A. Tekanan, Intonasi, Nada, Irama, dan Jeda
Pada
pelajaran–pelajaran terdahulu telah dibahas mengenai unsur bunyi, lafal,
intonasi, dan jeda. Pada bab ini akan disinggung kembali tentang lafal,
intonasi, nada, irama, dan jeda yang berkaitan dengan cara menggunakan
kalimat dengan jelas ,lancar, bernalar, dan wajar.
Penggunaan kalimat
secara lisan dituntut kejelasan dan kelancaran.
Jelas dalam pengucapan dan lancar dalam penyampaian. Untuk
membuat kalimat
menjadi jelas dan lancar sehingga dapat dipahami dengan baik oleh pendengar,
perlu dicermati cara pengucapan kalimat berdasarkan tekanan, intonasi, nada,
irama, dan jeda yang tepat.
Tekanan berhubungan dengan keras lembutnya ucapan. Biasanya digunakan untuk
menunjukkan bagian kalimat yang ditonjolkan atau dipentingkan. Pengucapannya dapat didukung
oleh ekspresi atau mimik wajah yang serius. Contoh :
1. Dia telah pergi ke luar negeri kemarin.(yang dipentingkan
adalah aspek waktu kemarin bukan sekarang atau besok)
2. Dia telah
pergi ke luar negeri kemarin.(yang dipentingkan adalah aspek tempat ke luar
negeri, bukan ke tempat yang lain)
3. Dia telah
pergi ke luar negeri kemarin.(yang dipentingkan adalah aspek predikat, yaitu
telah pergi bukan baru tiba atau pulang)
4. Dia telah pergi ke luar negeri
kemarin.(yang pentingkan adalah aspek pelaku, yaitu dia bukan saya atau Anda)
Intonasi
berkaitan dengan naik-turunnya pengucapan kalimat. Intonasi ditandai
dengan lambang titinada 1, 2, 3, dan 4. Angka 1 menunjukkan titinada terendah
dan angka 4 menunjukkan titinada tertinggi. Satu kalimat dapat diungkapkan
dalam beberapa maksud sesuai dengan intonasi pengucapannya.
Penggunaan irama berkaitan
dengan panjang pendeknya pengucapan. Irama berhubungan dengan tempo bicara. Tempo bicara
juga dapat ditentukan oleh suasana hati pembicara. Tempo
bicara yang cepat sering menandakan
suasana hati yang riang atau serius namun dapat juga suasana marah.
Tempo diperlambat saat menegaskan suatu hal yang dianggap penting, sedangkan
tempo pengucapan yang pendek atau terpatah-patah mengesankan
suasana panik atau gugup. Pengucapan dengan irama akhir yang panjang
biasanya digunakan untuk kalimat interjeksi atau seruan, seperti memanggil, takjub, keheranan, atau kesakitan termasuk juga
ucapan pertanyaan
dengan nada kaget atau tidak yakin.
Penggunaan intonasi,
nada, dan irama yang bervariasi terjadi pada percakapan atau
dialog, seperti percakapan lewat pesawat telepon yang tidak berhadapan
dan tidak melihat langsung pembicaranya. Saat bicara, intonasi menjadi
hal yang penting untuk menyampaikan maksud perkataan.
Demikian pula dalam dialog drama, pengucapan kalimat selalu
didukung
oleh tekanan, intonasi, nada, dan irama yang tepat selain ekspresi
dan gerakan
sehingga dialog hidup dan dipahami oleh penontonnya
.Contoh dialog drama:
.”Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama.
Di samping tekanan, intonasi, nada,
dan irama, unsur suprasegmental yang perlu diperhatikan dalam
berbicara khususnya pengucapan kalimat ialah jeda atau penghentian. Jeda
berfungsi menandakan batasan kalimat. Dalam
tulisan, jeda ditandai dengan spasi atau tanda baca titik (.), koma (,),
garis miring (/), atau tanda pagar (#). Jeda juga dapat digunakan untuk membuat
sebuah kalimat panjang menjadi dua kalimat pendek tanpa mengubah
pengertian.
Contoh :
Perampokan
serta pembunuhan terjadi di rumah seorang pengusaha karpet yang
membuat gempar penduduk sekitarnya. Perampokan serta pembunuhan terjadi di
rumah seorang pengusaha karpet. Kejadian itu membuat gempar
penduduk sekitarnya. Dalam
bahasa lisan, aspek yang menjadi unsur gramatikal cenderung tersirat. Faktor
pendukung yang digunakan adalah pola tekanan, intonasi, nada, irama, dan
jeda selain ekspresi dan gerakan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada,
irama, dan jeda yang tepat membuat kalimat yang diucapkan mudah dipahami
serta terhindar dari kesalahpahaman atau salah nalar.
Pengucapan kalimat dengan tekanan, intonasi, nada, dan
irama serta jeda yang tepat sesuai maksud yang ingin
diungkapkan membuat kalimat menjadi jelas, lancar, bernalar, dan
wajar.
B. Membaca Indah
Kata-kata yang indah
merupakan ciri laras bahasa sastra. Yang termasuk sastra ialah
prosa, puisi, dan drama. Ketiga bentuk sastra tersebut tidak saja dapat
dibaca untuk diri sendiri, tapi juga dibacakan untuk orang lain atau dipertunjukkan.
Selain pementasan drama, banyak akhir-akhir ini yang mengadakan acara
pembacaan puisi atau cerpen.
Di samping dibutuhkan
penghayatan terhadap isi atau kandungan karya sastra,
pembacaan karya sastra juga perlu memahami tokoh, watak, gaya bahasa, dan
maksud setiap ucapan tokohnya dalam percakapan atau dialog.
Saat membacakan percakapan
atau dialog penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda harus
diperhatikan. Penggunaan tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang
tepat membuat pendengar dapat menikmati pembacaan karya sastra
dengan memahami jalan cerita serta unsur-unsur intrinsiknya seperti
tema, tokoh, watak tokoh, setting, amanah, sudut pandang, dan
gaya bahasa.
Khusus karya sastra
berbentuk puisi, pembacaannya harus memerhatikan unsur-unsur
pembangun puisi, misalnya diksi (pilihan kata), gaya bahasa, tipografi,
persajakan (rima), dan pencitraan. Di dalam puisi, tokoh biasanya
tersembunyi sehingga pembaca puisi harus memahami terlebih dahulu tema puisi dan pesan yang ingin diungkapkan dalam puisi tersebut. Tema dan kandungan isi dapat
ditelaah lewat judul, pilihan kata, dan simbol-simbol yang
digunakan pada puisi. Pemakaian kata dalam puisi tidak sepenuhnya
bermakna denotasi, tapi dapat bermakna konotasi atau kias. Kata-kata
bermakna kias atau idiom serta bentuk ungkapan metaforis lainnya harus
dipahami terlebih dahulu. Pemahaman terhadap isi puisi dan kata-kata yang
digunakan, mendorong seseorang untuk terampil memberikan
tekanan, intonasi, nada, dan irama pada pembacaan setiap larik puisi.
Demikian pula pada kata atau kelompok kata yang merupakan kesatuan arti,
pembaca dituntut berhati-hati dalam memberikan jeda atau penghentian
sehingga tidak mengaburkan arti.
Berikut ini, hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membaca puisi.
1. Bacalah secara keseluruhan puisi
tersebut untuk menangkap kandungan maknanya secara umum.
2. Pahami maksud dari setiap lirik.
3. Pahami suasana puisi yaitu, haru,
kecewa, semangat, dan sedih.
4. Perhatikan rima persamaan bunyi.
5. Perhatikan perulangan kata yang
ada bentuk repetisi.
6. Berikan tanda jeda pada
kata-kata, frasa, atau klausa yang mengandung kesatuan arti.
7. Berikan aksen pada kata yang
diulang.
8. Perhatikan kata-kata yang
bermakna kias.Contoh penandaan aksentuasi pada puisi :
(DCD, 1959
: 13)
C. Membaca
Teks Pengumuman
Teks pengumuman bersifat
informatif, artinya apa yang ada dalam teks pengumuman harus diketahui oleh
khalayak yang dituju. Oleh karena itu, dalam membacakan pengumuman,
tidak boleh asal membaca agar isi pengumuman dapat dipahami. Penggunaan
tekanan, intonasi, dan lainnya juga perlu diperhatikan. Biasanya ada
bagian-bagian isi pengumuman yang wajib diketahui dan dimengerti
oleh pendengar. Bagian penting ini dibacakan dengan tekanan keras, tempo
lambat, dan intonasi yang jelas. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam membaca pengumuman adalah sebagai berikut.
1. Membacakannya dengan suara yang cukup terdengar oleh pendengar.
2. Kata Pengumuman yang biasanya ditulis sentering diberikan aksen
pada awal
dan suku akhirnya.
3. Kata atau frasa yang menjadi hal
penting diberikan aksen (tekanan)
4. Perincian dibaca dengan tempo
yang lebih lembut
5. Kalimat yang panjang dibaca per
frasa atau klausa
6.Perhatikan tanda baca seperti
tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda
titik koma (;), dan sebagainya.
7.Dalam setiap frasa atau klausa
yang biasanya dijeda karena tedapat tanda koma (,) diberi aksen menaik
atau diucapkan lebih panjang. Contoh
: Siswa yang akan mendaftar ,.....
:Contoh : PENGUMUMAN
|
Membaca pidato tidak jauh berbeda
dengan membaca teks pengumuman. Pada dasarnya,
pengucapannya diupayakan jelas, lancar, dan wajar.
TUGAS MANDIRI:
1.Bacalah puisi dan teks
pengumuman di atas dengan artikulasi dan intonasi yang
benar. Lalu, mintalah teman Anda mengomentarinya.
2.Carilah sebuah teks pidato
singkat, kemudian bacalah teks tersebut dengan pola
tekanan, intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat.
Mintalah guru untuk menilainya.
BAB 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar