bentukan kata, dan berbagai pola serta jenis kalimat. Pada tataran pemakaian, telah beraneka ragam muncul model-model ungkapan, pemeo, jargon, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan peningkatan dalam hal kesadaran berbahasa oleh manusia yang dianggap aspek penting dalam berkehidupan dan berhubungan sosial antarsesama. Namun, di sisi lain juga sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Kekhawatiran tersebut muncul jika kesadaran berbahasa sebagai sarana komunikasi tidak diimbangi dengan sikap berbahasa yang positif. Banyak terjadi akibat bahasa, persahabatan retak, persaudaraan putus, antarkelompok bermusuhan bahkan antarnegara terjadi peperangan. Begitulah kedasyatan bahasa yang lahir dari mulut manusia. Pantaslah bila ada pepatah mengatakan ”mulutmu adalah harimaumu”. Untuk menghindari itu, diperlukan sikap berbahasa yang positif. Perwujudan sikap positif berbahasa ialah dengan berbahasa secara santun, mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan tujuan dan efek komunikasi. Memilih kata, ungkapan, dan kalimat dengan cermat, serta menghargai mitra bicara. Hindari pemakaian kata/ungkapan dan kalimat yang berpotensi menimbulkan konflik. Dengan saling memiliki sikap berbahasa yang positif, komunikasi akan efektif, lancar, mencapai tujuan, dan aman. (Catatlah waktu selesai membaca, lalu hitung kecepatan membaca berdasarkan rumus Kpm)Kemudian, jawablah pertanyaan di bawah ini: 1. Jelaskan mengapa manusia disebut makluk sosial! 2. Kemudahan apa yang dialami manusia dalam berkomunikasi sejalan dengan perkembangan teknologi? 3. Jelaskan proses pengayaan bahasa sebagai akibat kesadaran berbahasa! 4. Apa yang terjadi jika berbahasa tidak diimbangi sikap yang positif? 5. Bagaimana sikap berbahasa yang positif? Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, dalam waktu 2 menit. 1. Pukul berapa acara topik petang di Anteve? 2. Acara apa yang ditayangkan oleh stasiun TPI pada pukul. 16.30? 3. Stasiun televisi apa saja yang masih siaran di atas pukul 03.00? 4. Stasiun mana saja yang banyak menayangkan acara olahraga? 5. Acara apa yang ditayangkan SCTV setelah Liputan 6 Malam?
C. Teknik Membuat Catatan
Dalam membaca pemahaman, jika bahan bacaan banyak dan tak semua hal-hal penting dapat diingat atau dipahami, pembaca perlu membuat catatan. Catatan ini dibuat sebagai sarana membantu menguatkan ingatan atau pemahaman terhadap isi bacaan sesuai dengan tujuan membaca. Tidak semua uraian dicatat. Tujuan membaca secara umum adalah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau memahami gagasan yang disampaikan penulis dalam bacaan. Agar catatan terarah, hal-hal yang perlu dicatat adalah, seperti berikut.: 1. Kata-kata kunci berupa kata/frasa/klausa yang dapat mengantarkan pada pikiran pokok. 2. Ide pokok atau gagasan utama setiap paragraf .3. Data dan fakta yang mendukung gagasan seperti hasil penelitian, angka-angka, dan lain-lain. 4. Informasi yang dianggap menarik termasuk pemikiran baru, opini, tanggapan, atau penyelesaian suatu masalah .5. Pendapat atau penilaian penulis mengenai hal-hal tertentu. 6. Jika yang dibaca berbentuk buku, jangan lupa catat halaman tempat informasi yang dicatat berada untuk memudahkan mencari kembali.
D. Teknik Menyusun Bagian
Dalam setiap karangan terdapat kumpulan ide pokok atau gagasan yang mendukung satu tema karangan. Setiap ide pokok diuraikan menjadi paragraf, masing-masing paragraf saling berkaitan. Gagasan pokok yang ada dalam setiap paragraf diuraikan menjadi kalimat utama dan kalimat penjelas. Untuk memahami sebuah karangan, kita dapat juga menggunakan teknik menyusun bagian, yaitu membedah karangan menjadi bagianbagian yang merupakan unsur pembangunnya. Perhatikanlah contoh di bawah ini: Setelah menyusun bagian-bagian karangan yang merupakan bentuk kerangka karangan, Anda dapat menentukan bagian-bagian tersebut dalam karangan yang dibaca lalu menyusunnya sesuai bagian-bagiannya. Contoh: Banyaknya perincian bergantung pada banyaknya paragraf yang terdapat dalam karangan. Penyusunan unsur/bagian karangan, selain disusun seperti di atas, dapat pula berupa pemaparan atau eksposisi seperti contoh di bawah ini. Topik : Sumber Belajar terdiri atas: paragraf 1 berisi penjelasan mengenai pengertian sumber belajar paragraf 2 berisi uraian atau penjelasan tentang macam-macam sumber belajar baik yang berbentuk tulisan maupun lisan dan seterusnya.
E. Menafsirkan Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan Idiomatik
Di dalam bacaan yang kita baca, adakalanya terdapat penggunaan kata yang berbentuk istilah atau kata yang memerlukan penafsiran khusus. Selain kata, terdapat pula penggunaan bentuk kata atau kata turunan serta pemakaian ungkapan idiomatik yang maknanya perlu dijelaskan. Untuk membantu mendapatkan penjelasan mengenai pengertian kata, bentuk kata, dan makna idiomatik, kita dapat menggunakan kamus seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia. Di dalam kamus, sebuah kata dijelaskan secara detail mengenai arti kata, asal kata, kata turunannya, kelas kata, serta pengertian kiasnya jika adaContoh lembaran halaman dalam kamus: Wacana yang temanya menyangkut bidang ilmu tertentu seperti: pertanian, teknik, atau kesehatan. Biasanya banyak menggunakan istilah khusus yang menyangkut bidang tersebut, termasuk juga penggunaan bentuk kata, atau ungkapan idiomatiknya. Langkah dalam membaca pemahaman selain mencatat pokok-pokok isi bacaan, juga mendaftarkan istilah, bentuk kata, dan penggunaan ungkapan idiomatik yang tidak dimengerti untuk dicarikan maknanya dengan membuka kamus bahasa ataupun kamus istilah. Untuk wacana berbentuk karya sastra seperti cerpen dan puisi, sering kita temui pula kata atau bentukan kata yang tidak bermakna umum melainkan memiliki nuansa makna yang lebih bersifat kedaerahan atau bahasa sehari-hari seperti njelimet, ngawur, kesetanan. Untuk membantu memahami kata-kata seperti itu, kita dapat memanfaatkan kamus. Di samping itu, di dalam puisi atau syair lagu, sering kita temukan penggunaan ungkapan atau idiom. Untuk memahami puisi, kita juga harus dapat menafsirkan bentuk-bentuk idiom atau ungkapan yang bersifat idiomatik. Contoh penggunaan ungkapan dalam puisi Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu (Bait kedua, puisi berjudul “Padamu Jua” karya Amir Hamzah) Dalam puisi tersebut, terdapat ungkapan kandil kemerlap yang berarti Lilin yang terang. Dan ungkapan pelita jendela ditafsirkan dengan penerang alam sekitarnya. Atau pemberi petunjuk. Dan malam gelap ialah sesuatu yang tidak diketahui atau tidak tentu arah. Kau pada puisi tersebut dimaknai dengan Tuhan. Tuhan menjadi petunjuk jalan kebenaran. Jadi, dalam memahami puisi atau syair, kita harus memahami simbolsimbol yang digunakan. Simbol atau makna kias dapat tercermin dari penggunaan kata, bentukan kata, atau ungkapan yang tak biasa. Untuk memahaminya, kita dapat melihat dari kedudukan kata, kaitan makna antarkata, atau bentukan kata tertentu dengan kata yang lainnya. Jika secara leksikal maupun gramatikal kalimat tersebut tak dapat dimaknai, kita harus menafsirkannya berdasarkan konteks kata atau kalimat. Sebab, setiap untaian kata, frasa, atau kalimat yang terdapat dalam puisi merupakanuntaian perasaan, ekspresi, ataupun pengalaman kejiwaan penyairnya. Untuk memahami berbagai penggunaan kata baik secara leksikal,gramatikal, struktural, maupun kontekstual, kita dapat memanfaatkankamus. Di dalam kamus, dijabarkan penggunaan kata dalam berbagaiaspeknya. Dengan banyak menelaah kamus, kita akan memperoleh kekayaan kosakata. Dalam sebuah ceramahnya, penyair besar W.S. Rendra pun menganjurkan para penyair untuk selalu melihat arti kata dalam kamus, seperti ia sendiri selalu melihat kamus bahasa Indonesia dengan tekun untuk mendapatkan arti yang setepat-tepatnya. Tugas Mandiri: Bacalah wacana di halaman awal bab ini secara cepat denganmenggunakan teknik membaca memindai (skimming) dan membacapelayapan (scanning). Catatlah pokok-pokok isi bacaan tersebut lalususunlah menjadi kerangka karangan yang utuh. Daftarkanlah kata/istilah, serta ungkapan idiomatik yang terdapat di dalam bacaan, lalujelaskan maknanya. Untuk melatih cara membaca ini lebih jauh, ambilah kamus, buku telepon, atau jadwal acara televisi lainnya. Carilah informasi tertentu, misalnya beberapa kata dalam kamus, alamat dalam buku telepon, atau nama siaran dan jamnya. Anda dapat lakukan bersama teman sebangku secara berpasangan dan bergantian. Hitunglah kecepatannya berdasarkan waktu mulai dan selesai. Bacalah wacana di bawah ini dengan saksama! Membaca Kreatif Membaca kreatif tidak berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca. Masih ada proses tindak lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup. Mungkin Anda seorang kutu buku. Namun, apakah isi setiap bacaan atau buku yang baru selesai Anda baca lewat begitu saja? Ataukah justru memengaruhi pikiran? Bagaimanakah upaya agar pengetahuan yang Anda baca benar-benar berguna untuk meningkatkan kualitas hidup Anda? Pengaruh yang terjadi pada seseorang usai mencermati kata demi kata dalam sebuah bacaan atau buku tidaklah sama. Hal itu sangat bergantung pada cara membacanya. Berdasarkan tingkatan hasil yang diperoleh setelah membaca, jenis membaca dibedakan atas membaca literal, membaca kritis, dan membaca kreatif. Membaca literal bertujuan mengenal arti yang tertera secara tersurat dalam teks bacaan. Pembaca cukup menangkap informasi yang tertera secara literal (reading the lines) dalam teks bacaan. Pembaca tidak berusaha mendalami atau menangkap lebih jauh.Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan atau membaca secara rasional, kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran dalam menganalisis bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca berupaya memahami lebih dalam materi yang dibaca. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembaca menggunakan empat cara, yaitu bertanya (seolaholah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu keterangan dengan keterangan lain, dan menilai ide-ide dalam bacaan. Meningkatkan kualitas hidup Yang paling bermakna dalam kegiatan membaca adalah membaca kreatif. Pada jenis ini, kegiatan membaca merupakan sebuah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan, yaitu dengan mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan gagasan pokok bacaan dengan pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya. Kegiatan membaca kreatif tidak sekadar menangkap makna dan maksud dari isi bacaan, tetapi juga menerapkan ide-ide atau informasi yang tertuang dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup. Dengan menerapkan informasi diharapkan, kualitas hidup pembaca akan lebih terarah dan meningkat. Kalau ternyata begitu selesai membaca tidak ada tindak lanjutnya, berarti ia bukan pembaca kreatif. Setelah membaca, pada diri seorang pembaca kreatif secara otomatis akan tampak sejumlah kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan kata lain, tingkatan hasil membaca kreatif lebih tinggi daripada membaca literal atau kritis. Manfaat membaca kreatif Membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat sesuai bahan bacaan yang dibaca. Banyak tema bacaan bermanfaat yang dapat dibaca, misalnya bacaan tentang siraman rohani, pemikiran para budayawan, informasi cara merawat kesehatan tubuh, informasi soal cara membuat makanan, atau barang. Ada juga yang memberikan informasi soal cara memanfaatkan lahan milik sendiri, misalnya membudidayakan tanaman hias, atau tanaman obat. Apabila Anda tertarik untuk memelihara ternak, dari buku pun Anda dapat belajar cara merawat, memilih makanan atau pakan yamg diperlukan, dan sebagainya. Pilihan lain untuk menambah pengetahuan antara lain, cara membuat bangunan dan menata ruangan secara artistik, termasuk cara merenovasi suatu bangunan agar terkesan lebih nyaman dan indah. Sekarang pun banyak buku yang mengajarkan cara mengatur keuangan keluarga serta cara berinvestasi untuk masa depan. Tak sedikit pula buku psikologi yang dapat memberi masukan tentang cara mendidik dan mengarahkan perkembangan jiwa anak. Ada juga buku tentang hobi atau keterampilan yang mungkin bisa memberikan ide untuk memproduksi sesuatu. Dengan membaca, kita dapat menerapkan pengetahuan baru yang kita peroleh untuk mengembangkan karier atau meningkatkan kemampuan dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan masing-masing. (Dikutip dari Intisari: Oktober 2003, Penulis Yacob Suparsa Asman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar